Konvergensi atau dapat dikatan persilangan media dengan multimedia kini semakin berkembang pada jurnalisme kontemporer praktek, pendidikan serta penelitian. Perkembangan jurnalisme multimedia menandakan berkembang pula cara kerja wartawan saat ini. Di Eropa dan di Amerika saat ini, konteks sosial dan budaya multimedia dalam jurnalisme bermakna ruang berita dan organisasi media. Tujuan dari hal ini adalah mengetahui bagaimana dampak "multimedia" dengan praktek, persepsi maupun cara kerja wartawan serta pengaruh munculnya identitas jurnalisme multimedia
Tidak semua wartawan dapat dikatakan sebagai jurnalisme multimedia, menurut (Lievrow dan Livingstone, 2002) elemen tersebut harus dikombinasikan dan wartawan harus dibentuk oleh berbagai konteks yang terlibat dalam pekerjaan jurnalisme multimedia. Aspek atau elemen pada jurnalisme multimedia juga memerlukan diskusi kritis untuk wartawan yang terlibat, isu yang terlibat dalam proses konvergensi yang memfasilitasi lembaga wartawa itu sendiri (Van Zoonen, 1998).
Definisi Multimedia
"Multimedia" dalam bidang jurnalisme yaitu kerangka kerja dalam konseptualisasi jurnalisme dengan dengan publiknya dengan lingkungan media baru. Salah satu elemen dalam multimedia jurnalisme yaitu dengan adanya logika media yang artinya fitur kelembagaan agar media dapat terstruktur. Media logika dapat dikonsepkan dengan salah satunya digunakan untuk menganalisis karakteristik profosianal media online tentang hal bagaimana mereka menggambarkan dan mengevaluasi diri kompetisi mereka (Deuze dan Dimoudi, 2002).
Logika media dalam multimedia jurnalisme dapat direlevankan dengan dalam penggunaan studi media baru atau difusi inovasi. Definisi jurnalisme media dapat dijelaskan dengan dua cara yaitu:
- Menggunakan dua atau lebih format media yang tidak terbatas lisan, tulisan, musik, gambar bergerak maupun tidak bergerak atau animasi grafis. Hal tersebut termasuk kedalam elemen interaktif atau hypertext.
- Sebagai integritas presentasi media yang berbeda, seperti situs web, e-mail, sms, mms, radio, surat kabar, televisi dan lain sebagainya.
Operasi jurnalisme multimedia seringkali bermula dari website bersama. Berikut ini merupakan beberapa jurnalisme media dari tahap awal hingga tahap yang lebih maju:
- "Standups" yakni wartawan media cetak yang menyajikan beberapa aspek dari berita di kamera untuk rekan televisi perusahaan mereka.
- Jurnalis foto yang membuat situs surat kabar perusahaan mereka dengan galeri atau slideshow.
- Penggunaan e-mail, atau berita sms sebagai ringkasan yang ditulis oleh cetak, siaran atau wartawan media online.
- Proyek bersama antar media yang berbeda dalam mengumpulkan, mengedit hingga berita hadir atau ditayangkan.
- Newsroom diintegrasikan dengan multimedia dengan menggabungkan tim pekerja dari media cetak, siaran maupun online untuk sama-sama mengumpulkan informasi, database dan paket berita untuk didistribusikan kepada semua media.
Banyak munculnya jurnalisme multimedia di dunia Internasional dan salah satunya adalah Amerika Serikat. Dengan kunci saling mengintegrasi antara media satu dengan media lainnya yang saling berbeda. Mungkin lebih terdengar seperti media online, namun pada dasarnya jurnalisme multimedia adalah konvergensi media yang berbeda.
Media Logika
Pengertian yang lebih luas mengenai jurnalisme multimedia yaitu salah satunya terdapat elemen media logika. Seperti dampak kepada wartawan itu sendiri
Kelembagaan Perspektif
Sekitar tahun 1990an, struktur organisasi jurnalisme multimedia sudah bermunculan. Bentuk kerjasama lintas media telah dipilih seluruh dunia di berbagai perusahaan. Menurut (Inovasi, 2001) telah terjadi survey diantara 200 eksekutif berita diseluruh dunia dan hamper tiga perempat diantaranya dari perusahaan-perusahaan itu melalui strategi integrasi yang direncanakan atau dilaksanakan pada waktu itu. Karakteristik konvergensi kelembagaan dari pengamat seperti Jane Singer dan Pablo Boczkowski di Amerika serkat seta Bierhoff dan Martha Batu di Eropa adalah sebagai berikut:
- Lintas media terintegrasi pemasaran dan manajemen proyek
- Pembentukan stratefi penelitian dan pengembangan
- Kemitraan dengan organisasi lain (jurnalistik dan non jurnalistik) media untuk memberikan, mempromosikan, serta maksud pertukaran berita.
- Faktor-faktor kontekstual mengenai undang-undang dan serikat aturan lokal atau industry
Kelembagaan konvergensi multimedia dalam jurnalisme harus terstruktu. Hal ini perlu dicatat bahwa proses adopsi multimedia tidak unik karena disebabkan oleh internet atau world wide web. Sebagai wartawan misalnya publik organisasi seperti BBC di Inggris selalu bekerja dalam kapasitas beberapa media penyiaran "combo journalism". Hal tersebut mulai pada pertengahan abad ke-2- ketika wartawan Koran juga diharapkan memegang kamera foto, ini menunjukan bagaimana konvergensi ada di Inggris dan Kanada di "pra-web".
Diskusi: jurnalisme multimedia dan pendidikan
Perspektif teknologi ternyata memunculkan pro dan kontra. Multimedia pada umumnya dipahami oleh para sarjana, pendidik maupun professional sebagai isu teknologi. Namun beberapa pakar seperti Paul (2001), Batu dan Bierhoff (2002) dan Gentry (2003) menyarankan sebaliknya, teknologi berkembang biak dan konvergensi dari wartawan agar mampu berpikir di media dengan perangkat keras atau perangkat lunak kemudian.
Wartawan yang aktif terlibat proses konvergensi akan melakukan laporan kepada pewawancara karena mereka berpikir semacam ini menjadi inovasi pada akhirnya menguntungkan wartawan itu sendiri dan perusahaan mereka. Kunci dari hal tersebut adalah wartawan harus memiliki bahan: newsworkers yang terlibat tidak menentang perubahan, kecuali mereka menganggap perubahan adalah paksaan bagi mereka.
Setelah pengamatan dalam makalah ini tampaknya sekolah, perguruan tinggi, program, dan kursus dalam jurnalisme multimedia yang terbaik dari ke:
1. berpikir dua kali tentang teknologi dan teknik sebagai prinsip-prinsip dasar untuk kurikulum konvergensi mereka;
2. Fokus eksplisit pada pemahaman logika multimedia (mengkombinasikan wawasan dari semua tingkatan organisasi media, termasuk publiknya);
3. memungkinkan untuk konvergensi akan diperebutkan oleh siswa, pendidik, mitra industri, dan kepentingan lainnya di sekolah mereka, program, atau kursus-karena akan dalam praktek, dan ini akan memberi orang rasa badan dalam proses;
4. menanamkan sebuah kekritisan ke dalam semua aspek multimedia pengajaran / berpikir; dan
5. mungkin lebih fokus pada kualitas interaksi antara wartawan, pendidik, dan mahasiswa jurnalistik dari (sebelumnya) urutan yang berbeda (radio, televisi, surat kabar, majalah, Newswire, online, tetapi juga hubungan masyarakat, pemasaran, dan komunikasi strategis), sebagai suatu tempat di baris dalam karir mereka mereka mungkin diharapkan untuk tidak melihat satu sama lain sebagai pesaing lagi, tetapi sebagai rekan.
Jurnalisme Multimedia Menurut Wartawan Indonesia
Dari pembahasan mengenai Jurnalisme Multimedia, saya mewawancarai salah satu reporter media online Tirto.id yaitu Haris Prabowo. Menurut Haris Prabowo, jurnalisme multimedia bisa diartikan sebagai konvergensi media, mengapa demikian? Hal tersebut dikarenakan jurnalisme multimedia adalah penggabungan beberapa medium atau jurnalisme lintas medium. Medium jurnalisme itu sendiri sangat banyak seperti tulisa, suara, gambar, grafik, online maupun cetak. Sehingga jurnalisme multimedia itu sendiri merupakan penggabungan dari keseluruhan medium jurnalisme.
Haris juga menyampaikan, bahwa jurnalisme multimedia sudah banyak sekali diterapkan. Bagi Haris, jurnalisme multimedia yang paling hebat terjadi adalah di tahun 2017 yang diberitakan pada New York Time. Dimana pada saat itu presiden Filipina, Rodirgo Duterte diawal masa ia menjabat sudah membuah kontroversi yang sangat hebat. Rodirgo Duterte berani memerintahkan pihak kepolisian untuk menembak mati para gembong narkoba di kota besar seperti Manila. New York Time membuat reporternya turun ke lapangan selama 21 hari untuk membuat laporan interaktif dan banyak yang mengatakan ini menjadi salah satu bentuk jurnalisme multimedia.
Pada saat itu reporter New York Time tidak hanya menyajikan tulisan saja, tapi mereka harus membuat laporan video, cctv, suara tembakan disana, suara wartawan berbincang yang dijadikan satu menjadi platform yang utuh dan dapat memudahkan khalayak mengetahui kejadian di Filipina saat itu yang sedang genting-gentingnya.
Tidak hanya itu, Haris menyebutkan, bahwa Tirto.id sendiri telah memiliki fitur TVR (Tirto Visual Report) pada website online mereka. Tujuan pembuatan itu adalah, Tirto.id pun ingin menjadi media yang lengkap dan memudahkan khalayak untuk memperoleh berita. Sehingga tidak hanya menjadi media online yang menyajikan tulisan, gambar atau grafik saja, namun Tirto.id ingin menyajikan berita atau informasi berupa audio visual agar meminimalisir penyebaran hoax pada media online atau media sosial saat ini.
Kelebihan jurnalisme media bagi seorang wartawan yaitu bisa jadi tampil lebih beda dan bisa menjangkau pembaca atau audience yang mencari kelengkapan informasi yang dibutuhkan, karena masih banyak yang belum "melek" akan hadirnya jurnalisme multimedia. Jadi kelebihan untuk wartawan sendiri belum banyak dirasakan dibandingkan kelebihan bagi pembaca yang lebih mudah memperoleh informasi bahkan bisa merasakan peristiwa tersebut dari audi visual yang dihadirkan.
Kekurangan jurnalisme multimedia pun dirasakan Haris sebagai wartawan. Baginya, kekurangan utama adanya jurnalisme multimedia adalah dana. Karena peliputan yang serius dengan menggabungkan beberapa medium tidak lah mudah dan memerlukan keseriusan yang tinggi. Selain itu SDM yang memadai, karena pada jurnalisme multimedia, wartawan tidak hanya dituntut meliput dan melaporkan keadaan sekitar hanya dengan tulisan, mereka dituntut bisa mengambil gambar, video bahkan harus ada SDM yang mampu menjalankan webisite dengan baik.
Bagi Haris sendiri, ia mendukung penuh multimedia jurnalisme hadir dalam dunia pendidikan. Karena saat ini sudah masuk kedalam dunia digital, sehingga cukup baik mengenal dunia digital dari mulai pendidikan awal untuk menunjang ke profesi nantinya terutama jika ingin menjadi jurnalis. Menjadikan pendidikan jurnalisme multimedia juga dirasa perlu untuk memenuhi kriteria yang baik agar mendapatkan hasil yang baik nantinya.
Referensi: Deauze, Mark. (2004). What is Multimedia Journalism?. Journalism studies,5 (2), 139-152.
NAMA: ALIFIA PRADYANTI
NIM: 1610411074
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI