[caption id="attachment_363320" align="aligncenter" width="560" caption="Pesan Visual, oleh-oleh dari D"][/caption]
Petang itu sepulang dari kantor, saya sampai juga di kawasan Jalan Sabang yang terkenal dengan ragam kulinernya. Tidak jauh dari perempatan pertama yang saya temui setelah berjalan dari Sarinah, berbelok ke kiri, ketemulah dengan satu cafe yang terkenal dengan martabaknya. Ya! D'Marco Cafe.
Tahukah kamu? Apa kepanjangan dari D'Marco? Mungkin terkesan seperti Italian cafe , tapi ternyata setelah dijelaskan oleh salah satu foundernya-Mba Ira Lathief, D'Marco adalah kependekan dari Martabak dan Coffee. Konsep dari makanan di D'Marco Cafe adalah "Martabak naik kelas", begitu penjelasan dari Mba Ira.
Martabak sebagai makanan sejuta umat, yang mudah ditemui dimana saja, kebanyakan dijual di pinggiran jalan. Martabak yang disebut "martabak naik kelas" ini, merujuk pada makanan yang bisa dinikmati di Kafe dengan suasana modern. D'Marco juga telah memodifikasi martabak original yang biasanya hanya terdiri dari beberapa rasa (martabak coklat, keju, dan telor), menjadi beragam varian. Seperti Martabak Es Krim, Martabak Mushroom, Martabak Oreo, bahkan Martabak yang dipadu dengan makanan western seperti Pizza dan Burger. Suatu hari Mba Ira dengan bangga memperkenalkan martabak sebagai one of Indonesian pancake kepada salah satu turis mancanegara.
Ada 12 Kompasianer yang hadir dalam acara KPK Gerebek (2) di D'Marco Cafe. Setelah semua Kompasianer berkumpul, Mba Ira tidak berlama-lama dan langsung sharing tentang bagaimana cerita tentang D'Marco Cafe. D'Marco Cafe didirikan oleh tiga anak muda, yaitu Ika Hendrani, Ira Lathief, dan Budiono.
Kami pun langsung mendapat sajian salah satu martabak, yup! Martabak pizza! Martabak Pizza ini tetap berbahan dasar martabak, namun toping yang di atasnya adalah jagung, keju, saus. Setelah mengambil foto, kami pun langsung menyantap martabak yang ternyata lumayan pedas!
Menu kedua yaitu Martabak Burger. Martabak Burger, modifikasi martabak dan burger. Topingnya adalah lapisan daging dan salad seperti halnya burger. Kalau boleh jujur, agak ribet memakan burger ini, karena lapisan yang terpisah-pisah. Tetapi, martabak burger ini tetap yummy!
Sebelum acara KPK Gerebek 2 selesai, diumumkan siapa pemenang lomba ngetweet. Ini lah dua pemenangnya:
[caption id="attachment_363319" align="aligncenter" width="560" caption="Mendapat hadiah voucher jajan di D"]
Setelah icip-icip martabak dan lomba membuat martabak, diselingi haha hihi selesai, kami pun berpisah. Kami sempat berfoto bersama di depan D'Marco Cafe.
[caption id="attachment_363321" align="aligncenter" width="567" caption="Kompasianer Penggila Kuliner (KPK) selepas gerebek (2) D"]
Ya, makanan adalah itikad baik untuk bertemu. Dan dari martabak inilah saya menangkap itikad baik dari orang-orang di belakang D'Marco Cafe. Saya ingat pesan visual yang terpampang di baju yang digunakan oleh Mba Ira dan ini juga terpampang di dinding cafe. "Do what you love, and love what you do". Saya mengapresiasi yang dilakukan anak-anak muda ini dalam berwirausaha, dengan do what their love, and love what their do.
Martabak memang makanan sejuta umat, yang bisa dengan mudah kita temui di pinggiran jalan. D'Marco Cafe memang menyasar pasar menengah-atas untuk bisnisnya. Maka menurut saya, mau martabak yang ada di cafe, maupun martabak yang di pinggir jalan, akan tetap mempunyai penggemarnya masing-masing.
*Mohon maaf jika postingan ini membuat anda lapar, :)
Note: Harga martabak di D'Marco Cafe berkisar antara 15k-35k. Yah, tidak terlalu mahal untuk menikmati martabak sambil kongkow asik di cafe.
Mampang, 1 Okt 2014. 19.07
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H