jalan-jalan telah sepi
pintu-pintu tertutup rapat, terkunci
hujan turun dengan derunya
mengusik ketenangan temaram kemerahan
senja tiada bersuara
kecuali air tertumpahkan dari langit, riuh
aku dan segelas kopi panas, pasrah jua
badai bulan desember
seperti enggan mengakhiri petualangannya
meski di sana-sini
mengeruh air sungai menuju ke pantai-Mu
kecoklatan tercampurkan
ranting kayu dedaunan kering, jauh mengalir
seperti juga kopi mengaliri tenggorokanku...
* Singosari, 29 Desember 2020 *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!