Merdeka!...Merdeka!...Merdeka!...pekik kemerdekaan bergemuruh, membahana, dan menggema memecah keheningan pagi. Ketika derap langkah siswa-siswi SMP Negeri 1 Purwosari Kabupaten Pasuruan dengan berpakaian ala Pahlawan Tempo Doeloe, berbaris menyusuri jalan (karnaval), dengan penuh semangat juang seraya mengacung-acungkan bambu runcing sambil mengucap Allahu Akbar. Merdeka atau Mati!Â
Itulah awal kegiatan dari serangkaian kegiatan memperingati Hari Pahlawan 10 Nopember di kalangan warga SMP Negeri 1 Purwosari. Ada banyak acara yang digelar antara lain: lomba Pidato Bung Tomo, lomba pembacaan UUD 1945, cerdas cermat dan diakhiri dengan pegelaran drama kolosal "Perobekan Bendera Merah Putih Biru menjadi Merah Putih".Â
Seolah-olah suasa saat itu mengingatkan kita pada sejarah pertempuran arek-arek Soerabaya pada tanggal 10 Nopember 1945. Dikenal dengan sebutan "Hari Pahlawan".
Lalu, apa yang dapat kita harapkan dari siswa ketika mereka terlibat langsung dalam kegiatan peringatan hari Pahlawan ini. Apakah hanya sekedar merayakan saja sebatas kegiatan yang bersifat rutinitas belaka?, tentu "tidak" jawabnya. Mari kita simak dan cermati potongan teks pidato Bung Tomo dibawah ini:
"Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah
yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih
maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapa pun juga
Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah! keadaan genting!
tetapi saya peringatkan sekali lagi
jangan mulai menembak
baru kalau kita ditembak
maka kita akan ganti menyerang mereka itu kita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka
Dan untuk kita saudara-saudara
lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka
semboyan kita tetap: merdeka atau mati!
Dan kita yakin saudara-saudara
pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita
sebab Allah selalu berada di pihak yang benar
percayalah saudara-saudara
Tuhan akan melindungi kita sekalian
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! MERDEKA!!!"
(Sumber)
Tersirat dalam pidato Bung Tomo tersebut di atas, merupakan sebuah pendidikan karakter "Cinta Tanah Air" serta " Menjaga Persatuan dan Kesatuan" yang bermakna lebih baik mati dari pada dijajah kembali.Â
Oleh karena itu, melalui salah satu kegiatan lomba pembacaan pidato Bung Tomo di sekolah, yang merupakan sebuah proses pembelajaran untuk menanamkan sikap budi pekerti luhur sejak dini kepada siswa adalah mutlak diperlukan.Â
Sesuai dengan Amanah UU Sis Diknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.
Cinta Tanah Air
Rasa ini timbul dari dalam hati setiap orang. Panggilan untuk mengabdi, membela, memelihara, dan melindungi Tanah Air dari ancaman ini disebut juga patriotisme. Bentuk cinta tanah air yang perlu ditanamkan pada anak, seperti:
-- Bangga menjadi orang Indonesia
-- Membantu melestarikan budaya daerah dan budaya nasional
-- Turut serta mengharumkan nama bangsa di kancah internasional
Menjaga Persatuan dan Kesatuan
Dua sikap ini sangat penting dimiliki warga negara Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan dan kesejahteraan bersama. Sikap ini dapat diajarkan dengan:
-- Mengenalkan anak pada sejarah dan jasa pahlawan
-- Belajar menahan diri dan menjaga etika di lingkungan sosial
-- Memupuk rasa tanggung jawab dan saling menghargai lewat berbagai kegiatan sehari-hari.
Meneladani dan menerapkan sikap pahlawan perlu dibiasakan sejak dini. Kenalkan anak pada sosok-sosok pahlawan untuk diidolakan dan diikuti sikap terpujinya. Dengan demikian, Anda turut berkontribusi memajukan negara lewat pembentukan karakter generasi muda.
Hal itu sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ).Â
Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia Pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa.Â
Sebaliknya para remaja yang berkarakter akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya.
Dengan demikian, kegiatan peringatan Hari Pahlawan 10 November di sekolah yang setiap tahunnya selalu diperingati tidak hanya bersifat seremonial saja, tetapi lebih jauh diupayakan agar lebih menarik, menatang, dan menyenangkan bagi siswa melalui pembelajaran aktif secara mental dan sosial. Sehingga nantinya siswa akan dapat melalukan proses identifikasi dan pembiasaan berperilaku yang baik. Bagaimana menurut Anda?
* Singhasari, 10 November 2020 *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H