Setelah mengamati tiga kali percobaan simulasi, saya menyimpulkan bahwa mengandalkan anak-anak untuk menolak rayuan pelaku atau mampu bertahan dari tindakan penculikan tidak boleh menjadi fokus utama.
Berulang kali saya mencoba melakukan simulasi penculikan untuk mengamati respons putra sulung saya yang kala itu masih duduk di sekolah dasar. Metodenya sederhana, yakni dengan meminta salah satu siswa atau teman saya untuk mencoba menjemput putra sulung kami.Â
Namun, hasilnya tidak sesuai harapan saya. Dalam skenario penculikan yang kami rencanakan, putra sulung justru menunjukkan sikap patuh dan tak merasa curiga saat digandeng untuk pulang bersama.
Saya memberi instruksi kepada siswa atau teman yang terlibat dalam simulasi penculikan tersebut untuk memberitahu anak saya bahwa saya tidak dapat menjemputnya dan digantikan oleh mereka.Â
Meskipun telah melalui sekitar tiga kali latihan, hasilnya tetap nihil. Putra sulung kami gagal mengantisipasi skenario penculikan tersebut. Padahal, sebelum berangkat ke sekolah, saya selalu mengingatkannya bahwa saya akan menjadi orang yang menjemputnya, dan dia tidak boleh menuruti permintaan orang lain.
Selain pesan verbal di rumah, saya juga mengajarkan putra sulung tentang cara menjaga diri jika ada orang yang tiba-tiba mencoba menarik tangannya atau berusaha menculiknya.Â
Saya mengajarkannya untuk mengalungkan kakinya ke kaki orang yang mencoba menculiknya. Namun, saya menyadari bahwa metode ini mungkin tidak begitu efektif.Â
Kekuatan dan pemahaman anak-anak di sekolah dasar tidak sebanding dengan orang dewasa yang mungkin melakukan upaya penculikan. Selain itu, ada risiko bahwa tindakan pertahanan diri anak dapat menyebabkan penganiayaan oleh pelaku penculikan.
Anak-anak adalah makhluk yang lemah, baik dari segi fisik maupun mental. Oleh karena itu, dalam pandangan ini, saya ingin berbagi pengalaman mengenai cara saya mengantisipasi potensi penculikan anak dan pengalaman-pengalaman pribadi dalam upaya menjaga keamanan mereka.
Orang Tua
Orang tua memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga anak-anak dari potensi penculikan. Oleh karena itu, saya selalu memberikan pesan kepada istri atau keponakan kami yang bertugas menggantikan saya dalam menjemput putra sulung kami, agar selalu tepat waktu.Â
Dengan begitu, kita dapat menghindari situasi di mana anak-anak harus menunggu terlalu lama dan memiliki kesempatan untuk bermain ke mana-mana saat menanti jemputan.