Mohon tunggu...
JunSar
JunSar Mohon Tunggu... Human Resources - Belajar jadi Penulis

Membaca dan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berguru kepada Semut Kecil

13 November 2024   08:33 Diperbarui: 22 November 2024   19:42 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semut adalah serangga kecil yang biasa hidup di dalam tanah dan pepohonan. Semut memiliki ukuran dan warna yang berbeda, ada yang besar dan ada yang kecil, ada yang warna merah dan hitam. Kehidupan semut ini selalu berkoloni dengan jumlah yang lumayan banyak dan biasanya memiliki ratu yang menjadi pemimpin. 

Semut ini termasuk serangga yang akan melakukan perlawanan bila sarangnya dirusak. Terutama semut yang warnanya merah gigitannya sangat sakit dan akan menyebabkan bengkak dan memerah bila kulit manusia digigit. Semut melakukan gigitan karena marah akibat sarangnya diganggu. Itu sebagai bentuk protes yang dilakukan untuk membela harga dirinya. 

Walaupun serangga ini kecil dan tidak memiliki kemampuan berpikir seperti manusia. Tapi semut ini memiliki kelebihan dari serangga lainnya. Karena memiliki kelebihan sehingga serangga ini sering dijadikan sebagai panutan bagi manusia. Bila kita perhatikan sarang semut ini maka kita akan melihat betapa hebatnya persaudaraan mereka dalam hal kerja sama. 

Semut - semut kecil ini akan saling bergotong - royong saat melakukan pekerjaan. Apalagi pada saat mau musim hujan, mereka akan bersama - sama mengangkat bahan makanan mereka ke dalam sarang. Tindakan ini sebagai antisipasi pada saat musim hujan tiba mereka masih bisa makan di sarangnya karena makanan sudah tersedia. 

Serangga kecil ini juga terkenal dengan binatang yang rajin bekerja secara bersama - sama tanpa ada rasa lelah. Bisa dikatakan bahwa semut ini adalah binatang yang rajin bekerja baik pagi, siang dan malam sepertinya tidak pernah berhenti untuk berkerja. Oleh karena prilaku semut yang selalu rajin bekerja, maka semut ini sering dijadikan contoh bagi kaum rebahan untuk belajar dari prilaku seekor semut. Ini membuktikan bahwa walaupun manusia memiliki kelebihan berpikir tapi masih kalah dengan seekor semut dalam hal bekerja. 

Si semut kecil ini juga memiliki prilaku saling memberi hormat antara sesama mereka bila saat berpapasan. Bila diperhatikan dengan seksama sepertinya mereka bersalaman dan bertegur sapa dengan saling menundukkan kepala. Ini adalah tindakan yang baik untuk ditiru manusia agar saling peduli antara yang satu dengan lainnya. 

Di zaman yang semakin canggih ini tindakan untuk bertegur sapa diantara sesama manusia sudah jarang terjadi. Jangankan di kota besar di kehidupan desa sudah mulai jarang bertegur sapa dilakukan. Padahal dulu waktu jaman saya masih kecil 45 tahun lalu kehidupan bertegur sapa di kampung saya masih sering dilakukan antara sesama orang kampung.

Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dari ciptaan lainnya dengan memiliki kelebihan -kelebihan. Manusia masih kalah dalam hal berprilaku dan bertindak dengan seekor serangga yang tidak memiliki kemampuan dalam berpikir. 

Manusia memiliki kemampuan untuk menciptakan yang tidak ada menjadi ada. Manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan teknologi setiap saat. Manusia memiliki kemampuan untuk membudidayakan tanaman, hewan tentu saja serangga (semut) didalamnya. 

Dengan perkembangan teknologi yang terus terjadi dengan kecerdasan yang dimiliki manusia, kehidupan manusia juga setiap saat semakin berubah. Yang jauh semakin dekat dan yang dekat semakin jauh sehingga rasa peduli dengan yang dekat semakin berkurang. Tapi kehidupan semut kecil sepertinya tidak pernah berubah dari dulu sampai sekarang. 

Kehidupan bergotong royong, rajin bekerja dan saling bertegur sapa masih dilakukan walaupun teknologi semakin canggih. Apakah kita masih harus belajar dari semut?.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun