Mohon tunggu...
June
June Mohon Tunggu... Freelancer - nggak banyak yang tahu, tapi ya nulis aja

Pengamat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bersatu dengan Alam Semesta dalam Nyepi

18 Maret 2018   07:00 Diperbarui: 18 Maret 2018   08:42 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Selamat merayakan hari raya nyepi"

Begitu biasa saya dengar dari sejumlah teman dan orang lain. Kata "merayakan" rasanya kurang atau bahkan tidak pas untuk hal yang satu ini. "Merayakan" dapat bermakna adanya kegiatan (aktivitas (gerak) besar) dalam pelaksanaan. Saya rasa "selamat menjalankan Nyepi" lebih tepat untuk dipakai. "Menjalankan" dalam hal ini (pernyataan) bermakna pelaksanaan, tidak ada keterkaitan langsung dengan kegiatan yang hiruk. Mengingat bahwa Hari Raya Nyepi merupakan bagian yang suci dalam Hindu.

Nyepi dilakukan satu kali dalam satu tahun kalender Saka (bukan kalender Masehi). Ini juga menjadi penanda tahun baru Saka.

Nyepi merupakan bentuk ritual/sembahyang/ibadah pengendalian diri makhluk hidup (manusia) dengan melaksanakan apa yang dalam ajaran Hindu disebut dengan Catur Brata. Catur Brata merupakan pengendalian diri terhadap empat hal yakni:

Amati Karya, yakni pengendalian diri untuk tidak melakukan aktivitas kerja;

Amati Lelungan, yakni pengendalian diri untuk tidak bepergian ke luar;

Amati Lelanguan, yakni pengendalian diri untuk tidak menikmati hiburan; dan

Amati Geni, yakni pengendalian diri dengan tidak menyalakan api atau sumber cahaya lainnya.

Nyepi bertujuan memohon kepada  Sang Hyang Widhi Wasa agar membersikan dan menyucikan kembali alam manusia (Bhuana Alit) dan alam semesta raya (Bhuana Agung).

Mungkin banyak orang yang berpikiran mudah saja melakukan Nyepi, "toh cuma sehari saja." Anggapan tersebut faktanya jauh dari pernyataan tersebut. Ambil contoh saja, berapa lama anda bisa tahan untuk tidak mengakses smartphone anda maupun gawai hiburan lainnya? Tidak bisa lama, bukan?

Bayangkan umat Hindu yang melaksanakan Nyepi, tidak mengakses hal-hal yang dipantangkan seperti termuat dalam Catur Brata do atas, dan hal itu seharian penuh. Pengendalian diri terhadap keempat macam hal tersebut bukanlah hal sepele, meski banyak yang berpikiran demikian. Dengan melaksanakan Nyepi sebagaimana seharusnya, pelaksana Nyepi telah bertarung dan menang ataa dirinya sendiri. Bisa dikatakan, seperti Dharma yang menang mengalahkan Adharma, yang dirayakan dalam Hari Raya Galungan & Kuningan. Sebagai perwujudan kemenangan yang baik atas yang jahat.

Lantas apakah selama melaksanakan Nyepi cuma diam saja, tiduran saja? Tidak. Selama melaksanakan Nyepi, biasa diisi dengan merenung, berdoa, meditasi, untuk mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Dengan me-Nyepi, kita mencoba belajar untuk menyadari kecilnya kita sebagai manusia dalam alam semesta ini, serta berharmoni dengan alam semesta. Setelah banyaknya hari-hari yang dilalui dengan hiruk-pikuknya, Nyepi menjadi hari momentum untuk bertukar giliran dengan alam semesta. Setelah melewati banyaknya hari tersebut, saat Nyepi kita bertukar, giliran kita yang diam dan mendengarkan alam semesta berbicara.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun