Mohon tunggu...
Yesaya Sihombing
Yesaya Sihombing Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Seumur Hidup

Membaca, mengamati, dan menulis beragam hal, mulai dari yang receh sampai yang seriyess

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Politisasi Blunder

22 Februari 2019   08:14 Diperbarui: 22 Februari 2019   08:51 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Mbok ya diubah gitu strateginya. Jangan fokus ma blunder lawan melulu. Berikanlah alasan yang menarik bagi para golput untuk berubah pikiran gitu loh..

Kedua, boros energi. Energi yang tadinya bisa buat menjelaskan program-program paslon
justru dihabiskan untuk menguliti blunder lawan. Yah ibarat energi untuk ngerjain skripsi dihabiskan untuk ngejar chicken dinner, eh.. udah ga dapet chicken dinner, emosi pula, bad mood pula..

Ketiga, rakyat dijejali tontonan tak sehat. Kalau tiap hari yang ditonton cuma saling menjatuhkan, mau jadi apa rakyat kita nanti ya khan.. belum lagi bapak-bapak ibu-ibu yang suka share di WAG, mereka terus mendapat asupan tak henti untuk nge-share apapun yang bertujuan menjatuhkan paslon yang tidak didukung.

Keempat, waktu sosialisasi program paslon berkurang. Dengan pilpres yang makin mendekat, seyogyanya masyarakat dijejali berbagai program yang dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan pilihannya. Jadi kita dapat memilih paslon karena program-program yang rasional dan menjanjikan, bukan karena politisasi blunder salah satu paslon. 

Ibarat pengen mempersunting seorang cewek tapi cara meyakinkannya adalah dengan menyebut kesalahan-kesalahan mantan cewek itu, yha gimana..Cewek itu butuh kemantapan program masa depan. Eh malah bahas cewek pulak..

Dapat dikatakan bahwa kedua paslon sama-sama sudah pernah melakukan blunder (walaupun mungkin mereka tidak akan mengakuinya). Seharusnya pelajaran itu tidak terulang kembali karena akan kontraproduktif bagi pembelajaran demokrasi kita. Mempolitisasi blunder lawan mungkin akan membuat euforia kemenangan sesaat, namun tidak baik jika terus menerus mengandalkan strategi tersebut. 

Masih banyak rakyat 'akal sehat' (pinjam istilah seorang tokoh) yang menanti program nyata dari para paslon, bukan sekedar drama-drama yang menyita perhatian publik.

Ah sudahlah, mo blunder seperti apapun semoga rakyat Indonesia tidak terlalu terbawa perasaan (baper) dan masuk golongan para penunggu blunder, blunder yang nantinya terus digoreng menjadi komoditas politik untuk menjatuhkan lawan.

Semoga sih media juga tidak terlalu memberi porsi berlebihan bagi drama-drama politisasi blunder di negeri ini.

Lagipula, kata orang bijak:
"Success does not consist in never making blunders, but in never making the same one a second time." Josh Billings
Kira-kira terjemahan bebasnya demikian : keberhasilan bukan didapatkan karena tidak pernah melakukan blunder, namun karena tidak pernah melakukan blunder yang sama untuk kedua kalinya.


Masih ada waktu sampai April mendatang, semoga kita semua semakin waras menilai semua yang ditampilkan para politisi, TKN dan paslon..
Akhirnya saya teringat guyonan berbahasa Jawa di radio, "Blunder blunder digoreng jenenge opo.?" "Onde-onde.." "halah.." (demikian guyonan berbahasa Jawa di suatu radio tersebut diplesetkan seperlunya hehehe )
Salam blunder..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun