Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Inovasi Kurikulum: 4 Usulan Mapel untuk Menjawab Tantangan Masa Kini

2 November 2023   06:53 Diperbarui: 2 November 2023   08:43 5908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: KOMPAS.id

Jika Anda mencari bukti tentang betapa pentingnya mata pelajaran ini, Anda hanya perlu melihat berita atau melakukan pencarian sederhana di mesin pencari. Anda akan menemukan banyak contoh kasus yang memerlukan pemahaman tentang etika dan tata krama.

Saya sangat mendorong agar mata pelajaran ini diadakan di setiap sekolah. Kita sedang membentuk generasi masa depan, dan memasukkan mata pelajaran ini dalam kurikulum adalah langkah penting untuk memastikan bahwa anak-anak kita memiliki pondasi moral yang kuat. Dengan fokus pada materi inti seperti Etika, Perundungan, Kesehatan Reproduksi, dan Anti Terorisme, kita dapat membantu mereka menjadi individu yang lebih sadar dan bertanggung jawab dalam masyarakat yang terus berubah.

  • Mata Pelajaran Anti Korupsi

Kasus baru-baru ini yang melibatkan dugaan korupsi dalam proyek pengadaan Aplikasi Sistem Informasi Desa (Simdes) di Kabupaten Buru Selatan, Maluku, yang dilaporkan oleh Kompas.com, hanya menjadi satu contoh nyata betapa mendesaknya pendidikan anti korupsi. 

Kasus tersebut menunjukkan bahwa korupsi masih menjadi masalah serius di Indonesia, bahkan dalam skala yang lebih kecil seperti proyek desa, artinya korupsi menjadi masalah yang sistemik.

Korupsi, sayangnya seakan telah menjadi bagian dari adat budaya di Indonesia, seperti tradisi yang tumbuh dan berkembang di berbagai generasi, terlepas dari perubahan zaman. Meskipun pemerintah dan aparat penegak hukum terus berupaya keras untuk memerangi korupsi, kenyataannya masih banyak kasus korupsi yang terjadi di seluruh negeri. Korupsi tidak lagi hanya menjadi masalah individual, tidak terbatas pada tingkat pendidikan, agama, atau bahkan sektor pekerjaan. Korupsi melibatkan berbagai lapisan masyarakat, dari pegawai pusat hingga daerah, dari pengusaha hingga pejabat negara. Kadang-kadang, masyarakat bahkan merasa yakin bahwa siapa pun yang berkuasa pasti terlibat dalam korupsi.

Tampaknya masalah korupsi bukan hanya berkaitan dengan masalah individu atau kepribadian yang bermasalah. Ini adalah masalah sistem yang perlu diperbaiki. Pendidikan anti korupsi seharusnya menjadi mata pelajaran wajib mulai dari tingkat pendidikan paling dasar, seperti TK, SD, SMP, hingga SMA dan perguruan tinggi. Sayangnya, pada saat ini, mata pelajaran ini belum ada di sekolah dasar, meskipun pembentukan karakter dan nilai-nilai moral seharusnya dimulai pada usia-usia awal saat anak-anak berada di sekolah dasar.

Anak-anak perlu diajarkan bagaimana mengenali tindakan korupsi dan memahami perbedaan antara perilaku yang baik dan perilaku korupsi. Mata pelajaran ini akan membantu mereka memahami akar masalah korupsi dan mendorong mereka untuk menghindari perilaku korupsi. Dengan demikian, pendidikan anti korupsi bukan hanya untuk mengubah perilaku individu, tetapi juga untuk merombak sistem yang sudah terbentuk. Ini adalah langkah penting dalam memerangi korupsi dan membangun masa depan yang lebih jujur dan bermoral bagi Indonesia.

  • Mata Pelajaran Pengolahan Sampah

Pada tahun 2015, University of Georgia mengungkapkan bahwa Indonesia adalah penyumbang sampah terbesar kedua di dunia, dengan total sampah plastik mencapai volume luar biasa sekitar 187,2 juta ton/tahun dikutip dari Kompas.com. Fakta ini mengingatkan kita akan permasalahan serius yang perlu kita selesaikan secepatnya.

Mengapa pendidikan tentang lingkungan dan pengelolaan sampah menjadi semakin penting? Ini adalah pertanyaan yang perlu kita jawab dalam konteks masa kini. Kita hidup dalam era di mana isu-isu lingkungan semakin mendesak, mulai dari tempat pembuangan sampah akhir yang terbakar, masalah mikroplastik, hingga berbagai kerusakan lain akibat sampah.

Sama seperti korupsi, masalah sampah menjelma layaknya sebuah kearifan lokal yang salah kaprah. Sampah ada di mana-mana, dan sayangnya, banyak yang masih belum sadar akan pentingnya mengelolanya dengan baik. Orang dengan seenaknya membuang sampah sembarangan, bahkan di jalanan saat sedang berkendara atau di sungai. Inilah yang harus segera kita perbaiki.

Pendidikan tentang sampah seharusnya dimulai sedini mungkin, bahkan sejak anak-anak berada di sekolah dasar. Mereka perlu diajarkan tentang pentingnya sampah, bagaimana mengelola sampah dengan benar, dan dampak negatifnya terhadap lingkungan.

Mata pelajaran ini sebaiknya terpisah dari mata pelajaran IPA terpadu atau Biologi, karena masalah sampah adalah masalah yang mendesak dan perlu penekanan tersendiri. Terlalu sering kita salah dalam pengelolaan sampah di tingkat daerah atau kota. Sampah dari rumah tangga seringkali tercampur, pengangkutannya tidak terkoordinasi dengan baik, sehingga sampah yang seharusnya bisa didaur ulang atau diolah kembali menjadi barang yang berguna, malah terbuang percuma.

Dengan memasukkan pendidikan tentang sampah dalam kurikulum, kita bisa membantu menyadarkan generasi muda tentang pentingnya penanganan sampah yang benar. Ini adalah langkah awal yang krusial dalam memperbaiki perilaku dan kebiasaan masyarakat dalam mengelola sampah, sehingga kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan lebih berkelanjutan untuk generasi mendatang.

  • Materi Investasi Saham Mapel Prakarya Kewirausahaan 

Menurut data dari Kompas.com, Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mencatat bahwa belanja game masyarakat Indonesia mencapai Rp 30 triliun pada tahun 2021. Sayangnya, sebagian besar, yaitu sekitar 99,5 persen dari jumlah tersebut, mengalir ke luar negeri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun