Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Nomine Penulis Opini Terbaik pada Kompasiana Awards 2024

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ingin Nyaman Hidup Bertetangga? Jangan Lakukan 4 Hal Ini

16 Oktober 2022   00:41 Diperbarui: 17 Desember 2022   20:55 1903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetangga oh tetangga, bukan saudara tetapi menjadi seseorang yang bakal seumur hidup mungkin bersama dengan kita. Berada di sisi kita, saat kita sakit, anak kita sakit, atau kadang hanya sekedar pinjam tangga lipat untuk benerin genting juga dengan tetangga. Pokoknya hampir setiap hari pasti kita hidup bertetangga. 

Bahkan saking baiknya hubungan bertetangga kadang dari hidup bertetangga menjadi layaknya bersaudara, tetangga rasa saudara. Seharusnya seperti itu yang terjadi, karena kehidupan kita jika sudah menikah, memiliki rumah, maka dalam tahapan sosialisasi berikutnya adalah hidup bertetangga. 

Wajar jika ada yang bilang bahwa salah satu kebahagian hidup adalah hidup bertetangga dengan tetangga yang baik. Bagaimana tidak, bersosialisasi dengan tetangga ini hampir 24 jam loh, apalagi di komplek-komplek perumahan yang kadang rumah antar tetangga hanya dipisahkan oleh satu tembok saja. Kadang menuangkan beras ke magic com aja tetangga denger, kentut juga kadang denger loh, real itu. Jadi seakan-akan kehidupan kita ini tidak lepas dari tetangga, maka baik-baik lah dengan tetangga, gak nyaman juga kan jika harus seumur hidup berseteru dengan tetangga?

Tapi ternyata ada loh beberapa tetangga yang kadang gak mikir bagaimana hidup bertetangga yang baik. Tetangga seperti inilah menjadikan hidup rasanya sumpek. Pulang ke rumah dari kerja pengennya selonjoran dan bersantai, tapi ternyata sampek rumah sumpek melihat polah tetangga tanpa etika di depan mata. 

Harusnya sama-sama lah kita jaga kenyamanan hidup bertetangga, jika tidak bisa saling bantu, minimal jangan saling ganggu. Jadi kehidupan dalam bertetangga akan nyaman, rumah pun serasa nyaman di tempati. Dengan hidup bertetangga yang baik, anak-anak juga memiliki ruang tumbuh kembang yang baik dari tetangga yang beretika dalam hidup bertetangga. 

Nah, berikut ini adalah 4 hal yang jangan dilakukan ketika kita menginginkan kenyamanan dalam hidup bertetangga.

1. Jangan biarkan air curahan hujan jatuh ke halaman tetangga 

Tiap-tiap pemilik pekarangan harus mengatur pemasangan atap rumahnya sedemikian rupa (Ilustrasi gambar diambil dari properti.kompas.com)
Tiap-tiap pemilik pekarangan harus mengatur pemasangan atap rumahnya sedemikian rupa (Ilustrasi gambar diambil dari properti.kompas.com)

“Tiap-tiap pemilik pekarangan harus mengatur pemasangan atap rumahnya sedemikian rupa sehingga air hujan dari atap itu jatuh di pekarangannya atau di jalan umum. Jika yang terakhir ini tidak terlarang oleh undang-undang atau peraturan pemerintah, tak boleh ia menjatuhkan itu di pekarangan tetangganya”. Pasal 652 KUH Perdata dikutip dari hukumonline.com

Nah loh, sepele tapi bikin nyesek ini, hanya sekedar air curahan hujan tapi hal ini bisa menjadi hal keributan besar bahkan sampai ranah hukum. Bahkan pada bab "curahan hujan" ini di atur oleh kitab perundang-undangan negara. 

Jengkel juga si kadang ketika hujan dan air curahan hujan tersebut menimpa rumah kita, kalau jatuh ke pekarangan kita masih mending walaupun hal ini juga termasuk perbuatan melanggar hukum, tapi ini jatuhnya air hujan kadang membuat rumah kita menjadi basah. Tembok basah, teras basah, jendela basah, coba siapa yang gak jengkel ketika itu terjadi?

Maka ketika kita membuat rumah, pastikan bahwa air curahan hujan dari atap rumah kita jatuh di pekarangan atau di jalan umum sebagaimana di atur oleh pasal 652 KUH perdata. Karena air curahan hujan yang berasal dari atap rumah kita dan jatuh di rumah tetangga adalah perbuatan yang kurang beretika dalam hidup bertetangga. 

Tetangga akan merasa "kedaulatannya" di langgar sehingga hal ini berpotensi membuat hidup bertetangga menjadi tidak nyaman, bahkan "perang dingin" gara-gara curahan air hujan ini bisa berakhir dengan perseteruan fisik. 

Maka demi kenyamanan dalam hidup bertetangga yok jangan biarkan air curahan hujan dari atap rumah kita jatuh ke pekarangan atau rumah tetangga!


2. Jangan parkir kendaraan sembarangan

Parkir kendaraan (Ilustrasi gambar diambil dari otomotif.kompas.com)
Parkir kendaraan (Ilustrasi gambar diambil dari otomotif.kompas.com)

Parkir sembarangan di depan rumah tetangga ternyata termasuk perbuatan melanggar hukum dan tetangga yang tidak berkenan bisa melakukan tindakan penuntutan. Meski sepele, namun hal ini diatur dalam UU No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan dikutip dari hukumonline.com

Sama dengan point pertama di atas, negara telah mengatur bagaimana etika parkir kendaraan. Parkir kendaraan sembarangan termasuk dalam perbuatan melanggar hukum dan bisa dilakukan penuntutan oleh tetangga yang tidak berkenan. Parkir kendaraan sembarangan di depan rumah tetangga juga seakan-akan menyepelekan tetangga, hal ini membuat hidup dalam bertetangga menjadi tidak nyaman.

Ketidak nyamanan tetangga ini kadang hanya terpendam saja loh, karena mungkin tidak enak hati ketika ingin mengingatkan. Yang jelas perbuatan ini mencederai hidup bertetangga yang baik. Pada puncaknya mungkin bisa berakhir pada keributan secara fisik. 

Parkir sembarangan di depan rumah tetangga selain nyebelin juga buat tetangga menjadi repot jika ingin beraktivitas dengan kendaraannya. Apa rasanya ketika kita ingin berangkat kerja tiba-tiba masih ada kendaraan tetangga yang yang terparkir di depan gerbang rumah kita tanpa permisi terlebih dahulu dengan kita, pasti kesal! dan kekesalan ini bisa saja menjadi sebuah perseteruan fisik dengan tetangga, membuat hidup bertetangga menjadi tidak nyaman kan?

Yok lah daripada buat hidup bertetangga menjadi tidak nyaman, mari jangan parkir sembarangan di depan rumah tetangga kita!


3. Jangan ikut campur urusan anak

Dalam hidup bertetangga ini anak juga ikut
Dalam hidup bertetangga ini anak juga ikut "bertetangga"(Ilustrasi gambar diambil dari halodoc.com)

Hanya gara-gara anak berkelahi, dua tetangga di Lubuklinggau, Sumatera Selatan, terlibat duel. Satu orang tewas dan satu lainnya kritis akibat kejadian itu, dikutip dari merdeka.com

Masalah anak juga menjadi salah satu sebab hidup bertetangga menjadi tidak nyaman loh. Dari merdeka.com di atas hanya gara-gara anak, mengakibatkan nyawa harus melayang. 

Hidup bertetangga memang harus sabar-sabar, apalagi dalam hidup bertetangga ini anak juga ikut "bertetangga" dengan anak tetangga. Mereka saling berteman tapi kadang saling jail satu sama lain, hingga kadang bisa jadi malah baku hantam. Tapi mereka adalah anak-anak, urusan mereka berbeda dengan urusan kita. 

Perselisihan anak-anak ini kadang hanya sekedar masalah sepele, dan sehari setelah berlalu biasanya mereka kembali bermain bersama. Beda halnya dengan kita orang dewasa, jika sudah berseteru maka sepertinya susah untuk melupakan sebagaimana anak -anak yang kembali bermain bersama setelah saling ganggu.

Jadi pastikan hemat energi kita dengan tidak mencampuri terlalu dalam urusan anak-anak kita. Mengetahui apa yang membuat mereka berselisih itu harus, tapi saling membela anak masing-masing adalah perbuatan tidak dewasa yang membuat hancur kenyamanan dalam hidup bertetangga. 

Kita bicara dalam konteks "kenakalan anak yang wajar" ya, bukan menjurus ke arah kriminal. 

Jangan pertaruhkan kenyamanan hidup bertetangga hanya gara-gara anak saling ganggu, dalam dunia pertemanan anak-anak saling jail dan saling ganggu itu wajar. Jika masih dalam batas wajar maka jangan berlebihan dalam menanggapi aduan anak kita. 

Minta mereka perjelas apa yang terjadi, lalu biarkan mereka yang selesaikan. Hal ini demi kehidupan bertetangga yang nyaman.

Yok buat hidup bertetangga nyaman dengan tetap bijak tidak terlalu mencampuri urusan anak-anak kita!

4. Jangan gaduh

Gitaran(Ilustrasi gambar diambil dari melenggang.com sumber Pixabay) 
Gitaran(Ilustrasi gambar diambil dari melenggang.com sumber Pixabay) 

"Wkwk ini masalah keluarga gue dulu pas masih ngontrak, anak muda pada gitaran sampai tengah malem posisi adek gue masih bayi, emak gue habis sesar, akhirnya call temen bokap yang 'pinter' suruh datengin mbak kunti malam itu, besoknya hening nggak ada lagi yang gitaran wkwkwk," komentar salah seorang warganet dikutip dari suara.com

Gak gitu juga konsepnya, sampe datengin mbak kunti, bakal berabe juga kalau mbak kunti nya ternyata nyaman dan gak mau pulang, serem gaes.

Masalah ini juga sering terjadi di dalam hidup bertetangga, kadang ada saja tetangga yang buat malam-malam hening yang seharusnya untuk waktu istirahat tetapi dibuat gaduh dengan berbagai aktivitas mereka semalaman yang tanpa henti.

Gak terbatas hanya gitaran saja, main game teriak-teriak, berpesta sampai tengah malam, ataupun karaokean tengah malam ini juga sangat mengganggu kenyamanan dalam hidup bertetangga. 

Boleh saja "gaduh", tapi jangan sampai jadi kebiasaan yang mengganggu tetangga. Kalau kegaduhan ini menjadi suatu kebiasaan maka hal ini sudah berada dalam taraf menggangu, dan hal ini sah-sah saja bila dilaporkan ke pamong setempat atau kalau ngeyel bisa juga sampai ke ranah hukum. Tapi apa ya harus sampai nemen membuat laporan gangguan kenyamanan kepada pihak berwajib hanya gara-gara gitaran?

Maka jalan terbaik adalah jangan buat kebiasaan gaduh di dalam hidup bertetangga, sekali-sekali mungkin saja masih dimaklumi. Seperti acara pengajian yang harus menggunakan speaker, tentu saja membuat gaduh tetangga sekitar, tapi untuk kegiatan yang tidak terus-terusan menjadi kebiasaan tetangga pun akan memaklumi.

Beda halnya dengan ketika kegaduhan ini menjadi kebiasaan, bisa-bisa menjadi perseteruan antar tetangga, dan pasti efeknya adalah hidup bertetangga menjadi tidak nyaman. Siap-siap juga dengan ancaman Pasal 265 KUHP denda maksimal 10 juta rupiah karena bikin gaduh dalam hidup bertetangga, seperti dikutip dari nasional.kompas.com, berisik di malam hari dikategorikan sebagai gangguan terhadap ketentraman lingkungan dan rapat umum seperti membuat hingar bingar atau berisik tetangga pada malam. 

Nah loh, masih mau bikin berisik pada malam hari?

Yok sama-sama jadi tetangga yang nyaman!

Tetangga yang nyaman (Ilustrasi gambar diambil dari kompas.com)
Tetangga yang nyaman (Ilustrasi gambar diambil dari kompas.com)

Prinsip, jadilah tetangga terbaik dalam hidup bertetangga dengan tetangga kita. 

Pastinya dalam hidup bertetangga, kita harus sama-sama menjaga perasaan tetangga dengan cara tenggang rasa, toleransi dan berempati, dengan sama-sama menjaga perasaan masing-masing maka hidup bertetangga pasti akan nyaman.

Tetangga yang baik menjadi salah satu syarat dalam kebahagiaan hidup kita. Tetangga memang bukan saudara, tetapi mereka lah yang dalam 24 jam berada bersama kita. Jika dalam hidup bertetangga tidak nyaman, bagaimana kebahagiaan hidup akan tercipta?

Yok lah sama-sama jadi tetangga yang nyaman, agar hidup menjadi bahagia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun