Mohon tunggu...
Moheng Gonzales
Moheng Gonzales Mohon Tunggu... Seniman - Come Back
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

five nine and seven three...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Usang

18 Januari 2020   00:12 Diperbarui: 18 Januari 2020   00:38 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu engkau dipuja-puja, dipandang sebagai benda yang paling berjasa, setiap saat kapan dan dimana pun selalu menjadi kebutuhan utama. 

Disaat tertentu engkau menjadi penentu batasan waktu, pukul berapa acara akan dimulai atau acaranya nanti selesai sampai jam berapa, dan lain sebagainya. 

Ketika bangun tidur, yang pertama kali dilihat adalah engkau, saat menunggu seseorang yang lama ditunggu belum kunjung datang, kau jadi sasaran juga. 

Serba dibutuhkan disegala kesempatan, setiap jarum berdetak itu sangat berarti, terlebih lagi jika berhubungan dengan urusan yang namanya dana.

Kini, jam penunjuk waktu tergeletak menumpuk di sudut gudang, sama sekali tak memiliki arti apa-apa, hanya benda rongsokkan yang tak berharga...!!!

*Singosari, 17 Januari 2020*

@jbarathan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun