Manusia disebut sebagai makhluk sosial yang berarti ia tak dapat terlepas dari sesamanya. Dalam kehidupan sehari-hari kita akan selalu berkomunikasi.Â
Komunikasi merupakan hal yang vital dalam kehidupan sosial. Tak sehari pun kita lewati tanpa berkomunikasi. Dulu, komunikasi bisa terjadi secara langsung (bertatap muka), melalui surat atau lewat telepon. Seiring dengan berkembangnya zaman, lahirlah new media (media baru) yakni yang kita kenal sebagai internet.Â
Dari internet ini manusia terus berinovasi mengembangkan berbagai fitur yang kiranya dapat mempermudah mobilisasi informasi. Apabila dulu orang-orang berkomunikasi melalui surat-menyurat, pada era teknologi yang serba maju saat ini orang-orang telah mempergunakan saluran dar media baru.Â
Dewasa ini, kita lebih sering menggunakan suatu layanan aplikasi perpesanan dalam berkomunikasi. Beberapa layanan aplikasi perpesanan yang kita kenal diantaranya Blackberry Messenger (BBM), LINE, Bee Talk, WeChat, Kakao Talk, Skype Chat dan Whatsapp.
Whatsapp merupakansalah satu yang cukup populer. Akan tetapi, masalah klasik dalam berkomunikasi masih terbawa pada komunikasi melalui media baru ini, tak terkecuali Whatsapp. Kesalahpahaman dan tersinggung yang umumnya terjadi. Kurangnya rasa hormat, salah memposisikan komunikasi, candaan yang berlebihan dapat menjadi api penyulut konflik.
Pentingnya Komunikasi
Tak dapat dipungkiri bahwa komunikasi merupakan hal yang vital dalam kehidupan. Wursanto (1987: 27) mengatakan bahwa komunikasi dapat berlangsung kapan saja, di mana saja, oleh siapa saja, dan perihal apa saja. Lalu apakah komnikasi itu? Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian atau berbagi informasi dalam bentuk pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media tertentu dan dapat mendapat respon, reaksi atau tanggapan dari komunikan.
Menurut perilakunya, komunikasi dapat dibedakan dalam tiga hal:
- Komunikasi formal, yakni komunikasi yang terjadi dalam lingkup formal. Sifatnya tegas, terstruktur, penting dan informatif.
- Komunikasi informal, yakni komunikasi yang terjadi dalam lingkup yang santai seperti antar teman, keluarga, dan sebagainya.
- Komunikasi nonformal, yakni komunikasi yang terletak di antara formal dan informal, yang mana suatu waktu dapat bersifat formal dan informal secara bersamaan ataupun bergantian.
Etika Berkomunikasi dalam Grup Whatsapp
Tak hanya berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) saja kita harus menjaga etika, bahkan saat berkomunikasi dalam grup Whatsapp pun kita harus tetap menjaga etika. Masalah klasik dalam komunikasi klasik dapat juga terjadi dalam komunikasi kita di grup Whatsapp. Lantas megapa membahas Whatsapp.Â
Sekedar informasi bahwa Whatsapp merupakan aplikasi perpesanan awal yang lintas platform. Berbeda halnya dengan BBM yang semulanya hanya bagi pengguna smartphone Blackberry walau kini sudah tersedia bagi sistem operasi/operation system (OS). Tentunya hal ini membuat Whatsapp memiliki lebih banyak pengguna. Formatnya pun sudah merangkum bentuk pengiriman seperti layanan pesan singkat atau short message service (SMS), pesan suara atau voice message/note, dan layanan pesan media atau multimedia message service (MMS).
Berdasarkan hasil dari suatu penelitian, diketahui bahwa antara 75% hingga 90% dari waktu kita dipergunakan untuk berkomunikasi.
- 5% kita pergunakan untuk menulis;
- 10% kita pergunakan untuk membaca;
- 35% kita pergunakan untuk berbicara; dan
- 50% kita pergunakan untuk mendengarkan.
Berdasarkan data tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan berkomunikasi menggunakan Whatsapp (menggunakan semua fiturnya) kita sudah memenuhi poin-poin tersebut baik untuk komunikasi personal maupun dalam grup.
Berkomunikasi antara personal chat dengan grup tentu berbeda. Bila berkomunikasi secara personal chat tentu kita sudah tahu siapa dengan siapa kita berkomunikasi, latar belakangnya, gaya komunikasinya, dan sebagainya.Â
Lain halnya bila kita berkomunikasi dalam grup. Grup berarti kelompok, di mana terdapat lebih dari dua orang peserta komunikasi. Ketika kita berkomunikasi dalam grup kita harus tetap menjaga etika berkomunikasi dengan menyesuaikan grup tersebut masuk dalam kategori yang mana, apakah formal, informal, atau nonformal.
Meskipun kita berkomunikasi dalam grup yang sifatnya informal maupun nonformal, kita tetap harus menjaga etika berkomunikasi. Hal ini karena setiap orang punya latar belakang sosial, ekonomi, maupun pengalaman yang berbeda satu dengan yang lain. Satu simbol bisa ditafsir berbeda oleh setiap orang. Candaan yang biasa bisa menjadi masalah karena persepsi yang berbeda.
Lantas, bagaimanakah beretika dalam berkomunikasi di grup Whatsapp?
Apa itu etika? Secara etimologi, berasal dari kata Latin "ethicus" dan Yunani "ethicos" yang berarti kebiasaan. Dari sini dapat ditarik dua makna etika, yakni: (1) etika adalah sesuatu yang dianggap baik bila sesuai dengan kebiasaan masyarakat, (2) etika merupakan tatanan atau aturan bagi masyarakat tentang berperilaku yang baik untuk masyarakat, bukan berdasarkan kebiasaan yang sudah diterima di masyarakat. Etika tidak membahas keadaan, melainkan bagaimana seharusnya bertingkah laku.
Menurut Verdeber (1978), etika merupakan standar-standar moral yang mengatur perilaku kita, terkait bagaimana kita bertindak dan mengharapkan orang lain bertindak. Suatu hubungan sebab-akibat hadir akan selalu hadir. Apabila terdapat aksi yang tidak sesuai dengan etika yang ada, tentu berakibat munculnya masalah.
Ketika berkomunikasi dalam grup di Whatsapp, terdapat beberapa masalah yang umunya terjadi, seperti:
Ketika dalam grup yang sifatnya formal, ada salah seorang anggota dalam grup yang memposting gambar-gambar lucu, promosi produknya, atau  bahkan mengirim foto dirinya.Â
Anggota yang lain bisa menjadi risih dengan aksi dari salah satu anggota grup tersebut dan berpotensi munculnya masalah seperti disindir, disinis, atau bahkan bisa ditegur oleh atasan karena memposting informasi yang tidak penting dan tidak sesuai dengan aturan atau dasar dari dibentuknya grup tersebut.
Kemudian ketika kita memposting suatu informasi yang penting untuk diketahui oleh anggota grup yang lain, kemudian postingan kita ditimpali/ditutupi oleh postingan salah seorang anggota grup tersebut yang sifatnya tidak penting dan di luar dari konteks grup. Umumnya kita akan tersinggung karena bukannya memberi respon terhadap informasi yang kita berikan justru orang tersebut memotong penyebaran informasi.
Dalam grup, salah seorang langsung memposting informasi tentang artis yang akan datang dan menghibur di kota tempat anggota grup tersebut. ia menyertakan kata-kata yang menyenangkan dan ikon senyum dan tertawa di postingannya.Â
Kemudian salah satu anggota yang lain menegur dengan sangat serius anggota satunya karena dianggap tidak menghormati anggota yang lainnya. Hal ini karena anggota tadi tidak membaca postingan yang sebelumnya dari anggota lainnya bahwa keluarga salah seorang anggota di grup meninggal dunia, dan mereka merencakanan untuk pergi melayat bersama.
Perlu kita sadari bahwa menjaga etika berkomunikasi sangat penting terutama dalam grup Whatsapp yang anggotanya majemuk. Maka sebagai salah satu pelaku komunikasi (terutama sebagai komunikator) dalam grup Whatsapp kita semestinya:
Mengakui bahwa standar kita tidak bersifat universal;
Tidak mengevaluasi nilai, keyakinan, dan kebiasaan budaya lain menurut nilai personal;
Tidak pernah menganggap lebih tinggi agamanya dari agama yang lain;
Membaca ulang kata atau kalimat sebelum mempostingnya agar tidak terjadi salah penafsiran;
Melihat postingan sebelumnya untuk mengetahui situasi grup;
Tidak menimpali postingan dari anggota lain apabila postingan dari anggota lain tersebut sifatnya informasi. Dan bila memeri respon, berilah respon yang sesuai dengan informasi yang diberikan. Â
Menggunakan tanda baca serta penggunaan huruf kapital sesuai konteks dan sesuai maksud kita. Memahami apakah grup tersebut merupakan grup formal, informal, atau nonformal.
Referensi
- Jiwanto, Gunawan (1985). Komunkasi dalam organisasi. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
- Johannesen, Richard L. (1990). Ethics in human communication. Ed. ke-3 Illinois: Waveland Press.
- Verdeber, Rudolph F. (1978). Communicate! Ed. ke-2 Belmont: Wadsworth.
- Wursanto, I. (1987). Etika komunikasi kantor. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H