Pilpres semakin mendekat, namun rasanya kampanye program para paslon tak banyak terlihat. Yang ada malah saling nyinyir dan menjatuhkan. Lebih-lebih kalau ada paslon atau TKN yang selip lidah atau ngomong kebablasen.Â
Setelah musim 'sontoloyo' dan 'genderuwo' berakhir, terbitlah 'propaganda Rusia' dan puisi 'Doa yang Ditukar'.Â
Frase 'propaganda Rusia' yang disampaikan Jokowi justru memantik reaksi sanggahan dari duta besar Rusia. Ya mungkin Jokowi hanya meminjam terminologi suatu teori, namun berhubung ada kata 'Rusia'nya, ya jadi menimbulkan kontroversi di sana sini. TKN seberangpun langsung menggoreng dan melahap isu ini dengan gencar.
Di lain pihak, publik juga dihebohkan dengan puisi 'Doa yang Ditukar'nya Fadli Zon, politisi Gerindra tersohor, merangkap wakil ketua DPR. Bisa jadi niatan puisi tersebut ingin menyindir suatu pihak, namun apa daya ada pihak-pihak lain yang juga merasa tersindir.Â
Kata 'kau' yang dipakai di puisi tersebut dianggap oleh beberapa pihak merujuk pada salah satu kyai sepuh di negeri ini, ya..walaupun sudah dibantah. Pinter juga ya Om Fadli Zon bikin judul puisi, macam judul sinetron yang pernah terkenal di suatu stasiun tipi itu.
Blunder-blunder macam ini jadi makanan empuk buat TKN untuk saling serang. Keramaian di Twitter tak terhindarkan. Muncul trending-trending mengenai blunder tersebut. Tidak sampai di situ saja, media juga mendapatkan keuntungan, berita mereka jadi rame ya tho..
Di TvOne, ada pembahasan mendalam tentang frase 'propaganda Rusia'.. anda kabarkan kami putuskan..yuk.. Lalu di MetroTV ada 'pelajaran bahasa' tentang pendalaman puisi bang Fadli Zon berjudul Doa yang Ditukar..knowledge to elevate..yeah.. Â Oya, by the way jelang pilpres ini, bagi kita yang biasa naik bus malam dan istirahat di suatu rumah makan, kita dapat dengan mudah menebak preferensi politik pemilik rumah makan tersebut dengan melihat channel TV apa yang ditayangkan di sana.
Ibarat pertandingan bola, pilpres kali ini bukan lagi tentang saling adu strategi dengan permainan cantik yang menawan. Sebaliknya kedua kubu saling menunggu lawan melakukan kesalahan, menunggu blunder, yah mirip-mirip strategi Mourinho yang sudah dipecat dari MU itu.Â
Emang sih ada saat di mana strategi itu sangat berhasil, namun seringkali strategi itu tidak menarik bagi para penonton. Sehabis Mou dipecat, MU justru tampil trengginas dan menang beruntun dalam beberapa pertandingan. Alhasil fans MU yang tadinya males nonton pertandingan MU, sekarang jadi semangat lagi (ya ga sih?).
Betapa senangnya para politisi di TKN ketika pihak rival melakukan blunder. Mempolitisir blunder memang sah-sah saja di dunia kampanye. Walaupun melakukan politisasi blunder sesungguhnya bukan langkah yang keren-keren amat. Mengapa?
Pertama, tidak akan efektif menarik simpati para golput. Padahal baru anget juga kemarin-kemarin dibahas tentang kaum golput yha kan.. Kok rasanya strategi TKN tidak responsif untuk mendapat simpati para golputers. Kira-kira TKN mikir ga ya kalau saling serang kesalahan lawan adalah hal yang sama sekali tidak menarik buat kaum golput.Â