Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Waspadai "Sindrom Othello" Dalam Persahabatan

23 Oktober 2022   14:27 Diperbarui: 30 Juli 2023   16:33 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rudolf Tobing terlihat tersenyum sesaat setelah pembunuhan terjadi (sumber gambar megapolitan.kompas.com)

“Motifnya adalah sakit hati karena pelaku merasa dikhianati oleh korban. Korban pernah berjalan dengan orang yang dianggap musuh oleh pelaku,” kata Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Indra Wieny Panjiyoga, Jumat (21/10/2022) seperti dilansir dari kompas.tv

Kasus ini pertama kali muncul pada 17 Oktober 2022, awalnya ditemukan jasad seorang wanita di kolong tol becakayu. Tidak perlu waktu lama, pada tanggal 18 Oktober 2022 pelaku atas nama Rudolf Tobing akhirnya tertangkap. 

Pelaku tega membunuh temannya sendiri yaitu Ade Yunia Rizabani Paembonan, karena merasa dikhianati oleh korban. Yang mengejutkan adalah pelaku dan korban merupakan sahabat satu circle. Saking akrabnya korban dengan pelaku, korban pun menerima ajakan pelaku untuk datang ke apartemen pelaku dengan alasan akan diajak podcast. 

Tapi ternyata itu hanyalah modus pelaku menjerat korban untuk dibunuh. Kedekatan antara pelaku dan korban sangat tampak dengan kesediaan korban datang ke apartemen pelaku. Tidak akan pernah terlintas pada pikiran korban bahwa sahabat dekatnya tersebut memiliki niat jahat yang terpendam. 

Pelaku merasa cemburu dan dikhianati

Saat rasa cemburu muncul, keadaan ini akan mengaktifkan beberapa area otak. Diantaranya adalah area yang sama dalam memproses rasa sakit fisik, area yang mengatur emosi (korteks frontal kiri), dan area sistem dopamin yang berperan dalam membentuk emosi. Reaksi fisiologis inilah yang dapat membuat orang cemburu menjadi lebih sensitif dan posesif dikutip dari halodoc.com

Ade Yunia Rizabani Paembonan sebenarnya merupakan korban dari kecemburuan buta Rudolf Tobing terhadap hubungan korban dengan sahabat mereka lainnya yaitu H dan S. 

Korban, pelaku, H dan S diketahui mereka adalah sahabat satu circle. Tapi hubungan pelaku dengan H dan S merenggang hingga sampai pada permusuhan. Pelaku merasa sakit hati dan dikhianati oleh korban saat melihat postingan foto korban sedang bersama dengan H dan S. 

Dari rasa kecemburuan ini lah pada akhirnya muncul niatan untuk melakukan pembunuhan terhadap korban, H dan S. Pelaku merasa tidak terima saat korban berada bersama dengan H dan S, seolah-olah pelaku hanya menginginkan korban hanya menjadi sahabat pelaku saja. Pelaku juga merasa sangat sensitif ketika melihat postingan dari korban yang menggambarkan kebersamaan mereka bertiga. 

Target utama pelaku sebenarnya adalah H, bahkan pelaku sudah mencoba untuk mencari jalan menjebak H dengan cara mencari tahu keberadaan H melalui adik korban, tapi hal ini tidak di respon oleh adik korban, sehingga pelaku urung dalam melakukan rencananya.

Begitu juga dengan S, tidak ada celah yang bisa digunakan untuk menjebak S. Hingga pada akhirnya pelaku beralih kepada korban Ade Yunia Rizabani Paembonan, setelah tidak memiliki celah kesempatan untuk bertemu dengan H dan S.

Pelaku diduga penderita Sindrom Othello

'Kamu akan ada di kubu mana? Saya atau H?' Dan dijawab korban, 'Di bagian kamu'," kata Kasubdit Jatanras Polda Metro Jaya AKBP Indrawienny Panjiyoga kepada wartawan, Sabtu (22/10/2022) dikutip dari megapolitan.kompas.com

Sesaat sebelum pembunuhan itu terjadi, pelaku sempat bertanya kepada korban, ada di kubu siapakah korban berada. Pertanyaan itu adalah sebagai bentuk klarifikasi keberpihakan korban, apakah korban berpihak kepada pelaku atau berpihak kepada H dan S yang dianggap musuh oleh pelaku. 

Dijawab oleh korban bahwa korban berada di pihak pelaku. Tapi hal ini tidak mengurungkan niat pelaku untuk membunuh korban. Amarah terpendam karena pelaku terlihat berpoto bersama dengan H dan S membuat pelaku kalap sehingga membuat korban terbunuh. 

Pelaku membuat pemikiran dan kepercayaan yang salah yang berasal dari dalam dirinya sendiri bahwa korban telah berkhianat atau tidak setia kepada pelaku gara-gara postingan kebersamaan antara korban dengan H dan S.

Padahal kalau saja pelaku berpikir jernih, bagaimana mungkin korban berkhianat atau tidak setia dengan pelaku sedangkan korban dengan rela hati bersedia menemui pelaku seorang diri di apartemen pelaku. Kesediaan korban untuk datang di apartemen pelaku merupakan sebuah pembuktian bahwa korban tetap setia berteman dengan pelaku. Tapi sayang kecemburuan buta dalam persahabatan mereka ini membuat pelaku merasa bahwa korban sebagai sahabat telah berkhianat dan tidak setia terhadap pelaku.

Perilaku pelaku ini diduga sesuai dengan karakter penderita Sindrom Othello, yaitu kecemburuan buta tanpa batas yang sangat berbahaya karena dapat menimbulkan korban jiwa. Biasanya sindrom ini dikaitkan pada pasangan yang terlibat dalam hubungan percintaan, tetapi dalam kasus ini diduga Sindrom Othello juga bisa berada dalam hubungan persahabatan.

Dari cnnindonesia.com, kecemburuan umumnya ditandai sebagai reaksi emosional negatif yang muncul saat seseorang kehilangan (atau takut kehilangan) hubungan yang berharga karena ancaman saingan, baik bersifat nonfiktif maupun imajinatif. Relate dengan apa yang terjadi dalam persahabatan mereka yaitu antara pelaku dan korban serta H dan S, pelaku merasa cemburu ketika melihat korban bersama dengan H dan S yang dianggap musuh pelaku. Rasa takut akan kehilangan pertemanan dengan korban karena seolah korban memihak kepada H dan S membuat pelaku merasa terancam dan terkhianati, hingga pada akhirnya pelaku tega membunuh korban.


Apa yang dimaksud dengan Sindrom Othello?

Sindrom Othello; cemburu buta dan kepercayaan yang salah (sumber gambar idntimes.com)
Sindrom Othello; cemburu buta dan kepercayaan yang salah (sumber gambar idntimes.com)

Sindrom Othello adalah kepercayaan yang salah bahwa pasangan dirinya atau kekasihnya tidak setia. Istilah sindrom Othello pertama kali dikemukakan oleh psikiatris Inggris, John Todd dan K Dewhurst, melalui publikasi di Journal of Nervous and Mental Disorder tahun 1955, berjudul "The Othello Syndrome: a study in the psychopathology of sexual jealousy ungkap dr Dito Anurogo MSc, dosen FKIK Unismuh Makassar dikutip dari Antara dilansir dari cnnindonesia.com.

Melansir dari Psychologi Today, cemburu berlebihan bisa menjadi tanda bahwa kamu mengidap gangguan jiwa yang disebut sindrom Othello. Nama sindrom ini diadaptasi dari salah satu tokoh terkenal karangan Shakespeare, Othello. Dikisahkan Othello merupakan seorang prajurit perang yang terbakar cemburu buta setelah dipengaruhi dan dimanipulasi oleh teman sesama prajuritnya mengenai ketidaksetiaan istrinya. Pada akhirnya, Othello membunuh istrinya sendiri, meski sebenarnya sang istri sama sekali tidak melakukan hal-hal yang dituduhkan tersebut, dikutip dari indozone.id.

Ada beberapa keyword dalam Sindrom Othello; cemburu buta dan kepercayaan yang salah, satu lagi gangguan jiwa. Jika ada dari kita yang merasa dalam dirinya ada kecemburuan buta dan kepercayaan yang salah seperti merasa dikhianati padahal sebenarnya tidak, yuk bersama kita sadar kesehatan jiwa kita, jangan-jangan kita mengalami gangguan jiwa Sindrom Othello. 

Bagi para penderita Sindrom Othello mungkin akan susah untuk menyadari kalau dirinya adalah penderita Sindrom Othello, padahal Sindrom Othello adalah gangguan kejiwaan yang harus segera disembuhkan karena penderita sindrom ini berpotensi besar menjadi pelaku kekerasan bahkan pembunuhan. Maka penting bagi kita untuk sadar kesehatan jiwa secara dini agar tidak menjadi pelaku dalam tindakan keji tersebut.

Bagi orang yang berada di sekitaran pelaku hendaknya juga lebih peduli dan waspada terhadap Sindrom Othello ini. Faktor penguat utama adalah keluarga, jika anggota keluarga melihat anggota keluarga yang lain cenderung memiliki ciri-ciri Sindrom Othello, mari untuk mencegah terjadinya tindakan yang tidak di inginkan, keluarga harus memberikan penguatan dan mungkin juga pengobatan yang diperlukan agar penderita Sindrom Othello ini dapat disembuhkan terbebas dari gangguan kejiawaanya ini.

Walaupun Sindrom Othello ini sering disebut sebagai gangguan kejiwaan dalam hubungan percintaan, nyatanya karakter Sindrom Othello ini juga memungkinkan ada di dalam dunia persahabatan. Seperti kasus di atas, Rudolf Tobing sebagai pelaku dan korban Ade Yunia Rizabani Paembonan merupakan sahabat satu circle, bukan pasangan yang terlibat dalam dunia romantisme percintaan. 

Agar kejadian ini tidak terulang lagi dan memakan korban, sudah selayaknya kita waspada terhadap tipe-tipe sahabat yang memiliki karakter condong mengarah pada Sindrom Othello. Karakter dari penderita sindrom ini masih bisa kita lihat, walaupun seperti tak kasat mata, karena yang terganggu adalah jiwa dari penderita sindrom ini, tapi beberapa karakter dari Sindrom Othello masih bisa kita lihat dan rasakan. Itu artinya sindrom ini masih bisa kita cegah dampaknya terhadap diri kita dan orang lain yang berada di sekitaran penderita Sindrom Othello ini. 

Mulai sekarang wajib bagi kita untuk melihat karakter masing-masing teman kita, jika merasa ada yang tidak beres terhadap pertemanan yang dijalani ada baiknya perlahan untuk menghindari. Bukan bermaksud membeda-bedakan, tapi mencegah agar diri kita tidak menjadi korban karena Sindrom Othello. Gak mau kan nyawa melayang hanya gara-gara foto bersama dengan sahabat yang lain, yuk mari kita kenali 2 ciri Sindrom Othello agar kita lebih waspada dan hati-hati, berikut ini adalah 2 ciri Sindrom Othello yang bisa kita kenali.

1. Merasa dikhianati ketika teman dekat akrab dengan teman lain (sensitif)

selalu merasa tidak percaya dengan teman sendiri dan selalu merasa akan dikhianati (sumber gambar idntimes.com)
selalu merasa tidak percaya dengan teman sendiri dan selalu merasa akan dikhianati (sumber gambar idntimes.com)

Pelaku memiliki perasaan yang sangat sensitif, selalu merasa tidak percaya dengan teman sendiri dan selalu merasa akan dikhianati atau ditinggalkan oleh teman dekatnya tersebut. 

Jika dalam persahabatan, kita memiliki sahabat yang sering kali merasa tidak senang ketika kita dekat dengan teman yang lain, maka hati-hati lebih baik hindari persahabatan dengan sahabat yang seperti ini, khawatir dia adalah penderita  Sindrom Othello. 

Perilaku ini bisa nampak terlihat, mungkin dari obrolan yang di ucapkan ataupun dari gestur tubuh yang diperlihatkan. Jika dia mulai mencari-cari kesalahan sahabat yang sedang dekat dengan kita, menjelek-jelekkannya di depan kita, bahkan sampai pada tahapan melarang, duh serem, hindari yuk, jangan-jangan dia penderita  Sindrom Othello. 

Penderita Sindrom Othello merasa selalu akan dikhianati, dan merasa sahabat dekatnya akan berpindah kedekatannya kepada sahabat yang lain, sehingga dia berusaha untuk menjauhkan kita dengan sahabat yang lain. 

2. Mengontrol kehidupan teman (posesif)

Penderita  Sindrom Othello juga dikenali dengan ciri-ciri posesif (sumber gambar idntimes.com)
Penderita  Sindrom Othello juga dikenali dengan ciri-ciri posesif (sumber gambar idntimes.com)

Jika ada sahabat yang sampai seolah-olah peduli banget sama kita, sampai bertanya kamu dimana dengan siapa dan ngapain, hati-hati, itu karakter posesif yang bisa mengarah pada cemburu buta dalam persahabatan.

Penderita  Sindrom Othello juga dikenali dengan ciri-ciri posesif.  Dari kompas.com, posesif di artikan sebagai perilaku yang merasa memiliki dan memiliki tendensi untuk mengontrol orang lain atau pasangan. Perilaku ini biasanya diiringi perilaku yang mendominasi dan memberikan banyak larangan. 

Pertemanan itu seharusnya asik dan menyenangkan, jika ada seorang sahabat yang sampai melarang-larang kita bersahabat dengan orang lain, selalu mendikte kegiatan yang kita lakukan, wajib waspada jangan-jangan dia adalah penderita Sindrom Othello. 

Penderita Sindrom Othello ini akan merasa bahwa diri kita adalah hak nya, jadi sering kali pelaku merasa tidak senang jika kita berteman dengan sahabat yang lain.

Sindrom Othello apakah mungkin dalam dunia persahabatan?

Sayangi diri kita dengan menghadirkan sahabat yang baik (sumber gambar inews.id)
Sayangi diri kita dengan menghadirkan sahabat yang baik (sumber gambar inews.id)

Apakah mungkin ini terjadi dalam dunia persahabatan? 

Mungkin, buktinya adalah kasus di atas, korban dan pelaku hanya sahabat, tapi pelaku sangat sensitif dan posesif hingga tidak senang ketika korban terlihat berfoto akrab dengan H dan S yang juga merupakan sahabat pelaku. Hingga pada akhirnya dengan tega hati pelaku menghabisi nyawa korban.

Karena Sindrom Othello ini masuk kedalam gangguan jiwa maka dibutuhkan assesment ahli ketika akan menjustifikasi seseorang adalah penderita Sindrom Othello. Tapi sampai pada tahap membawa terduga penderita Sindrom Othello untuk ditangani ahli kejiwaan ini bukan sebuah hal yang mudah. Yang paling utama sekarang adalah tetap waspada dalam persahabatan, jika ada dua ciri di atas, maka lebih baik lepaskan persahabatan tersebut. 

Sayangi diri kita dengan menghadirkan sahabat-sahabat yang baik.

Semoga bermanfaat.

Junjung Widagdo pada Hari Persahabatan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun