Mohon tunggu...
June
June Mohon Tunggu... Freelancer - nggak banyak yang tahu, tapi ya nulis aja

Pengamat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tiada Ujung

10 April 2019   21:25 Diperbarui: 10 April 2019   21:50 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matahari dapat hangat, dapat pula membakar
Embun pagi menyegarkan, namun sanggup membeku
Tetes air menenangkan, namun hancur pula batu
Kata dapat menjadi doa, namun juga adalah kutukan

Rupa adalah budak waktu, mengapa kau gusar
Waktu tidak berhenti, mengapa kau menunggu
Semua memiliki angka, semua memiliki waktu, semua ada di bawah
Atas hanya satu

Tiada menjadi ada, ada menjadi anda
ada menjadi tiada, tiada meninggalkan nama
Panas akan mereda, mereda akan kembali
Awal adalah kesempatan, akhir adalah kesempatan
Hidup adalah masa, peleburan jadi penyeimbang

Seumpama daun baru yang tumbuh, menyingkirkan daun lama yang rapuh, lalu jatuh dan membusuk, mengaruniai tanah di bawahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun