Dalam berita yang diturunkan oleh Kompas pada 7 Januari 2024 kemarin, bahkan diketahui ternyata dari seluruh yang ikut geger dalam penampakan video yang viral tersebut, bahkan terlihat aktif melakukan tarik-menarik dan melakukan kekerasan verbal, bukanlah anggota polisi, sebagaimana yang disampaikan dalam keterangan pers oleh Kapolres Jakarta Barat pada konferensi pers terkait penangkapan tersebut.Â
Bukan hanya satu, tapi ada dua oknum yang ternyata bukan anggota Kepolisian Jakarta Barat, yaitu seseorang yang mengenakan hoodie merah maroon dan seseorang yang menggunakan jaket bertuliskan 'polisi' di punggung.Â
Ternyata kekhawatiran Saiful Jamil tidak sepenuhnya salah, ya.
Dalam opini ini, sebagai penulis, saya mencoba mencermati fenomena Imam Masykur dan Saiful Jamil sebagai suatu hal yang seharusnya menjadi refleksi bersama agar tidak terjadi lagi kemungkinan peristiwa tragis seperti yang menimpa Imam Masykur. Setelah terjadinya peristiwa tersebut, saya juga mengakui bahwa menjadi paranoid adalah hal yang wajar.Â
Kita bisa saja tiba-tiba dihadapkan pada situasi di mana seseorang mengaku sebagai aparat penegak hukum dan melakukan operasi untuk membawa seseorang secara paksa, padahal kenyataannya tidak demikian. Inilah yang harus kita cegah bersama, agar tidak terulang lagi peristiwa serupa dengan yang dialami oleh Imam Masykur.
Kehadiran AparatÂ
Mengutip dari salah satu siaran podcast, bahkan Saiful Jamil sangat yakin bahwa yang berusaha menangkapnya adalah begal. Sebab, saat itu tidak ada satu pun orang yang terlihat menggunakan seragam POLRI saat tragedi penangkapan Saiful Jamil terjadi.
Kehadiran aparat penegak hukum yang berseragam dan bersenjata penting untuk meyakinkan terduga pelaku dan warga bahwa penangkapan atau penahanan dilakukan oleh pihak berwenang, bukan oleh oknum atau pihak yang tidak sah seperti dalam peristiwa Imam Masykur.
Tunggu dulu, saya tidak bermaksud bahwa divisi khusus yang bertugas dalam penangkapan terduga pelanggar hukum harus berseragam, sebab SOP dari divisi ini memang tidak mengenakan seragam lengkap.Â
Ini adalah tindakan penyamaran yang dilakukan dalam rangka siasat untuk mempermudah aparat penegak hukum melakukan penangkapan terduga pelanggar hukum tanpa diketahui terlebih dahulu.Â
Namun, yang saya maksud di sini adalah kehadiran divisi lain aparat penegak hukum berseragam lengkap dan juga bersenjata yang juga turut hadir saat penangkapan atau penahanan terjadi.Â
Kehadiran aparat penegak hukum yang berseragam dan bersenjata ini penting dilakukan, karena akan meyakinkan terduga pelaku pelanggaran hukum dan warga masyarakat yang melihat operasi tersebut bahwa penangkapan atau penahanan tersebut benar-benar dilakukan oleh aparat penegak hukum yang berwenang, bukan oleh oknum abal-abal atau pihak yang mengaku-ngaku seperti yang terjadi dalam peristiwa Imam Masykur.