aku bagai bidak
di atas papan catur berkotak
ke sana ke mari bergerak
menurut kehendak
maju satu langkah, sekak!
mati
belum, masih ada perisai
langkah menyelamatkan diri
dari serangan perdana menteri
hampir saja
aku dibuat tak berdaya
untungnya masih juga ada
pertahanan diri selalu siaga
kalau tidak habislah aku, bahaya!
aku bagai bidak
harus dapat mengelak
dari gempuran mematikan telak
oleh pion-pion yang merusak
semut pun kan marah bila terinjak!
akan kubalas
dengan senyuman manis
dia tak kan mampu menangkis
justru sebaliknya menangis
menyesali
lalu meninggalkan pergi
dan berjanji suatu hari nanti
akan datang tanpa dendam!...
* Singosari, 15 Agustus 2023
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H