[caption id="attachment_397652" align="aligncenter" width="300" caption="Sebagian Rumah Makan Maranjat Ibu Ucha (kredit foto Irvan Sjafari)"][/caption]
Rumah Makan Meranjat Ibu Ucha di kawasan Demang Lebar Daun, Palembang  bukan saja asri, tetapi juga unik. Bangunan restoran ini menampilkan arsitektur rumah Melayu, tetapi ada juga memasukkan unsur saung atau gazeebo untuk mereka yang suka makan ala lesehan mirip yang sejumlah rumah makan  Jawa Barat yang pernah saya kunjungi, Sementera sebagian lain adalah bangunan biasa terletak di bagian belakang. Deretan mobil berbaris dengan rapi di halaman yang cukup luas, sebagai pertanda rumah makan ini memang menjadi salah satu tujuan orang untuk menikmati makan siangnya.
Ruang tempat makan yang berdiri sejak 1980-an akhir  ini tampaknya mampu menampung sekitar seratus orang ini  juga mempunyai mushola. Selain didesain terbuka kondisi rumah makan ini tergolong bersih hingga membuat suasana makan semakin nyaman. Minggu, awal Februari lalu saya mengikuti rombongan TX Travel berkesempatan menikmati hidangan di rumah makan ini.
Sebagai menu pembuka saya menikmati bilis gorengnya rasanya renyah. Menikmati bilis goreng ini bisa digado, tetapi dengan suapan nasi juga nikmat apalagi ditambah sambalnya. Hidangan yang dipesan disajikan dengan bakul nasi sesuai dengan banyaknya orang.  Nasi diletakan  dalam wadah yang dilapisi daun pisang.  Mungkin daun pisang memberikan sensasi atau memang berpengaruh: tetapi memang enak..
Hindangan lain udang pete goreng dengan sambel juga membuat rekan semeja saya ketagihan dan minta tambah satu porsi. Bagi saya sebetulnya udang pete goreng ini rasanya biasa saja disbanding dengan buatan restoran Padang, tetapi memang ada rasa pedas gurih yang membuatnya beda. Makanan ini belum termasuk hidangan utamanya.
Hidangan utamanya dalah Pidang Patin Meranjat. Kuah pindang ini sendiri berwarna merah, saya melihat ada potongan cabe rawit, nanas, daun bawang sop, tomat, dan daun kemangi. Unsur-unsur ini berpadu. Rasanya? Saya teringat masakan tom yum dari Thailand: manis dan pedas. Kesan saya hidangan ini kemungkinan hibrida antara budaya Tionghoa, Siam, Melayu dan juga Jawa. Hidangan patin ini disajikan sebetulnya menjadi tiga segmen: kepala, badan dan ekor. Saya mendapatkan bagian padan. Pindang patin ini benar-benar membuat makanan menjadi lahap.
[caption id="attachment_397653" align="aligncenter" width="300" caption="Hidangan Pindnag patin dan ikan bakar (kredit foto Irvan Sjafari)"]
Sebetulnya Palembang mempunyai rumah makan yang menawarkan hidangan pindang patin. Di antaranya Sri Melayu yang juga berlokasi di Demang Lebar Daun. Hanya saja pindang patin di Sri Melayu kuahnya bening dan rasanya lebih manis dan tidak pedas. Selain itu saya tidak menemukan potongan nenas dalam patin ini. Di Rumah Makan Yuk Kris ada pindang lain menggunakan sejenis yaitu Udang Galah sebagai sajiannya dan rasanya juga pedas. Tetapi paling lezat sejauh ini yang dihidangkan Rumah Makan Meranjat Ibu Ucha.
Saya lebih suka pindang patin di Rumah Makan Ibu Ucha untuk hindangan pindang patinnya. Hanya saja untuk pepes tempoyaknya di Rumah Makan Sri Melayu lebih gurih dan merangsang nafsu makan, begitu juga Udang Saos Singapuranya. Menurut beberapa referensi pindang ikan hasil tangkapan bukan hasil budidaya, karena dagingnya lebih padat dan lemaknya lebih sedikit. Hidangan utama lain yang bisa ditemukan di Rumah Makan Ibu Ucha  ialah bawal bakar yang biasa saja, hanya saja sambal pedas yang menemani makan kami membuat suapan daging ikan bakar ini terasa Mak Nyuus!!
Irvan Sjafari
Foto-foto dokumen pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H