Mohon tunggu...
JunsNews
JunsNews Mohon Tunggu... Mahasiswa - semangat perubahan

Bring Back Democracy

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan dan Patriarki

28 Maret 2021   23:09 Diperbarui: 28 Maret 2021   23:22 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gerakan feminis datang dari berbagai belahan dunia termasuk di indonesia. Gerakan ini menggambarkan seorang wanita di posisi tertindas dan merupakan bawahan dari ideologi tradisional yang terus dilestarikan tanpa sadar. Untuk melepaskan perempuan dari penindasan ini, saat itu muncul dalam sejarah gerakan berapa perempuan di Indonesia bagaimana perempuan telah berjuang untuk keluar dari budaya ini dan fokus pada peningkatan posisi sosial perempuan dalam perkawinan dan keluarga. Serta, meningkatkan keterampilan sebagai ibu rumah tangga dengan meningkatkan pendidikan dan pengajaran serta disertai peningkatan keterampilan.

Sejarah perjuangan kemerdekaan indonesia menceritakan beberapa nama perempuan yang disebutkan sebagai tokoh tokoh perempuan yang ikut berjuang bersama rakyat dalam memperjuangkan kemerdekaan. R A Kartini merupakan tokoh perempuan pada zamannya. Kartini (1897-1904) merupakan seorang tokoh yang berjuang memajukan kaum perempuan. Juga sebelum tokoh Kartini berjuang untuk emansipasi telah ada usaha awal. Contohnya, berasal dari lingkungan individu dan dari golongan bangsawan. Misalnya dari usaha keluarga keraton pakualam di yogyakarta yang mendidik gadis-gadis nya untuk belajar di sekolah belanda dengan tujuan agar mereka dapat bekerja di berbagai lapangan.

Pemikiran kartini banyak mengilhami gerakan perjuangan perempuan setelahnya. Kartini mempunyai cita-cita untuk membebaskan perempuan dari keterbelakangan kemiskinan. Menurut kartini titik tolak kemerdekaan perempuan bukanlah dengan melihat perempuan sebagai sosok mandiri yang terpisah dari lingkungannya melainkan pribadi yang terkait dengan kemajuan masyarakatnya. Kartini menulis “kecerdasan pikiran penduduk bumi putera tidak akan masuk pesat bila perempuan ketinggalan dalam usaha itu”, yaitu perempuan jadi pembawa peradaban. Kartini menjadi simbol gerakan perempuan indonesia dan hari lahirnya 21 April selalu dirayakan oleh organisasi-organisasi perempuan dewasa ini selain kartini dan beberapa tokoh lainnya tercatat beberapa organisasi perempuan yang juga hadir pada masa sebelum kemerdekaan indonesia. Organisasi-organisasi perempuan itu bergelut mencari upaya untuk memperbaiki keadaan perempuan dan mengubah tatanan yang menyebabkan kaum perempuan tertindas seperti poetri merdeka, organisasi perempuan pertama di masa kolonial pada tahun 1912.

Setelah berdirinya poetri merdeka pada tahun-tahun berikutnya berbagai organisasi atau perkumpulan bermunculan baik didukung oleh organisasi laki-laki yang terbentuk secara mandiri oleh perempuan sendiri misalnya pawiyatan wanita (1915), pikat (1917), wanita susilo (1918) dan lain-lain. Secara keseluruhan organisasi ini masih bersifat ke daerahan. Namun pada intinya setiap organisasi perempuan saat itu bertujuan untuk memperbaiki posisi perempuan dalam kehidupan bermasyarakat dengan meningkatkan pendidikan perempuan sebagai sebuah strategi dasar

Secara keseluruhan kaum penemuan baik kalangan mahasiswa atau intelektual buruh dan petani mengalami dampak dari budaya patriarki melalui institusi yang bernama keluarga. Rumah adalah tempat dimana sosialisasi awal konstruksi patriaki itu terjadi. Dalam berbagai kebudayaan seperti yang juga dialami perempuan mereka di desak berbagai macam stereotype. Basis teori dari gerakan pembebasan perempuan sesungguhnya adalah feminisme yang melihat kondisi terjadi penindasan terhadap kaum perempuan.

Dewasa ini telah banyak organisasi-organisasi yang muncul untuk berjuang Bersama melawan feminism. Oleh karena itu konstruksi-konstruksi awal dimana patriarki dilestarikan harus berani dilawan agar perempuan tidak lagi tertindas dan memiliki kesempatan yang sama seperti laki-laki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun