Begitu kubuka kompas.com pagi ini, hati kecilku langsung mendengar "Jakarta bakal terkenal di seluruh dunia lagi!" Lagi-lagi karena sepeda motor! Jakarta kembali menjadi berita menarik, mungkin juga berita mengherankan. Diberitakan oleh setiap media online pagi ini, seorang penumpang sepeda motor tewas setelah terjun bebas dari JLNT (Jalan Layang Non Tol) Tanah Abang - Kampung Melayu. [caption id="" align="aligncenter" width="520" caption="Depan mal Ambasador, di lokasi inilah seorang ibu hamil terjatuh terjun bebas akibat terpental dari jalan layang setelah motor yang ditumpanginya melaju melawan arah sehingga tertabrak mobil. (sumber foto: www. terasjakarta.com) "][/caption] Kecelakaan ini begitu mengerikan karena korbannya adalah seorang ibu yang tengah mengandung. Memang nasib telah digariskan oleh yang di atas. Tetapi ibu dan jabang bayinya tak perlu menjadi korban dengan cara yang begitu mengerikan apabila suami yang memboncengnya tak mencoba melalui jalan yang voorboden bagi sepeda motor. Dan yang membuat berita ini lebih menarik perhatian adalah ternyata pengendaranya tidak saja melanggar aturan voorboden, tetapi ia mencoba melawan arah. Konon, ketakutannya menghadapi polantas yang siap menghadang di ujung jalan layang memicu sang suami mengambil keputusan bodoh. Ia pun berbalik melawan arah. Keputusannya itu yang membuat sebuah mobil menghajarnya sehingga sang istri terpental, melayang terjun bebas keluar dari jalan layang. Seperti biasa, berita seperti ini akan hangat diperbincangkan paling-paling hanya dalam sepekan. Setelah itu akan menguap ditelan berbagai permasalahan hidup yang menyita warga Jakarta. Bak akhir dari setiap cerita pilu, kebodohan dan kemiskinan selalu menjadi kesimpulan penutup. Padahal fenomena motor melanggar aturan lalu lintas sudah menjadi agenda sehari-hari. Pengendara motor melawan arah terjadi dimana-mana dan tak mengenal waktu lagi. Apakah karena warga terjerat kemiskinan dan kebodohan, pemerintah tak perlu mengaturnya? Akankah pemerintah DKI akan kembali berdalih belum rampungnya proyek MRT dan monorel sebagai alasan tak dibatasinya pergerakan sepeda motor di ibu kota? Apakah ketenaran Jakarta di seantero dunia akibat sepeda motor masih belum cukup? Barangkali bak pungguk merindukan bulan mengharapkan pembatasan jumlah sepeda motor. Saat ini sepeda motor yang hilir mudik di Jakarta sudah mencapai level yang tak mungkin bisa diatur oleh aparat kepolisian yang jumlahnya terbatas. Cilakanya, penjualan sepeda motor di Jakarta pun tumbuh secara eksponensial. Selain akibat fisiknya yang kecil sehingga memudahkan pengendaranya melanggar aturan, keberadaan jutaan sepeda motor saat ini tak mungkin bisa diawasi oleh aparat. Permasalahan sepeda motor di Jakarta yang kian menumpuk sejatinya tak perlu terjadi bila pemerintah Jakarta tak malas dan berani mengambil keputusan yang tak populer. Akibatnya, Jakarta terus menjadi objek berita media internasional. Cilakanya, berita memilukan dan memalukan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H