Mohon tunggu...
Moheng Gonzales
Moheng Gonzales Mohon Tunggu... Seniman - Come Back
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

five nine and seven three...

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Gaji, Seperti Dikebiri!

13 Oktober 2020   16:58 Diperbarui: 13 Oktober 2020   17:04 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : flickr.com

Upah Per Jam

Cak Dayat, sudah cukup lama bekerja sebagai karyawan swasta di sebuah perusahaan yang tidak terlalu besar. Gajinya diterima setiap minggu sekali sebesar Rp. 600.000,- ( enam ratus ribu ) termasuk uang makan selama 6 hari kerja.

Bagi cak Dayat yang masih bujang, gaji sebesar itu masih cukup untuk sekedar uang saku pengisi dompet, disamping menghidupi dirinya sendiri. 

Tapi bagaimana, bagi mereka yang telah berumah tangga serta memiliki anak, mungkinkah mereka masih dapat bertahan hidup dengan gaji sebesar itu?

Mustahil...!!!

tak bisa dibayangkan betapa sulitnya hidup dengan pendapatan yang hanya sekian itu, rasanya jauh sekali dari sejahtera apalagi untuk bisa hidup makmur.

Sungguh berbeda dengan cak Jumadi, seorang tukang parkir di sebuah pertokoan, nampak lebih bergairah jika dibandingkan dengan sahabatnya cak Dayat, yang secara kebetulan hidup bertetangga se RT.

Walaupun hanya seorang tukang parkir dengan upah yang tak menentu (tergantung orang yang parkir), cak Jumadi mendapat lebih banyak pendapatan dari cak Dayat setiap minggunya.

Jika cak Dayat Rp. 600.000 dalam seminggu, sedang cak Jumadi rata-rata bisa mengantongi Rp. 1.000.000, bahkan jika sedang ramai bisa mendapatkan lebih dari itu.

Suatu ketika dalam pertemuan rutin di kampung, cak dayat dan cak Jumadi duduk berdampingan percakapan ringan pun terjadi,

"hallo cak Jum ya opo khabare?" sapa cak Dayat pada sahabatnya

"Alhamdulillah, apik cak Yat" jawab cak Jumadi sambil tersenyum

"Menurut sampean ya opo cak, upah per jam iku" kata cak Dayat

" lho nek tentang upah per jam gak onok pengaruhe ambek aku" balas cak Jumadi sambil membakar sebatang rokok.

Asap putih rokok melayang di seputar ruang perkumpulan, cak Jum melanjutkan perkataannya, " aku lak bebas mandiri cak Dayat, ora melok sopo-sopo kerjo dewe gak ono sing merintah,"

Percakapan ini sebenarnya masih belum selesai, berhubung waktu untuk acara akan segera dimulai, maka dengan terpaksa dihentikan walau sebenarnya cak Dayat masih penasaran?!

Bersambung...

* Singosari, 13 Oktober 2020 *
@jbarathan  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun