Menghormati hak orang lain adalah salah satu prinsip dasar dalam membangun masyarakat yang adil dan berkeadilan. Memahami hak orang lain dan tidak mengambil yang bukan haknya adalah langkah untuk mengurangi ketimpangan dalam masyarakat. Pendidikan etika seperti ini adalah bagian integral dari pendidikan berkualitas.Â
Kami ingin anak-anak kami memahami bahwa setiap individu memiliki haknya sendiri dan tindakan mengambil hak orang lain tanpa izin adalah sesuatu yang tidak benar.
Dalam pandangan kami, pendidikan ini adalah bagian dari langkah awal untuk membentuk karakter yang etis dan menghindari godaan korupsi di kemudian hari. Ketika anak-anak kami tumbuh dengan kesadaran tentang pentingnya menghormati hak orang lain, mereka akan lebih mungkin untuk berperilaku dengan integritas dan etika yang tinggi.
Dengan demikian, mereka akan memahami bahwa mengambil hak orang lain adalah tindakan yang merugikan dan akan lebih cenderung untuk menghindari perilaku korupsi yang melibatkan pelanggaran hak orang lain.
4. Hidup Sederhana: Melawan Hedonisme, Perilaku yang "Wah," dan Sikap Jumawa
Di zaman ini, banyak anak muda tergoda oleh hedonisme, sebuah paham yang mendorong mereka untuk mencari kenikmatan dan kesenangan sesaat. Hedonisme sering membuat seseorang menjadi pemuja kemewahan, menginginkan hidup yang selalu wah, enak, dan dilayani. Akibatnya, mereka sering membutuhkan biaya yang besar untuk memenuhi candu kesenangan ini dan kadang tidak peduli bagaimana cara mendapatkan biaya tersebut.
Sikap rendah hati dan tidak mementingkan diri sendiri adalah elemen penting dalam membangun masyarakat yang adil. Kami sebagai orang tua ingin mengajarkan anak-anak kami agar mereka belajar mandiri dan tidak menganggap diri mereka seperti seorang "Bos" yang diharapkan untuk dilayani dalam segala hal. Ini adalah bagian dari hidup sederhana yang kami anut. Kami ingin mereka memahami bahwa mandiri adalah kunci untuk menjadi individu yang lebih rendah hati, mandiri, dan bertanggung jawab.Â
Kami juga ingin anak-anak kami memahami pentingnya membeli barang berdasarkan kebutuhan daripada hanya karena suka atau untuk mencari kesan "wah." Kami memberi contoh nyata tentang bagaimana kami mengajarkan mereka untuk tidak mengambil dua jika satu sudah cukup, sama halnya ketika membeli mainan atau sepeda. Mengapa membeli yang baru jika yang lama masih bagus?Â
Dalam hal pemberian uang saku, kami selalu mengingatkan mereka untuk tidak boros-boros. Ini adalah langkah bijak yang sejalan dengan hidup sederhana dan menghindari perilaku konsumtif yang tidak berkelanjutan.
Dengan pendekatan ini, kami berharap anak-anak kami akan tumbuh menjadi individu yang lebih bijak dalam mengelola keuangan mereka, lebih mampu menghindari perilaku konsumtif, dan lebih menghargai nilai dari apa yang mereka miliki.Â
Kami juga mengajarkan nilai menerima dan bersyukur dalam hal makanan. Kami selalu menekankan kepada anak-anak kami untuk menerima dengan syukur makanan yang disajikan oleh ibu, bahkan jika lauk pauknya tidak cocok dengan selera mereka.
Dengan sikap ini, kami ingin mereka memahami bahwa tidak semua keinginan harus dipenuhi dan bahwa bersyukur atas apa yang ada adalah tindakan bijak. Hal ini membantu mereka menghindari perilaku ngambek atau mengeluh yang cenderung mengarah pada perilaku hedonistik dan korupsi.