"O ala, paham aku sak iki, berarti menulis iku  dibayar ngono ta, yo penak cak"!, begitu ucap cak Jumadi sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.Â
"Tapi menurut aku cak, iki sekedar masukan pendapat pribadi lho, sebaiknya gak usah dipikirno nemen-nemen masalah imbalan utowo boso kerene K-Reward iku, mengapa?, kalau tulisan kita memang bermutu, mudah dipahami, bahasa yang sederhana, dan dapat merubah prilaku orang yang membacanya ke arah yang lebih baik, atau menginspirasi para pembacanya, otomatis K-Reward akan selalu mengikuti, itu pasti!", gitu aja koq repot" jelas cak Jumadi panjang lebar.Â
Cak Dayat membenarkan ucapan cak Jumadi, memang seharusnya demikian, tak perlu memaksakan diri untuk bisa mendapatkan K-Reward, menulislah terus sampai tinta itu habis dan mengering.Â
Lama terdiam, dua sahabat itu akhirnya jadi tertawa bersama, karena waktu berbuka puasa  tak akan lama lagi, maka kedua sahabat itu berpisah, dan tak lupa cak Dayat mengucapkan salam pada sahabatnya, "Cak Jum matur suwun yo! , sudah memberikan" pencerahan" tentang bagaimana menjadi seorang penulis".Â
"iyo cak podo-podo, sampai jumpa lagi yo, Assalamu'alakum"...Â
*Singosari, 13 Mei 2020*
@jbarathan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H