rembulan di serambi malam meneteskan air mata, bintang-bintang larut dalam duka
angin malam menahan nafasnya, pohon-pohon diam tertunduk sedih
awan tak bergairah, menggumpal hitam mencurahkan segenap isi hatinya
air pun tercurah habis tak tinggal lagi...!!!
banjir melanda disetiap jengkal tanah, menyapu bersih berlari kencang mengikuti arus
menyapa semua yang dilewati menebarkan senyum kemenangan lalu menghilang
anak-anak menjerit bimbang, apakah esok hari aku masih bisa bersekolah?Â
ibu-ibu berkeluh kesah, apa yang akan kita makan hari ini hingga lusa nanti?Â
kutanyakan pada gelombang dan batu karang, semua diam tak menjawabÂ
aku enggan bertanya pada rumput yang bergoyang
mengapa selalu saja terjadi bencana banjir di ibukota setiap tahunnya, mengapa...?!, meski siapa saja yang menjadi pemimpin, banjir tetap banjir
mari kita kaji lebih dalam lagi, cobalah!, bertanya pada diri sendiri, sudahkah kita hidup bermasyarakat saling menjaga dan melestarikan lingkungan kita?...Â
*Singosari, 3 Januari 2020*
@jbarathan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H