di teras rumah aku duduk sendiri, menyaksikan hujan yang turun siang ini.Â
sesekali guntur menggelegar di langit, petanda hujan akan lama berlangsung.Â
kubakar sebatang rokok sembari memperhatikan air hujan yang jatuh dari atap genteng.Â
hujan pun turun semakin deras melagukan derita, begitu pula air matanya
kenanganku melayang jauh berpuluh tahun silam, ketika seorang dara jelita di tengah hujan, luka hatinya ditinggal kekasihnya.Â
kuisap dalam-dalam dan kuhembuskan perlahan, asap rokok melayang berputar di awang-awang.Â
tega sekali lelaki itu meninggalkannya, setelah semua yang dimiliki telah diserahkan.Â
halilintar bergemuruh, ombak berdeburan, badai bergelombang, semua marah kecuali iblis tertawa.Â
gembira sang iblis dapat memperdaya anak manusia...Â
* Singhasari, 16 November 2020 *