Demi menghindari konflik yang besar, maka jujurlah terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain, jangan takut akan kehilangan sahabat karena dianggap tidak bisa menyenangkan.Â
Kejujuran kita menjadikan kita terlihat sebagai seorang sahabat yang penuh tanggung jawab dan integritas sehingga menjadi wibawa diri dalam persahabatan.Â
Dengan ini teman tidak akan memaksa kita untuk selalu menuruti apa yang mereka pandang menyenangkan, karena apa yang mereka pandang menyenangkan belum tentu benar dan baik untuk kita. Sehingga dengan ini kita juga lebih mandiri sebagai pribadi yang berwibawa, bukan sebagai badut yang harus menyenangkan hanya untuk menjaga persahabatan.Â
Saling menasehati membuat keterikatan dalam persahabatan menjadi lebih dekat, sehingga mencegah konflik dalam persahabatan, karena masing-masing diri mengetahui dan mengerti tindakan apa yang diharapkan oleh masing-masing.Â
Kedua, Pilih-Pilih Sahabat
Tom Denson, profesor psikologi dari University of New South Wales mengungkapkan, "Kami telah menemukan ketika seseorang marah, ia menjadi lebih agresif, dan sebaliknya ketika ia berada di sekitar orang-orang yang baik, orang-orang itu akan memberi mereka dorongan kecil untuk mengendalikan diri dengan memberi cukup makanan dan minuman glukosa, supaya orang yang agresif tidak lagi agresif,"(dikutip oleh health.detik.com dari ABC Australia)
Karakter manusia terbentuk oleh dua hal, pertama adalah faktor genetis dan kedua adalah lingkungan.Â
Genetis adalah faktor yang diperoleh dari penurunan sifat yang diwariskan oleh orang tua melalui kode genetik di dalam tubuh. Kode genetik ini membentuk karakter seseorang dan kadang karakter yang diperoleh dari keturunan ini sulit untuk dihilangkan.Â
Salah satu karakter yang diturunkan dari gen adalah marah. Dikutip dari health.detik.com, Tom Denson, profesor psikologi dari University of New South Wales, membuat penelitian untuk melihat kapasitas manusia dalam mengendalikan diri ketika marah.Â
Denson mengungkapkan, ditemukan gen yang memiliki koneksi kuat untuk agresif, Â adalah monoamine oxidase A (MAOA) dan sering disebut gen prajurit. Dalam penelitian yang sama Denson juga mengungkapkan bahwa lingkungan juga memberikan dorongan untuk mengendalikan diri ketika marah.