Strategi Partai Komunis Indonesia (PKI) yang cukup jitu dalam melakukan penetrasi keberbagai lini kehidupan, sampai saat ini masih dilakukan oleh generasi/Kader PKI dalam melakukan manuver untuk menutihkan citra PKI pada masa tahun 1965 sebagai sejarah kelam bagi bangsa Indonesia. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kembali kepercayaan dari masyarakat luas yang selama ini merasa antipati terhadap PKI. Segala bentuk upaya dilakukan oleh Kader PKI untuk mendapatkan dukungan dari berbagai kelompok dan khususnya lembaga Negara.
Komnas HAM yang merupakan suatu lembaga Negara yang sah, menjadi terget utama kegiatan penetrasi oleh kelompok Kader PKI, dimana dianggap sebagai lembaga yang cukup mampu diandalkan untuk melakukan penekanan terhadap pemerintah dalam hal penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat masa lalu khususnya tragedi 1965. Melalui Komnas HAM, tujuan PKI dalam menuntaskan dan melakukan pemutihan terhadap para mantan PKI dianggap cukup memiliki power karena selama ini Komnas HAM senantiasa mendukung dan melakukan investigasi terhadap segala bentuk pelanggaran HAM di tanah AIR.
Satu sisi, Netralitas Komnas HAM seakan sudah tidak ada lagi, hal ini tercermin dari apa yang sudah dilakukan oleh Komnas HAM selama ini seakan terjadi keperpihakan kepada kelompok tertentu saja, dan masih terlihat adanya kelompok yang sedikitpun tidak disentuh oleh komnas HAM, bahkan malah disudutkan. Nurani para penggiat HAM yang menduduki jabatan di Komnas HAM seakan sudah tertutup oleh hawa nafsu setan yang senantiasa menyelimuti dirinya. “Kalau boleh dikatakan siapa yang mampu membayar Komnas HAM maka pastilah akan mendapat dukungan dari lembaga hukum tersebut”.
Akhir-akhir ini Komnas HAM gencar melakukan pressure terhadap pemerintah terkait penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat masalalu khususnya tragedi 1965. Berbagai bentuk dukungan yang dilakukan oleh Komnas HAM terhadap kelompok PKI sudah sangat nyata, seperti halnya permintaan penerbitan UU KKR, Permintaan maaf Pemerintah kepada PKI dan sampai pada permintaan penghapusan TAP MPRS XXV/1966. Komnas HAM sangat serius dalam melakukan propaganda-propaganda agar Pemerintah menyetujuai dan melakukan hal yang menjadi keinginan Komnas HAM yang sebenarnya atas hasutan para kader PKI. Selain itu kalau kita masih ingat belum lama ini pemutaran film dan diskusi yang mengangkat isue komunis yang diprakarsai oleh BelokKiriFest juga dilakukan di Komnas HAM, yang secara kepetulan pada saat itu terjadi pelecehan terhadap kehormatan bagi bangsa Indonesia “Melecehkan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya”
Sebagai sesama warga Negara “Kenapa hanya PKI yang merasa menjadi korban Pelanggaran HAM ??” bukankah PKI juga melakukan penculikan, pembunuhan dan penyiksaan para Jenderal, Pembantaian Umat Islam di Madiun dan pelecehan agama dengan pembakaran-pembakaran Al-Qur’an. Bukan hanya itu saja, PKI bahkan berusaha melakukan makar terhadap Negara dengan ingin merubah konstitusi Negara berdasarkan komunisme. Seharusnya yang menjadi tersangka itu justru PKI, karena pelaku pelanggaran HAM berat itu awalnya dari sikap makar PKI, sedangkan rakyat dan bangsa hanya melakukan pembelaan diri. Apakah kemudian salah kalau publik mengatakan bahwa “PKI dibelakang Komnas HAM??”
Mari kita refresh sejenak terkait kejahatan PKI masalalu. Kejahatan PKI yang pernah dilakukannya yaitu pada tahun 1948 melakukan pembunuhan massal dan kudeta, perampasan harta benda dan pemerkosaan yang di lakukan di berbagai tempat yang memang itu di lakukan atas intruksi, intimidasi dan penculikan terhadap Tokoh kyai yang dianggap menghalangi kepentingannya, sampai pada tahun 1965 dan itu terus di lakukannya sebagai perlawanan, seperti kejadian di banyuwangi, di madiun, dan pembunuhan para Jendral.
Sampai saat ini Kader PKI di Indonesia masih terus mencoba memutihkan sejarah berdarah dari kelakuan masa lalu mereka dengan lobi konstitusional dan menjadikan Komnas Ham sebagai kuda tunggang yang tangguh untuk mencapai kepentingan politiknya. Komnas HAM seakan sudah tidak pernah memikirkan lagi masadepan Bangsa dan Negara Indonesia. Hanya demi kepentinganya mendapatkan keuntungan pribadi, Komnas HAM rela mengorbankan jati dirinya sebagai anak bangsa. Tidakkah pernah berfikir bahwa pengorbanan para pahlawan untuk menciptakan kedamaian di Negri ini ditempuh dengan pertumpahan darah. Beribu nyawa melayang demi melawan para penjajah. Saat ini sebenarnya kalau mau jujur, kita semua merasakan apa hasil dari jerih payah para pendahulu bangsa ini.
Sungguh sangat memprihatinkan, bahwa dalam kondisi seperti ini yang seharusnya kita bahu membahu membangun kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik, Komnas HAM yang diduduki oleh notabene anak-anak muda bangsa yang masih berusia belum setengah abad sengaja ingin memporak porandakan kehidupan bangsa yang sedang berkembang ini hanya demi mencari keuntungan materi semata. Lebih parah lagi bahwa pada tanggal 15 Maret 2016 (info dari berbagai media), menyebutkan bahwa Komnas HAM mengirim surat kepada Presiden AS Barak Obama untuk membuka dokumen masalalu yang dianggap ada di AS terkait tragedi 1965. Ini sungguh sangat menyedihkan, bahwa Komnas HAM juga berusaha untuk melibatkan pihak Asing dalam urusan di dalam Negara Indonesia. Sampai segitu parahnya kelakuan Komnas HAM mendukung PKI yang nyata-nyata sudah berhianat kepada NKRI.
Kita sebagai anak bangsa mengingatkan kepada para penggiat HAM yang sedang duduk di Komnas HAM, untuk kembalilah kepada jalan yang benar, jangan salahkan publik kalau suatu saat Komnas HAM akan digulung oleh publik sebagai akibat perilaku yang dilakukan oleh kalian sendiri!!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H