Hari itu ibu-ibu tersebut ada rapat di Dinas Pendidikan Kabupaten dan setelah acara selesai, sebelum mereka pulang mereka mampir untuk menengok saya,kebetulan juga salah satu diantaranya adalah kakak Ipar saya,isteri dari kakak kandung saya.
Singkat cerita setelah mendengarkan keluhkesah dan curhat ibu-ibu ini tentang keadaan sekolah dan juga berkenaan masyarakat secara umum dimasing-masing desa mereka, karena waktu yang terbatas,akhirnya ibu-ibu wanita tanpa tanda jasa ini undur diri,pamit pulang.
Saat bepamitan pulang ini ada salah satu ibu yang menyerahkan sebuah amplov (envelope) tentu dengan pengantar basa-basi seperti sudah sebuah kebiasaan kalau ada seserahan.
Tentu saya tidak berusaha menolak pemberian ini,karena memang mereka ingin sekedar membantu saya dan saya menghargai ketulusan mereka.
Sepulang mereka ibu-ibu ini, saya membuka amplop tersebut,saya mengucap Hamdalah dan tersenyum karenanya, kemudian saya membayangkan kegemparan yang akan terjadi terhadap ibu -ibu itu tadi,saya lantas teringat kisah sang Ulama tersebut diatas,seraya hati ini bertanya bisakah saya menjaga sebuah rahasia ini seperti sang Ulama?
Segera kuletakan dan kusimpan amplov tersebut kedalam tas, saya harus segera ke masjid,karena waktu Ashar hampir tiba,dan kulupakan saja apa yang barusan terjadi,tentu setelah sholat ,saya selalu mendoakan orang-orang yang telah berbuat baik kepada saya dan kepada keluarga saya, Saya doakan kebaikan mereka semoga bernilai ibadah disisi Alloh SWT,tentu juga saya memohon kepadaNya agar membalas kebaikan mereka dengan kebaikan dari sisiNya.
Sehingga beberapa hari kamudian isteri saya telpon,beliau bercerita bahwa barusan saja dia ditelpon salah satu Kepala Sekolah TK yang beberapa hari yang lalu telah mengunjungi saya,dan isteri saya bertanya,
Apa yang terjadi setelah kunjungan ibu-ibu guru beberapa hari yang lalu?seolah penuh selidik.
Saya berusaha mengklit,...gk ada ah,kenapa emang?saya balik bertanya.
Isteri saya meneruskan ceritanya,bahwa ibu-ibu guru yang telah mengunjungi saya merasa sangat malu,mereka menangis,mereka merasa gak enak,mereka minta maaf betul,karena salah seorang ibu-ibu itu salah kasih amplop,amplop yang telah disiapkan tidak dikasihkan yang dikasihnya justru amplop kosong,hehehehe.
Dan ternyata saya tak bisa menyimpan aib ini,karena akhirnya kuceritakan dalam tulisan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H