Mohon tunggu...
June
June Mohon Tunggu... Freelancer - nggak banyak yang tahu, tapi ya nulis aja

Pengamat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hari Buruh | Haruskah Selalu Demonstrasi?

2 Mei 2019   13:48 Diperbarui: 2 Mei 2019   17:22 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak Afdol Tanpa Demonstrasi

1 May diperingati sebagai hari buruh di seluruh dunia. Hari ini juga dikenal sebagai May Day, karena bertepatan dengan hari pertama di bulan Mei.

Namun, di setiap hari buruh pasti kita tidak akan pernah absen mendengar berita ada demonstrasi, baik yang dilakukan oleh para buruh, atau bahkan mahasiswa yang notabene bukan buruh. Ada banyak bentuk seruan yang disampaikan dalam demontrasi tersebut, dan yang pasti ada adalah tuntutan kesejahteraan buruh.

Yang terkadang menggelitik adalah adanya demonstrasi yang berujung ricuh. Niatnya mau demonstrasi atau apa sih?
Tidak salah untuk melakukan demonstrasi, dengan catatan, hal itu berada pada koridor yang tepat untuk dilakukan. Mengingat bahwa demonstrasi merupakan salah satu bentuk pengendalian gerak pemerintah (bila pemerintah bebal, alias nggak ada tindakan sama sekali, lamban).

Namun, bukankah lebih baik bila melakukan audiensi langsung dengan pihak-pihak yang terkait, artinya mereka yang tidak punya kepentingan dalam hal ini, atau mereka yang sok tahu saja, sebaiknya tidak ambil bagian dalam lingkar utama. Menjadi pengamat boleh saja.

Sayangnya, yang nyata terlihat selama ini, secara umum, demonstrasi dianggap sebagai cara tunggal. Tidak jarang mereka yang tidak berkaitan dengan masalah terkait buruh malah terciprat air. Misalnya saja ada properti masyarakat yang rusak karena demonstrasi yang berujung ricuh, ada ambulans yang terjebak di jalan yang macet akibat adanya chaos di lokasi demonstrasi. Audiensi dan mediasi seolah merupakan cara yang tidak pernah ada di dunia ini.

Catat ini, teman!
Kalian pikir dengan kalian bersikap garang di muka publik itu akan membuat kelompok pemegang kantong investasi takut?
Tidak, yang ada kelakuan seperti itu hanya seperti mereka melihat hewan piaraan mereka yang sedang lapar saja, cukup diberi makan, buang, atau bahkan bunuh saja. Kelompok yang mudah tersulut untuk bertindak anarkis itu adalah target empuk para jenius.

Bila kamu termasuk orang yang temperamental, maka kamu harus mundur dalam soal mediasi. Suruhlah temanmu yang pemikir yang visinya sama untuk maju dalam mediasi. Bukan untuk berdemonstrasi berujung ricuh.

Dan ada baiknya mahasiswa yang berdemonstrasi observasi mendalam terlebih dulu terhadap buruh, bukan hanya sekedar teriak ini itu tanpa tahu masalah yang ada seperti apa. Jangan juga salah alamat dalam menyampaikan demontrasi. Bukankah tujuanmu melakukan demonstrasi tersebut untuk memperjuangkan hak buruh? Bukan untuk menyusahkan masyarakat yang lain, bukan? Atau pamer almamater?

Di mana ada investasi, di situ ada kantong kemiskinan.
Salam....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun