Mohon tunggu...
Alifia Pradyanti
Alifia Pradyanti Mohon Tunggu... Jurnalis - KompasianaVeteran

Jurnalistik, UPN "Veteran" Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Melawan Kegagalan, Tiga Mahasiswi Ini Raih Prestasi Gemilang

18 Maret 2019   13:50 Diperbarui: 25 Maret 2019   19:38 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dokumentasi pribadi Novia dan Della saat berlomba di Universitas Mercu Buana Jakarta Barat

JAKARTA – Menjadi seorang aktivis muda tak pernah terlintas dalam pikiran sseorang mahasiswi UPN “Veteran” Jakarta, Gatari Dwi Hapsari. Awal mula nya, mahasiswi hubungan internasional angkatan 2016 ini hanya bertujuan untuk menyibukkan diri dalam mengisi waktu libur setelah ujian nasional SMA menuju perkuliahan di tahun 2016.

Di tahun 2016, ia terpilih menjadi ketua forum anak Tangerang Selatan. Terpilihnya Gatari menjadi ketua forum anak Tangerang Selatan tersebut menjadi awal mula ia memulai segala aktivitas yang ia jalani saat itu. Di karenakan menjadi seorang ketua forum harus aktif, hal tersebut mendorong ia untuk mengikuti lomba-lomba di SMA nya pada saat itu.

“Pas SMA aku ikut lomba debat dan pidato dalam bahasa inggris, terus ikut organisasi juga dan selama SMA aku selalu masuk 10 besar. Akhirnya dapet predikat siswa berprestasi pada saat itu,” ujar Gatari saat ditemui di lobby FISIP UPN “Veteran” Jakarta, Kamis (14/03/19).

Bagi Gatari sendiri, motivasi ia menjadi seorang aktivis dan siswa berprestasi saat itu pun hanya sekedar ingin mengisi waktu libur dengan kegiatan yang positif. Ia tidak pernah terpikirkan akan sampai sejauh ini langkah yang ia jalani. Masih di tahun yang sama, ia mendaftarkan diri dan lolos mejadi abang nona Tangerang Selatan. Abang Nona itu sendiri bertujuan sebagai duta pariwisata di Tangerang Selatan. Tidak berhenti disitu, di tahun 2016 Gatari juga terpilih menjadi duta anak Banten 2016 dan mendapat acvhievements agen perubahan informatika 2016.

“Tahun 2016 emang waktunya yang pas ikut kegiatan karena liburannya panjang daripada buang waktu jadi ikut hal-hal positif kayak gini aja sekalian nambah pengalaman,” ujarnya.

Di tahun 2017, Gatari mendapat predikat sebagai FCTC Warrior. FCTC sendiri adalah Framework Convention on Tobbaco Control, merupakan sebuah perjanjian internasional terkait kesehatan. Dimana fokus dalam FCTC tersebut adalah pengendalian tembakau anti rokok yang dibuat oleh WHO (World Health Organization).

Dalam pertemuan yang dilakukan, Gatari menjelaskan bahwa Indonesia belum menandatangani perjanjian FCTC itu sendiri. Ia merasa dengan Indonesia tidak menandatangani perjanjian tersebut akan membuat Indonesia lemah dalam regulasi pengendalian tembakau. Sehingga saat ia mengetahui hal demikian, ia mengikuti kegiatan FCTC Youth Summit yang bertujuan mengumpulkan pemuda-pemudi dari seluruh Indonesia untuk bisa mendorong pemerintah agar segera meratifikasi perjanjian tersebut. Terkumpul lah 40 orang dari 25 kabupaten di Indonesia, dan Gatari menjadi salah satunya. Para pemuda-pemudi tersebut diberi gelar FCTC Warrior atau pejuang FCTC. Setelah terpilih, ia mengikuti pelatihan dan membuat rencana tindak lanjut menuju masing-masing gubernur, walikota hingga DPR di daerahnya untuk mengendalikan pengendalian tembakau di daerah masing-masing atau bahkan sampai ke pusat.

“Soalnya aku gak suka sama rokok, merokok itu merusak diri sendiri aja gitu. Kalau ada pengendalian penggunaan tembakau gini kan berarti setidaknya ada pengurangan penggunaan tembakau di Indonesia. Insya Allah semuanya positif kok,” kata Gatari dalam menyampaikan aspirasinya.

Di bangku kuliah, Gatari kembali mendapatkan penghargaan sebagai mahasiswa berprestasi serta  penghargaan sebagai mahasiswa aktivis. Ia berhasil mengalahkan beberapa nominasi lainnya yang ia rasa tidak kalah hebatnya.

“Perasaannya kaget tapi seneng dan bersyukur, padahal banyak yang lebih dari aku,” ujar Gatari saat di wawancarai.

Gatari berharap dengan terpilihnya ia sebagai mahasiswa aktivis dan berpestasi dapat memotivasi teman-teman lain agar bisa mengikuti jejaknya. Karena bagi Gatari sendiri untuk mengasah softskill harus terjun ke dunia sosial dan tidak selalu dalam bidang akademis saja,

Dengan kegiatan yang begitu padat, Gatari membagi waktu antara pendidikan dan kegiatannya dengan membuat sekala prioritas dimana ia dibutuhkan saat itu, Apabila terjadi bentrok pada aktivitasnya, ia akan melihat hak orang lain yang lebih banyak untuk didahulukan, sehingga ia tidak pernah merasa kekurangan waktu dalam aktivitasnya

Berbeda dengan Gatari, dua mahasiswi UPN “Veteran” Jakarta ini yaitu Della dan Novia lebih mengembangkan bakat dan prestasi mereka di bidang akademik. Della dan Novia sama-sama mengembangkan bakat mereka dalam bahasa inggris, oleh karena itu keduanya mengikuti club EOS yang berada di FISIP UPN “Veteran” Jakarta.

Della merupakan ketua EOS pada tahun 2017 hingga 2018 yang kemudian diteruskan oleh Novia di tahun 2018-2019 ini. Keduanya sering mengikuti lomba baik dalam sekala kampus maupun nasional. Meskipun tak selalu keluar menjadi juara, namun kedua mahasiswi UPN “Veteran” Jakarta tersebut tidak pernah menyerah untuk terus mengembangkan skill yang mereka miliki.

“Tujuan aku lomba gak pernah untuk jadi juara sih kak, lebih ke mengasah skill. Kalau tujuannya Cuma jadi juara terus kalah bakalan kecewa terus gak mau ikut lomba lagi,” ujar Novia saat di temui di kampus UPN “Veteran” Jakarta, Jum’at (16/03/19).

Tidak jauh berbeda dengan Novia, motivasi Della pun dalam mengikuti setiap perlombaan adalah untuk mengasah skill yang dimiliki. Bagi dirinya, skill yang dimiliki harus dibawa keluar  dan dicoba untuk bersaing dengan orang lain agar terus berkembang. Selain itu sebagai bukti untuk orang-orang yang sering menganggap rendah dirinya dengan membuktikan ia bisa untuk bersaing di dunia luar dengan orang lain.

Kekalahan Della maupun Novia dalam berbagai perlombaan tidak dijadikan sebuah kegagalan dalam hidupnya. Hal tersebut membuktikan Novia mendapatkan achievements dalam perlombaan story telling di Universitas Mercubuana dan mendapatkan gelar juara 1 pada tahun 2018. Sedangkan Della mendapatkan achievements di UIN Jakarta  dalam perlombaan debat dan mendapat gelar juara 1 pada tahun 2017.

Di setiap perlombaan pun Della kerap mendampingi teman-temannya, hal tersebut ia lakukan sebagai bentuk dukungannya sebagai ketua EOS di masa periodenya.

“Iya aku selalu dampingin meskipun cuma nonton aja, karena aku pernah lomba tingkat nasional dan mentor aku gak dampingin, aku gak mau mereka merasakan itu,” ujar Della saat ditemui di sekret EOS, Kamis (15/03/19).

Bagi Della maupun Novia, berprestasi dalam bidang akademik maupun non akademik adalah sama baiknya. Bisa kita lihat dari kemampuan yang kita miliki dan kita tekadkan untuk dikembangkan. Tanamkan tujuan kita adalah untuk mengembangkan skill yang dimiliki, jangan pernah berpikir untuk hal-hal yang terlalu jauh untuk tahap memulai pengembangan skill tersebut.

Dari pengalaman yang telah di jalani pun, Della sendiri telah melangkah menuju tahap internasional. Dimana ia pernah berkompetisi di Malaysia bersama satu rekannya bernama Sydney. Kegemaran Della dalam berbahasa inggris sejak sekolah dasar kini telah ia rasakan manfaatnya yang begitu besar baik bagi dirinya maupun orang lain.

Novia pun memiliki pengalaman dan cerita bagaimana ia sempat merasakan down saat mengikuti lomba namun terus mencoba bertahan.

“Jadi aku pernah ikut lomba di Bandung, ada grupnya aku di invite. Kak Della bilang jangan stalk peserta lain, tapi aku penasaran eh aku liat satu anak yang pernah lomba bareng di tempat lain, dia jago banget aku jadi down dan nyesel nge stalk peserta lain hahaha. Tapi karena banyak support aku gak sampai mengundurkan diri, tapi tetep baru berhasil jadi second winner aja,” ujar Novia saat membagikan pengalamannya tersebut.

Namun bagi Della dan Novia, masih kurangnya dukungan kampus membuat terjadinya beberapa kendala dalam aktivitas yang mereka lakukan. Seperti pada saat Della mengikuti lomba di Malaysia, perizinan yang diurus oleh pihak kampus dan dikti belum selesai, padahal Della sudah sampai di Malaysia dan membuat dirinya kepikiran akan hal tersebut. Hal tersebut juga Novia rasakan, beberapa perizinan tersendat justru dari pihak kampus sendiri, sehingga ia pernah gagal mengikuti lomba karena birokrasi kampus yang kurang baik.

Menanggapi hal tersebut, Mufti Pradeksa selaku ketua BEM FISIP mengatakan memang masih kurangnya kerjasama antar petinggi di UPN “Veteran” Jakarta sendiri. Mufti mengaku, bentuk dukungan kampus memang akan dilakukan sambil berjalannya suatu acara atau kegiatan terutama dalam dana atau keuangan.

“Biasanya emang sistemnya diganti setelah kegiatan, tapi kampus akan dukung hal itu penuh untuk seluruh mahasiswa apalagi yang berprestasi,” ujar Mufti saat ditemui didepan secret BEM FISIP, Rabu (20/03/19).

Selain masalah sulitnya birokrasi di kampus, Novia dan Della pun mengaku kurang mendapat apresiasi atas prestasi yang mereka dapatkan.

“Ngerasa kurang apresiasi sih, jadi kadang kita bawa nama sendiri tapi pas menang baru dibilang kalau kita ini mahasiswi UPN terus foto kita di upload di sosial medianya, seolah-olah kampus sangat memfasilitasi,” ujar Della saat diwawancarai.

Berbeda dengan Della, Novia mengaku masih sering mendapat apresiasi dari teman atau pihak ormawa.

“Dari ormawa masih dapet apresiasi sih, diucapin di sosial media mereka, diadain acara-acara apresasi kayak BEM waktu itu jadi seengganya bangga sama diri sendiri,” ujar Novia saat diwawancarai.

Menanggapi hal tersebut Ardhika selaku ketua himpunan komunikasi mencoba mendukung mahasiswa-mahasiwi FISIP baik dari komunikasi maupun hubungan internasional dengan mengapresiasinya. Ardhika pun menekankan kepada anggota himpunan komunikasi untuk turut serta mencarikan informasi yang dapat disebarkan kepada mahasiswa lain agar dapat diikuti, sehingga mahasiswa dapat berprestasi baik di bidang akademik maupun non akademik.

“Dari himpunan mengusahakan untuk terus meng-apresiasi mereka, dari hal kecil misalnya ucapan selamat, bikin artwork atau diumumin di sosial media, setidaknya mereka merasa dihargai atas kerja kerasnya,” ujar Ardhika saat ditemui di lobby FISIP UPN “Veteran” Jakarta, Senin (18/03/19)

Tidak hanya Ardhika, ketua senat mahasiswa FISIP, Alif Fadillah juga akan bekerjasama dengan BEM FISIP yang diketuai oleh Mufti Pradeksa untuk melakukan kerjasama antar ormawa dengan pihak kampus terkait dengan birokrasi kampus terutama fakultas mengenai mahasiswa-mahasiswa berprestasi yang merasa kurangnya dukungan dari pihak kampus sendiri.

“Nanti di periode ini bakalan kerjasama sama BEM buat coba dibicarakan sama pihak kampus terkait hal ini,” ujar ketua senat mahasiswa, Alif Fadillah di UPN “Veteran” Jakarta, Senin (18/03/19).

Saat ini, Mufti selaku ketua BEM FISIP pun mengaku, akan sangat terbuka jika seluruh mahasiswa FISIP ingin meminta bantuan BEM terkait hal ini dan hal apapun, BEM akan dengan senang hati menjadi jembatan aspirasi mahasiswa dengan pihak kampus agar birokrasi dan segala urusan mahasiswa lebih mudah. Mufti juga mengatakan akan mengembangkan program-program untuk mendukung serta mengapresiasi mahasiswa FISIP agar tidak terjadi kekecewaan mahasiswa terhadap pihak fakultas maupun kampusnya sendiri.

“Saya dan teman-teman dari BEM sangat terbuka untuk membantu seluruh mahasiswa FISIP, apalagi hal ini positif seperti teman-teman yang berprestasi, jangan sampai mereka kecewa dan enggan membawa nama kampus keluar, toh ini juga baik untuk kampus, punya mahasiswa yang berprestasi sampai keluar,” ungkap Mufti saat diwawancarai di depan sekret BEM FISIP, Rabu (20/03/19).

Wakil DEKAN 3 FISIP UPN “Veteran” Jakarta pun mengatakan, birokrasi dalam persiapan perlombaan bagi mahasiswa memang memerlukan waktu yang cukup panjang, terlebih lagi apabila lomba dilakukan diluar kampus dan berskala nasional maupun internasional. Kegiatan perlombaan pun kampus sangat mendukung penuh, namun memang prosedurnya yang memerlukan waktu.

“Perlombaan di Jogja maupun Malaysia kampus dukung penuh, walaupun emang surat menyuratnya agak tersendat, untuk passport kan juga butuh waktu kalau engga ya kita bikin surat pernyataan dulu,” ungkap ibu Kusumajanti selaku wakil DEKAN FISIP UPN “Veteran” Jakarta, Senin (25/03/19)

Bu Kusumajanti juga mengatakan, pihak kampus tidak lepas tangan dengan apa yang mahasiswa berikan. Berdasarkan surat rektor no: KEP/1281/UN61.0/2018 tanggal 28 Desember 2018, bahwa adanya apresiasi berupa intensif untuk tingkat internasional berupa, juara 1 sebesar Rp 6.000.000, juara 2 sebesar Rp 5.000.000 dan juara 3 sebesar Rp 4.000.000 adapun untuk tingkat nasional berupa, juara 1 sebesar Rp 5.000.000, juara 2 sebesar Rp 4.000.000 dan juara 3 sebesar Rp 3.000.000.

Besar manfaat bagi mahasiswi berprestasi untuk terus mengembangkan prestasi mereka kedepannya. Seperti yang Gatari rasakan dari kegiatannya, ia berhasil membuat kota Tangerang Selatan maju ke tingkat kotamadya. Manfaat tersebut dirasakan Della, dengan segala prestasinya nya ia berhasil hidup menjadi diri sendiri yang bermanfaat untuk dirinya dan orang lain, selain itu Novia merasakan manfaat bisa bertemu banyak orang baik dan pengalaman baik selama ia melakukan segala aktivitasnya tersebut. Bagi mereka prestasi terbaik adalah saat membuat orang lain termotivasi untuk ikut mengembangkan diri dan hal tersebut terinspirasi dari mereka.

Penulis : Alifia Pradyanti

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun