Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

PKWU, Dari Kelas untuk Indonesia Emas

5 Oktober 2024   14:54 Diperbarui: 6 Oktober 2024   08:40 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA 

PKWU hadir sebagai solusi untuk menginisiasi semangat berwirausaha pada generasi muda. 

Prakarya dan Kewirausahaan (PKWU), mata pelajaran ini sering dianggap sebagai pelajaran tambahan semata. Akibatnya, kegiatan belajar mengajar menjadi kurang menarik dan seolah tanpa tujuan yang jelas. Banyak siswa juga menyepelekan mata pelajaran ini. Mereka menganggap PKWU tidak penting.

Padahal, sesuai dengan amanah UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mata pelajaran PKWU dirancang untuk menjawab tantangan zaman. Dalam mata pelajaran Pendidikan Kewirausahaan (PKWU), siswa diajarkan berbagai kompetensi yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan praktis dan sikap kewirausahaan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan di era globalisasi. 

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada sebanyak 7,99 juta pengangguran di Indonesia per Februari 2023. Jumlah itu mencapai 5,83 persen dari usia penduduk kerja. Ironisnya, banyak dari mereka adalah pengangguran terdidik.

PKWU hadir sebagai solusi untuk menginisiasi semangat berwirausaha pada generasi muda. PKWU bukan hanya sekadar mata pelajaran tambahan, tetapi merupakan upaya strategis untuk membekali siswa dengan keterampilan praktis dan semangat kewirausahaan yang dapat membantu mereka menciptakan peluang kerja sendiri di masa depan.

Kita Perlu Mengubah Mindset

Sumber Gambar: KOMPAS/RADITYA HELABUMI 
Sumber Gambar: KOMPAS/RADITYA HELABUMI 

Bagi generasi yang lahir sebelum tahun 2000-an, menjadi pegawai negeri sipil (PNS) merupakan cita-cita mutlak yang didorong oleh keluarga. 

Banyak orang tua yang bercita-cita agar anaknya menjadi PNS, melihatnya sebagai kebanggaan keluarga besar. Masuk dalam pemerintahan, bergaji tetap, dan mendapatkan pensiun adalah impian banyak orang tua untuk anak-anak mereka. Kehidupan dianggap akan bahagia jika menjadi PNS.

Keinginan itu kini sudah tidak terlalu relevan dengan perkembangan zaman. Faktanya, jumlah tenaga honorer semakin bertambah setiap tahun dan selalu menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. 

Menurut data Badan Kepegawaian Negara (BKN), terdapat sekitar 410.000 tenaga honorer di seluruh Indonesia pada tahun 2023. Ini adalah angka yang besar, lalu masihkah kita ingin menggantungkan cita-cita menjadi PNS dan memulai karir dari honorer?

Mengapa tidak mencoba berwirausaha dari sekarang? Dengan mengubah mindset dan memanfaatkan pendidikan kewirausahaan, generasi muda dapat menciptakan peluang kerja sendiri dan tidak lagi bergantung pada pekerjaan sebagai PNS.

Pengangguran Semakin Banyak

Sumber Gambar: KOMPAS/RHAMA PURNA JATI 
Sumber Gambar: KOMPAS/RHAMA PURNA JATI 

Laporan dari Kompas.id menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di Jakarta terus meningkat setiap tahun. Pada tahun 2023, terdapat sekitar 8,51% pengangguran yang didominasi oleh usia 20-29 tahun dari total 10,56 juta penduduk Jakarta. 

Dari jumlah tersebut, sekitar 30% adalah pengangguran intelektual, yaitu mereka yang berasal dari kalangan terpelajar dengan pendidikan tertinggi sarjana.

Ada sesuatu yang salah dalam sistem pendidikan kita, baik di rumah maupun di sekolah. Kemungkinan terbesar adalah rumah dan sekolah hanya menciptakan generasi yang akan menjadi “budak korporat” tanpa memiliki jiwa kewirausahaan. 

Ini menunjukkan perlunya pembenahan dalam pola asuhan orang tua dan pendidikan di sekolah. Pada era 90-an akhir dan 2000-an awal, saya tidak pernah mendapatkan pelajaran PKWU. Ada pelajaran keterampilan dan kerajinan tangan, tetapi kompetensinya hanya membuat siswa terampil membuat kerajinan tangan. 

Sayangnya, kondisi ini masih berlanjut hingga sekarang. Meskipun PKWU adalah mata pelajaran wajib di setiap kelas, inisiasi untuk membangkitkan jiwa kewirausahaan bagi siswa masih minim.

Mengapa kita tidak mencoba mengoptimalkan mata pelajaran ini sebagai langkah untuk membangkitkan jiwa wirausaha dan mengurangi pengangguran? 

Dengan memanfaatkan PKWU secara maksimal, kita dapat membekali siswa dengan keterampilan praktis dan semangat kewirausahaan yang dapat membantu mereka menciptakan peluang kerja sendiri di masa depan.

Bonus Demografi Justru Ancaman

Sumber Gambar: Kompas 
Sumber Gambar: Kompas 

Bonus demografi bak pisau bermata dua, satu sisi sebagai peluang, dan satu sisi sebagai ancaman. Ini akan menjadi peluang emas jika Indonesia mampu memanfaatkan bonus demografi ini dengan menghasilkan generasi muda yang mandiri, tangguh, dan religius, serta memiliki berbagai kompetensi sesuai perkembangan zaman.

Faktanya, Indonesia saat ini justru terancam dengan angka pengangguran yang semakin meningkat. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada tahun 2023 mencapai 5,86%. 

Ironisnya, banyak dari mereka adalah pengangguran terdidik yang telah menyelesaikan pendidikan hingga strata tertinggi, namun tetap menganggur. Serapan dunia kerja semakin kecil dan jurang pengangguran semakin lebar. 

Jika kita tidak mempersiapkan diri, pada puncak bonus demografi nanti, ketimpangan sosial akan semakin besar, dengan perbedaan antara si miskin dan si kaya yang semakin lebar. 

Jurang kemiskinan dan ketimpangan sosial yang tinggi, ditambah dengan kondisi hedonisme yang merebak, akan meningkatkan potensi kriminalitas.

Menganggur, miskin, dan perut kosong adalah masalah krusial yang dapat merusak kehidupan, bahkan sampai kehidupan bernegara. 

Bukankah lebih baik kita mempersiapkan generasi sekarang dengan menginisiasi jiwa kewirausahaan dalam mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan (PKWU) sebelum terlambat? 

Pendidikan kewirausahaan memainkan peran penting dalam mengatasi masalah pengangguran dengan menciptakan lapangan kerja, mendorong inovasi, dan membangun ekosistem bisnis yang kuat. 

Dengan demikian, kita dapat menciptakan generasi yang mandiri dan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, mengurangi pengangguran, dan memanfaatkan bonus demografi sebagai peluang emas.

PKWU untuk Indonesia Emas

Matinya semangat wirausaha menjadikan generasi muda kita tidak mandiri, rentan menjadi pengangguran, miskin, bahkan terjerumus ke dalam kriminalitas. Kondisi ini pada akhirnya menggoyahkan stabilitas bangsa dan negara. 

Mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan (PKWU) merupakan salah satu langkah efisien dan efektif untuk menghadapi potensi buruk yang muncul akibat generasi muda yang tidak memiliki inovasi dan kemandirian finansial, serta hanya bermental “pencari kerja.” 

Pemerintah perlu menjadikan PKWU sebagai proyek strategis nasional dalam menghadapi tantangan bonus demografi. Menjadikan PKWU mata pelajaran wajib di sekolah adalah langkah yang tepat, tetapi yang tak kalah penting adalah menyadarkan seluruh guru pengampu bahwa tugas mereka bukan sekadar mentransfer definisi atau teori. 

Pendidikan Kewirausahaan (PKWU) seharusnya menjadi strategi utama dalam mencetak generasi emas pada tahun 2045, ketika Indonesia mencapai puncak bonus demografi. 

Dengan mengembangkan mentalitas inovatif, mandiri, dan tangguh, generasi muda akan mampu menjadi wirausaha-wirausaha muda yang tidak lagi bergantung pada lapangan pekerjaan yang ada. 

Hal ini penting untuk menciptakan berbagai peluang usaha di tengah semakin terbatasnya serapan dunia kerja. Kemandirian mereka akan memperkuat perekonomian masyarakat dan mendorong kekuatan besar perekonomian negara, yang sejalan dengan visi Indonesia untuk mewujudkan Generasi Emas 2045.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun