Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Nomine Penulis Opini Terbaik pada Kompasiana Awards 2024

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Membangun Bangsa dengan Gizi dan Jiwa Besar

8 Januari 2025   23:23 Diperbarui: 9 Januari 2025   07:31 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, setidaknya dengan adanya MBG, para orangtua dan anak-anak dapat belajar tentang porsi makanan sehat yang seimbang.

Program MBG juga menjadi pilihan untuk mengalihkan anak-anak dari makanan yang rendah gizi menuju makanan yang memiliki kandungan gizi baik serta aman untuk dikonsumsi dalam jangka panjang.

Hari ini, saya mencoba melakukan survei kecil di beberapa kelas yang saya ajar, terkait makanan sehat dan bergizi dalam kaitannya dengan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat.

Hasilnya cukup mengejutkan. Banyak siswa yang masih mengonsumsi makanan ultra proses, yang tentu saja nilai gizinya jauh dari kata cukup dan bahkan berpotensi membahayakan kesehatan.

Artinya, program MBG ini bukan semata pemberian makanan, tetapi juga menyisipkan edukasi. Orangtua dan anak-anak diperkenalkan pada jenis-jenis makanan sehat dan bergizi.

Harapannya, kesadaran akan pentingnya makanan sehat dan bergizi dapat tumbuh dalam diri anak-anak untuk masa depan mereka. Efeknya tentu bersifat jangka panjang.

Sangat cocok untuk mendukung persiapan Indonesia Emas 2046.

Dukung, Jangan Gembosi!

Banyak testimoni tentang pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) beredar di media sosial. Salah satu yang ramai dibicarakan kemarin adalah testimoni jujur dari seorang siswa SD setelah mencicipi menu ayam dari MBG. Katanya, “rasanya aneh.”

Mungkin ini hanya salah satu dari sedikit testimoni yang muncul ke permukaan tentang rasa dari menu MBG. Bisa jadi, di berbagai daerah terdapat kasus serupa, seperti kekurangan pada rasa, porsi, atau mungkin tingkat kehigienisan makanan.

Di sinilah sudut pandang masyarakat sebagai warga negara mulai terbelah. Ada yang menjadikan hal ini sebagai alasan untuk menggembosi program yang sedang dijalankan pemerintah. Namun, ada pula yang berpikir positif dengan menjadikan momen ini sebagai bahan evaluasi dan refleksi bagi pelaksanaan program MBG.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun