Pada hampir dua dekade, Ayu menjadi penderita asma, petaka pun terjadi. Ayu didiagnosa sebagai penderita Diabetes Melitus (DM) tipe dua usai dirinya berada di UGD sebuah rumah sakit di mana dia tinggal. Â Ayu pun shock, sempat menyangkal bahwa dia bukanlah penderita Diabetes Melitus.Â
Keluarga Ayu pun tidak ada yang menderita diabetes, artinya Ayu tidak memiliki keturunan DM. Hal ini lah yang membuat Ayu menjadi sangat shock, bagai tersambar petir di siang bolong, diagnosa ini membuat Ayu begitu terpukul karena seakan tidak percaya bahwa dirinya sekarang adalah penderita DM.
Dari diagnosa dokter baru diketahui bahwa ternyata biang dari DM yang diderita oleh Ayu adalah dari obat asma yang dikonsumsi dalam jangka panjang dan tanpa resep dokter.Â
Sesal rasa di hati, kenapa baru sekarang Ayu menyadari bahwa penggunaan obat tersebut dapat menjadikan Ayu menjadi penderita DM.Â
Ayu menyalahkan diri sendiri yang memang mengonsumsi obat asma tersebut tanpa konsultasi dan resep yang diberikan oleh dokter. Akibatnya pun fatal, Ayu menjadi penderita diabetes melitus tipe 2.
Kehidupannya pun menjadi tidak "semanis" dulu. Tanpa teh manis di pagi, siang dan malam hari, tanpa makan-makanan manis lainnya yang bisa membuat gula darahnya menjadi tinggi.Â
Andai saja waktu itu Ayu proaktif dalam mencari dan mengkaji obat yang dikonsumsinya selama ini, hal ini mungkin bisa saja di cegah.Â
Memang diakui bahwa pada saat itu dunia informasi dan teknologi tidak secanggih saat ini. Segalanya saat itu serba terbatas, ponsel hanya dimiliki oleh orang-orang yang berada saja.Â
Jadi wajar jika saat itu Ayu susah melakukan pencarian informasi secara mandiri tentang efek penggunaan jangka panjang dari obat asma yang dikonsumsi. Ditambah Ayu merasa nyaman, karena buktinya selama beberapa tahun dia mengonsumsi obat tersebut seperti baik-baik saja, asmanya terkontrol dan merasa tidak ada efek lain.
Dunia berubah, akses informasi lebih mudah
Pesatnya pertumbuhan teknologi informasi dan komunikasi membuat seseorang dengan mudahnya mengakses informasi yang diinginkan. Tinggal ketik lalu klik pencarian, maka dalam hitungan nol koma sekian detik hasil pencarian pun akan tampil di layar ponsel kita.Â
Pengalaman Ayu menjadi sebuah pengalaman yang sangat berharga. Karena buta terhadap informasi, membuat Ayu menjadi korban atas ketidaktahuannya itu.Â
Idealnya sekarang ini seharusnya tidak akan ada lagi cerita seperti Ayu. Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi seharusnya membuat orang lebih mandiri dan kreatif dalam melakukan pencarian informasi, sehingga membuat keputusan yang tepat dalam setiap tindakan yang dilakukan.Â
Tidak seperti dua dekade yang lewat, saat ini dengan ponsel pintar di tangan, di manapun dan kapan pun dengan mudahnya seseorang dapat mengakses informasi yang diperlukan.Â
Layanan konsultasi kesehatan juga semakin berkembang. Dulu konsultasi kesehatan hanya bisa dilakukan dengan hadir langsung di klinik pelayanan secara langsung. Beda dengan saat ini, banyak aplikasi atau pun situs yang menawarkan jasa konsultasi kesehatan.Â
Itu membuat informasi semakin lengkap dan terpercaya, karena informasi yang diperoleh melalui berbagai sumber dapat divalidasi kebenarannya langsung dengan cara konsultasi via daring dengan dokter pengampu masalah tersebut.
3 Langkah Literasi Digital Dalam Pencegahan Bahaya Obat
Dengan kalimat sederhana literasi digital adalah kemampuan dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi secara tepat guna untuk menambah wawasan dan berpikir kritis dalam memahami informasi.
Dari kompas.com, dikutip dari buku Peran Literasi Digital di Masa Pandemik (2021) karya Devri Suherdi, literasi digital merupakan pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media digital, seperti alat komunikasi, jaringan internet dan lain sebagainya.Â
Kecakapan pengguna dalam literasi digital mencakup kemampuan untuk menemukan, mengerjakan, mengevaluasi, menggunakan, membuat serta memanfaatkannya dengan bijak, cerdas, cermat serta tepat sesuai kegunaannya.Â
Masih dalam kompas.com, dilansir dari Manfaat Literasi Digital Bagi Masyarakat dan Sektor Pendidikan Pada Saat Pandemi Covid-19 (2020) karya Eti Sumiati dan Wijonarko, literasi digital telah membawa banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat. Manfaat tersebut adalah menambah wawasan individu dan meningkatkan kemampuan individu untuk lebih kritis dalam berpikir serta memahami informasi.
Dunia digital saat ini menyediakan berbagai sumber informasi yang siap akses. Cakupannya pun luas dalam berbagai bidang, tidak hanya artikel, konsultasi interaktif pun bisa dilakukan. Hal ini sangat memudahkan kita dalam melakukan pencarian berbagai informasi yang kita butuhkan.Â
Kasus Ayu di atas jika terjadi saat sekarang ini mungkin bisa saja dapat di cegah, tapi karena saat itu akses informasi masih terbatas maka tindakan pencegahan tidak bisa dilakukan.Â
Jika kasus Ayu terjadi saat ini, maka mungkin Ayu bisa melakukan pencarian komposisi, golongan obat, kontra indikasi dan efek jangka panjang dari penggunaan obat asma yang Ayu konsumsi selama ini.Â
Hal ini tentu sangat bermanfaat, membuat kita bijak dalam memilih dan mengonsumsi obat sehingga dapat mencegah dampak buruk yang bisa terjadi setelah penggunaan obat tersebut.Â
Berikut adalah 3 langkah literasi digital yang bisa dilakukan secara mandiri dalam pencegahan bahaya efek samping dari penggunaan obat yang kita konsumsi agar terhindar dari dampak buruk yang telah terjadi pada kisah Ayu seperti di atas.
1. Melakukan pencarian informasi melalui search engine
Langkah mudah, gak perlu ke mana-mana, cukup di depan laptop ataupun scroll layar ponsel melakukan pencarian melalui web browser dan masuk ke laman search engine. Ketikan kata kunci informasi yang akan kita cari dalam search engine, lalu klik enter maka hasil pencarian akan segera ditampilkan.Â
Lakukan juga langkah di atas dalam pencarian informasi tentang obat yang akan kita konsumsi. Cari informasi tentang golongan obat, apakah termasuk obat keras atau bukan, efek sampingnya apa, dan sekaligus temukan efek jangka panjangnya bagaimana.Â
Cari juga keterkaitan obat dengan beberapa penyakit, contoh apakah salbutamol ini berpotensi membuat orang yang mengonsumsi menjadi penderita diabetes, gagal ginjal atau stroke, atau cari juga dalam jurnal-jurnal penelitian tentang efek salbutamol ini.Â
Gunakan kata pencarian yang tepat agar hasil pencarian juga tepat sesuai dengan masalah yang dicari.Â
Setidaknya melalui langkah pertama ini kita akan temukan berbagai fakta-fakta tentang obat yang kita konsumsi sehingga membuat kita dapat menentukan keputusan apakah tetap akan menggunakan obat tersebut atau tidak.Â
2. Cek informasi obat melalui laman cekbpom.pom.go.id
Langkah berikutnya adalah kita bisa cek komposisi yang terkandung dalam produk obat melalui laman cekbpom.pom.go.id.Â
Jika laman sudah terbuka klik cari berdasarkan nama produk lalu ketik kata kunci atau ketik nama obat yang akan kita cari informasinya. Maka berikutnya akan tampil seperti gambar di atas, terlihat komposisi dari obat yang kita cari.Â
Kemudian untuk melengkapi informasi silakan langsung menuju ke laman pionas.pom.go.id. Pada laman ini informasi yang ditampilkan jauh lebih lengkap, adapun informasi yang kita dapatkan pada laman ini adalah indikasi obat, peringatan, interaksi, kontra indikasi, efek samping, dosis, nama dagang dan banyak lainnya yang bisa kita temukan secara mandiri dan kreatif dalam laman tersebut. Laman ini juga adalah bagian dari laman cekbpom.pom.go.id. Berikut adalah tampilan dari laman tersebut.
Laman ini sebenarnya satu induk dengan cekbpom.pom.go.id, tapi agar lebih mudah dalam pencarian maka kami sertakan linknya di sini, agar para pembaca segera bisa menuju pada laman tersebut.
Jika informasi yang didapatkan kurang lengkap, maka kita bisa mencari informasi tambahan lain secara mandiri seperti yang kita lakukan pada langkah pertama di atas.
3. Konsultasi kesehatan via daring
Gak perlu repot untuk ketemu, tinggal klik aplikasi atau web browser lalu konsultasi pun dimulai.
Ada banyak layanan konsultasi kesehatan yang disediakan oleh perusahaan layanan konsultasi menggunakan aplikasi ataupun berbasis web.Â
Dengan ini, maka kita tidak perlu repot pergi ke klinik praktik dokter ataupun ke rumah sakit, cukup berada di depan layar ponsel, laptop/ PC maka layanan konsultasi kesehatan dapat kita laksanakan dengan menggunakan model pelayanan dalam jaringan (daring).Â
Selain itu layanan konsultasi kesehatan ini bisa kita jadikan sebagai salah satu verifikasi informasi pada dua langkah yang telah kita lewati di awal. Hal ini mungkin dilakukan karena layanan konsultasi kesehatan via daring diampu oleh para ahli sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Salah satu contoh adalah kita menanyakan tentang kandungan komposisi obat yang kita konsumsi, efek samping, atau kaitan antara obat tersebut terhadap berbagai penyakit, seperti apakah salbutamol bisa menjadi faktor pemicu seseorang menjadi penderita diabetes melitus ataupun penyakit mematikan lainnya jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang.
Mencegah lebih baik daripada mengobati
Sebagai pasien perlu kiranya kita mengetahui macam-macam efek samping obat, faktor penyebabnya agar muncul kewaspadaan bagi diri kita untuk mencegah munculnya efek samping samping obat, tutur Wahyu Widyaningsih seperti dikutip dalam uad.ac.id.
Bagi pasien dengan penggunaan obat jangka panjang wajib baginya untuk mengetahui berbagai informasi obat yang dikonsumsinya selama ini, hal ini perlu dilakukan agar kasus Ayu yang telah kita paparkan pada bagian atas artikel ini tidak terulang.
Tidak hanya bagi para pasien yang mengonsumsi obat dalam jangka waktu lama, bagi mereka ataupun kita yang baru saja akan mengonsumsi obat setelah diagnosa yang dilakukan oleh dokter, maka wajib juga untuk tetap mencari informasi tentang obat yang akan dikonsumsi.Â
Karena mencegah akan lebih baik daripada mengobati. Bercermin dari kasus Ayu di atas, ketidaktahuan menjerumuskan diri dalam resiko yang besar. Kini Ayu harus pasrah terhadap keadaan, menyadari bahwa dirinya sekarang adalah penderita diabetes melitus.Â
Sesal pasti terjadi, mungkin di dalam hati Ayu menyalahkan diri sendiri kenapa dulu tidak peduli tentang informasi obat yang dikonsumsinya setiap hari. Padahal dampak buruk ini mungkin bisa saja di cegah ketika dulu Ayu proaktif dalam pencarian informasi mengenai obat yang dikonsumsinya.
Kalau saat ini semestinya kita bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan dalam konsumsi obat dengan melihat berbagai informasi yang ada di internet. Tinggal kita saja yang perlu kreatif dan proaktif dalam mencari informasi tentang obat yang kita konsumsi, ditambah verifikasi informasi melalui layanan konsultasi via daring sehingga informasi tentang obat tersebut tingkat validnya lebih tinggi.
Mungkin literasi digital tidak sepenuhnya menjadi solusi utama sebuah pencegahan dari dampak buruk penggunaan obat, tetapi minimal dengan literasi digital ini membuat kita lebih paham obat apa yang kita konsumsi; apakah berbahaya atau tidak, jika memiliki dampak buruk yang besar dibandingkan kemanfaatannya, maka kita bisa memilih untuk menghentikan penggunaan obat tersebut, ataupun memilih alternatif mengonsumsi obat lain yang memiliki dampak resiko paling minimal.Â
Semoga bermanfaat, salam sehat selalu untuk kita semua, salam literasi, semangat terus untuk berliterasi digital agar semakin bijak dalam menentukan pilihan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H