Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

3 Hal yang Harus Dipikirkan Korban KDRT Sebelum Memutuskan Kembali Bersama

14 Oktober 2022   17:38 Diperbarui: 15 Oktober 2022   11:30 1131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak dan diri sendiri berhak untuk bahagia (Ilustrasi gambar diambil dari halodoc.com)

Di awal perpisahan pasti akan berat,  tapi yakinlah ada banyak masa depan kebahagiaan membentang ketika korban siap dengan kehidupan yang baru ini. Jangan menjadi bodoh, seolah-olah tidak ada lagi lelaki lain di dunia ini. Tinggalkan dan bangun masa depan baru! 

3. Anak dan diri sendiri berhak untuk bahagia

Anak dan diri sendiri berhak untuk bahagia (Ilustrasi gambar diambil dari halodoc.com)
Anak dan diri sendiri berhak untuk bahagia (Ilustrasi gambar diambil dari halodoc.com)

Hidup ini singkat dan anak adalah karunia Pencipta Alam Semesta yang di amanahkan kepada kita. Apakah tetap dengan egois membiarkan diri kita dan anak kita berada dalam lingkungan kekerasan yang dilakukan oleh pasangan?

Jangan mengorbankan diri sendiri dan anak hanya untuk menunggu pelaku KDRT berubah. Mengubah mereka tidak semudah membalik telapak tangan. Diberikan kesempatan untuk berubah mungkin pilihan yang tepat. Tetapi jika KDRT tetap berulang, apakah kita harus tetap bersama dengan pasangan sebagai pelaku KDRT?

Anak dan diri kita berhak bahagia, kehidupan kita yang singkat dengan tumbuh kembang anak yang juga singkat, menjadikan momen bersama anak adalah masa yang paling penting dalam pembentukan kepribadian mereka. 

Khawatir jika anak tetap berada dalam lingkungan keluarga yang kerap kali melakukan KDRT membuat jiwa mereka menjadi tidak sehat, padahal anak adalah tumpuan masa depan orang tua. 

Selayaknya bagi orang tua untuk bisa memberikan lingkungan keluarga yang sehat secara fisik dan psikis. Bagi para korban, lingkungan ini juga tidak sehat secara psikis. Korban pasti akan selalu merasa terancam dan berada dalam tekanan. 

Jika memang hal itu terjadi alasan apalagi yang harus membuat korban bertahan bersama dengan pelaku KDRT, jika kemungkinan anak akan mendapatkan lingkungan keluarga yang buruk dan psikis korban merasa selalu tertekan dan tidak bahagia? 

Solusinya adalah tinggalkan, dan cari kebahagiaan lain yang baru, anak dan diri sendiri berhak bahagia. 

Sangat rugi mengorbankan kebahagian diri sendiri dan anak hanya untuk seorang pelaku KDRT. Kalau memang pelaku cinta dengan korban, KDRT pasti tidak terjadi. Masih ngeyel mau bersama?

Cermat dalam memilih calon pasangan hidup sebagai pencegahan KDRT

Cermat dalam memilih calon pasangan hidup (Ilustrasi gambar diambil dari lifestyle.kompas.com)
Cermat dalam memilih calon pasangan hidup (Ilustrasi gambar diambil dari lifestyle.kompas.com)

Finally, rumit memang jika berbicara rumah tangga. Tidak hanya faktor cinta mati, kadang korban bertahan karena beberapa faktor lain, seperti malu ketika akan bercerai, atau korban yang tidak punya penghasilan dan anak yang sedang butuh biaya tinggi dalam pendidikan. Hal ini kadang menjadi banyak alasan dari beberapa korban memilih untuk bertahan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun