Mohon tunggu...
June
June Mohon Tunggu... Freelancer - nggak banyak yang tahu, tapi ya nulis aja

Pengamat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Perang

2 Juni 2020   12:38 Diperbarui: 2 Juni 2020   12:39 3259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melindungi bukanlah alasan untuk berperang
Perang adalah nafsu menguasai dari manusia
Dengan mataku telah kulihat berjuta-juta kesia-siaan
Dan luka-luka di tubuhku menceritakan sejarahnya

Aku telah kehilangan teman-temanku
Aku menjadi yatim piatu di usia muda
Rumahku telah rata dengan tanah kuburan
Di mana yang kau lindungi itu?

Aku terjaga di setiap malam manakala ledakan terus terdengar
Di dalam air masih dapat kudengar riuh tangisan sekitar
Selalu kututup hidungku menghindari asap yang pekat di udara
Telingaku berdenging kencang tertampar suara ledakan

Di manakah tempat yang aman untukku?
Bahkan di hutan pun kau jadikan zona kematian massal
Atas nama banyak nyawa yang telah melayang aku bertanya
Di manakah yang kau lindungi itu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun