Mohon tunggu...
June
June Mohon Tunggu... Freelancer - nggak banyak yang tahu, tapi ya nulis aja

Pengamat

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengonsumsi Sayur dan Buah Lokal

10 April 2019   11:45 Diperbarui: 10 April 2019   12:47 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mayoritas orang-orang Indonesia masih beranggapan bahwa produk luar negeri itu jauh lebih baik kualitasnya daripada produk lokal. Contohnya saja tas, sepatu, sandal, busana, dan lain-lain. Bila disandingkan antara produk dari luar negeri dengan produk lokal, langsung terpikirkan untuk mengambil produk dari luar negeri tersebut.

Pemikiran mayoritas orang-orang Indonesia yang masih mengkelas-atas-kan bule (inlander) masih terbawa saja dari dulu kala hingga saat ini. Tak heran banyak pengusaha dari dalam negeri yang sulit berkembang, bersaing dengan produk dari luar negeri. Bagaimana pengusaha lokal bisa bertahan, sedangkan masyarakat meremehkan produk dari pengusaha lokal. 

Beberapa pengusaha yang paham dengan inlander-nya masyarakat ini sampai harus memasang strategi pemasaran. Seperti brand sepeda Polygon, yang pemasaran pertamanya dilakukan di luar negeri, kemudian membawa nama brand Polygon itu ke Indonesia dengan kesan seolah Polygon merupakan brand sepeda dari luar negeri. 

Beberapa perusahaan bahkan harus mengenakan nama brand yang terkesan dari luar negeri, dengan nama brand yang seolah dari negara Perancis, Inggris, Italia, dll. 

Namun, ada yang lebih menggelitik lagi. Inlander produk itu tak hanya terjadi pada produk elektronik, busana, dan peralatan lainnya, tapi sampai pada sayur dan buah. Sayur dan buah lokal masih dipandang sebelah mata, hingga dianggap berkualitas rendah dan tak layak konsumsi. 

Sementara sayur dan buah yang memiliki nama luar negeri (seperti apel fuji, jeruk florida), maupun ada label yang menjelaskan bahwa sayur dan buah tersebut diimpor dari luar negeri, langsung bisa membuat mata inlander bersinar-sinar. Padahal kualitas sayur dan produk lokal justru lebih baik. 

Bila mempertimbangkan geo-lokasi, sayur dan buah lokal tentu dari petani lokal yang kebunnya juga berada di daerah yang lebih dekat. Waktu dari panen hingga berada di pasar tentu lebih pendek, ketimbang sayur dan buah yang diimpor dari luar negeri, dan prosesnya lama karena melewati pemeriksaan barang impor. Proses itu saja sudah memakan waktu yang lebih panjang. 

Secara geo-lokasi, sayur dan buah lokal yang antara waktu panen hingga di pasar lebih pendek dari sayur dan buah luar negeri memiliki tingkat kesegaran yang lebih baik. Sementara sayur dan buah dari luar negeri bila masih segar di pasaran perlu untuk dipertanyakan bagaimana treatment terhadap sayur dan buah dari luar negeri tersebut. 

Sesungguhnya produk pangan lokal banyak yang memiliki kualitas baik, bahkan lebih baik dari luar negeri. Salah satu yang paling terkenal adalah jeruk pontianak. Secara fakta, tidak tepat bahwa menyebutkan itu jeruk pontianak. 

Karena jeruk tersebut tidak berasal dari pontianak, melainkan Sambas, suatu daerah yang masih satu provinsi dengan pontianak. Namun, karena iklan dan branding dari salah satu sachet minuman rasa berinisial N yang menyebutkannya sebagai jeruk pontianak, alhasil jeruk sambas malah dikenal menjadi jeruk pontianak (keliru). Cita rasa dari jeruk sambas ini memiliki rasa yang manis dan segar. Rasa orientalnya lebih kuat, ketimbang jeruk florida. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun