Rupanya kultur pinjam ini mafhum di berbagai kalangan, maka tak heran berbondong-bondong para pedagang banyak yang menjajakan dagangannya di sekolah, mulai dari jam tangan, gelang kesehatan, kain, peci, mukena, dispenser, mixer dan berbagai hal lainnya, o iya, celana kolor juga.Â
Dan apa hubungannya dengan pinjaman? Bagi barang-barang yang murah dan terjangkau biasanya tidak perlu meminjam segera bisa dilunasi, contohnya celana kolor, hehe. Tapi bagi barang yang sudah lumayan tinggi harganya seperti penyedot debu, AC portable, jam tangan impor, biasanya koperasi sekolah turun tangan.Â
Dengan suka rela koperasi sekolah segera menghandle transaksi ini. Caranya adalah biasanya koperasi sekolah akan menalangi pelunasan pembayaran terlebih dahulu, baru setelah itu mereka mencicil pembayaran kepada koperasi sekolah.
Jadi koperasi sekolah membelikan barang yang diinginkan oleh rekan guru terlebih dahulu baru setelah itu rekan guru akan mencicil pelunasannya kepada koperasi sekolah. Dan biasanya ini dilakukan secara berjamaah loh, ketahuan satu yang pesan, rekan guru yang lain pun akan ikut serta.Â
Koperasi sekolah juga banyak diuntungkan jika banyak yang meminjam, maka tak heran jika pengurus koperasi biasanya menawarkan diri untuk membelikan barang terlebih dahulu agar guru-guru yang lain bisa mencicil kepada koperasi sekolah.Â
Kemudahan transaksi seperti inilah yang pada akhirnya menjadi racun bagi kondisi ekonomi guru. Awalnya mungkin satu cicilan tapi pola pikir yang menganggap mudah dan seolah pondasi keuangan masih kuat membuat cicilan-cicilan kedua ketiga dan seterusnya bermunculan, hingga akhirnya rekan guru terlilit pinjaman.Â
5. Kenaikan gaji tidak sepadan
Nah kalau ini menjadi faktor global, kenaikan gaji PNS menjadi pengungkit naiknya harga-harga barang di masyarakat terutama sembako. Dan kita ketahui bersama bahwa ketika sembako naik maka semuanya menjadi serba mahal loh. Yang jadi persoalan adalah kenaikan gaji ini tidak sepadan dengan naiknya harga-harga barang di masyarakat.Â
Harga-harga barang yang naik melampaui daya beli objek pengungkitnya, yaitu PNS, dan dalam hal ini adalah guru. Kenapa guru? karena berdasarkan data dari BKN.go.id jumlah terbesar dari pegawai negeri sipil didominasi oleh guru sebanyak 62 persen.Â