Manusia tak bisa lepas dari seni, karena seni adalah salah satu kebudayaan yang mengandung nilai keindahan. Sedangkan setiap manusia menyukai keindahan. Melalu seni orang dapat memperoleh kenikmatan batiniah.
Tidak ada yang dapat memastikan kapan seni mulai dikenal manusia. Namun, jejak-jejak peninggalan manusia dari masa lampau menunjukkan bahwa seni tumbuh dan berkembang  sejajar dengan peradaban manusia.
Menurut Ensiklopedia Indonesia, pengertian seni adalah penciptaan segala hal atau benda yang karena keindahan bentuknya orang senang melihat atau mendengarnya. Namun tidak semua keindahan (estetika) itu selalu bernilai seni (artistik), karena kenyataannya tidak semua yang indah itu bernilai seni. Banyak keindahan yang tidak termasuk dalam karya seni.
Keindahan
Masalah keindahan sepanjang masa dirumuskan oleh pertanyaan yang berbunyi: "Apa itu indah?" Selalu kita dapat menunjuk karya-karya indah barang-barang bagus, perempuan cantik jelita, pemandangan mempesona tapi kita tidak mampu merumuskan apa itu indah, bagus, cantik jelita, dan sebagainya. Kata keindahan menjadi masalah, karena "ia terasa ada, tapi  terkatakan tidak."
Warna biru, adakah warna biru? Jawabnya tidak ada warna biru. Pasti Anda keberatan. Anda akan berkata : baju saya biru, langit itu biru dan sebagainya.
Ya, itu tidak dapat disangkal. Baju biru memang ada, langit biru memang dapat dilihat. Tetapi adakah biru saja, terpisah dari baju dan langit, juga
terpisah dari cat? Biru yang berdiri sendiri, tidak melekat pada benda? Maka terpaksalah kita mengakui, bahwa warna biru saja tidak ada, ia hanya ada dalam pikiran kita saja, sebagai tanggapan, karena itu "abstrak." Demikian pula dengan keindahan.
Kesenian Â
Dalam perjalanan sejarah boleh dikatakan dalam setiap masa, diulang pertanyaan apa itu seni. Jawaban yang diberikan  banyak dan berbeda-beda
Menurut Raymond Piper. "Dengan demikian kegiatan yang direncanakan untuk mengubah bahan alamiah menjadi benda-benda yang berguna atau indah, atau kedua-duanya, adalah seni". Hasil dari intervensi tangan dan jiwa manusia yang teratur ini adalah karya seni, sedangkan kebudayaan ujud hasil kerja sama akal dengan tangan.
Karya seni (Rupa)
Seni rupa murni (fine art)Â yaitu karya seni yang hanya dinikmati nilai keindahannya saja. Karya seni ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan batiniah. Seni rupa murni banyak ditemukan pada cabang seni grafika, seni lukis, dan seni patung.
Seni Rupa terapan (applied art)Â yaitu seni rupa yang memiliki kegunaan (fungsional) sekaligus memiliki nilai seni. Karya seni ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan praktis atau memenuhi kebutuhan sehari-hari secara materi, misalnya furnitur, tekstil, keramik, dan sebagainya.
Seni adalah pernyataan emosi. Emosi mewarnai cara hidupnya (kebudayaan). Emosi dan cara hidup itu berpadu. Seni sebagai nilai estetika menyusup ke dalam sosial, ekonomi, teknik dan lain-lain.
Upacara adat dikerjakan dengan seindah mungkin. Pakaian untuk menutup aurat dibuat cantik. Alat kerja diukir menjadikannya indah. Dalam tindakan kebudayaan orang juga ingin memuaskan rasa kesenangannya melalui nilai-nilai estetika. Karena manusia bukan hanya makhluk berpikir, tapi juga merasa. Dan kebudayaan ialah pernyataan cara berpikir dan cara merasa sekelompok manusia.
Menurut Sidi Gazalba, Tiap karya seni adalah ciptaan. Apa yang dikatakan cipta? Mengadakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada. Suatu lukisan,
suatu lagu, suatu bentuk bangunan yang sebelumnya tidak ada, diadakan oleh pelukis, komponis, arsitek, itulah yang dikatakan ciptaan. Seorang  pelukis melukis suatu lukisan yang sebelumnya sudah ada, tak dapat dikatakan pelukis itu mencipta. Si peniru tidak berhak dijuluki seniman, karena ia tidak mencipta. Dan karya itu tidak disebut seni, melainkan kerajinan seni atau kraftangan.
Yang diciptakan itu sesungguhnya bentuk. Bentuk garis, cahaya, warna adalah lukisan. Bentuk garis, cahaya, warna, dan gerak adalah film. Bentuk gerak misalnya tarian, bentuk nada adalah musik dan lagu. Bentuk bahasa (kata-kata) Â adalah puisi dan prosa, dan lain-lain. Â
Dengan demikian, bentuk itu menimbulkan kesenangan. Kesenangan yang estetik, yaitu kesenangan yang dilahirkan oleh nilai keindahan. Pertanyaannya, mengapa tiap kebudayaan mengandung kesenian dan dalam tiap masyarakat selalu kita temukan gejala kesenian?
Karena kesenian itu berakar pada sumber yang membentuk kebudayaan masyarakat itu. Sumber itu adalah manusia. Tidak ada manusia yang tidak mengingini bentuk-brntuk kesenangan yang estetik. Karena kesenangan adalah "fitrah" manusia.Â
* Singhasari, 12 November 2020 *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H