Mohon tunggu...
Nafian Faiz
Nafian Faiz Mohon Tunggu... Wiraswasta - Membangun Komunitas

Hidup bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Indahnya di Penjara

21 Februari 2011   02:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:25 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

tadi pagi sepulang sholat subuh di masjid disamping rumah,istriqu bilang,"sepulang dari penjara,bapak sulit sekali bangun untuk sholat malam ya? dibangunkan susah banget,kalau toh bangun sudah hampir waktu subuh,tak jarang saat azan dikumandangkan bapak

baru bangun",begitulah kata kata lembut istriku tadi pagi,mungkin dia mulai gusar juga,karena sudah beberapa kali beliau mencoba membangunkan saya,tapi saya tak bangun,badanku dan ke inginanku terlalu malas untuk memenuhi gugahan istriku,walau demikian aku masih dapat mendengar dan melihat istriku khusuk dalam solat malamnya.


saya teringat masa saya dalam tahanan selama 4 bulan lebih,hampir tidak pernah saya lewatkan untuk selalu bermunajat sholat malam,sholat dhuha,tadarusan alquran,dan satu lagi yang saya lakukan adalah puasa selama 4 hari dalam seminggu,ya saya rutinkan puasa dari hari senin sd hari kamis.

terkadang memang disaat kita dalam kesulitan kita merasakan dekat dengan tuhan,kita merasakan nikmat dalam beribadah,tapi disaat kita longgar,disaat kita senang,diuji dengan kenikmatan kita mulai lupa dengan tuhan.

tuhan kita butuhkan disaat kita sulit,maka tidak jarang akhirnya kita selalu dalam kesulitan.

tuhan kita butuhkan saat kita dalam kemiskinan,maka tak jarang kita selalu diuji dalam kemiskinan.


apakah kita harus selalu dipenjara,

apakah kita harus selalu diberikan kesusahan,

apakah kita harus selalu dalam kemiskinan,biar kita selalu ingat tuhan?

Aku malu menjawab pertanyaanku sendiri,aku malu dengan sindirian istriku,aku malu kepadamu tuhan,yang telah begitu banyak memberikan nikmatmu kepadaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun