Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Pig Butchering Ala Emak Kampung

12 Oktober 2022   15:52 Diperbarui: 13 Oktober 2022   08:11 1446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terheran-heran, kenapa para korban ini tidak berhenti ketika mereka sudah "gali lubang tutup lubang"?

Sekali lagi mereka masuk dalam jebakan "penggemukan" diluar keterpaksaan. Kaki tangan mereka yang lihay dalam memperhalus kata membius para korban percaya terhadap segala solusi yang ditawarkan olek kaki tangan pelaku yang notabene adalah emak-emak yang juga sudah mereka kenal. 

Canggih ya skenario ini, pemberi pinjaman untuk cicilan yang macet ini pun masuk dalam skenario Pig Butchering, mereka biasanya saling atur skenario agar jualannya ini laku. 

Jadi pemberi pinjaman kedua ketiga keempat ini bukan orang lain tapi oknum-oknum yang memang sengaja dihadirkan sebagai seolah-olah penolong karena memberikan pinjaman pada para korban. 

Tunggu, plus emak emak ini memang memiliki literasi numerasi financial yang rendah dan faktor "keinginan" yang tidak mengukur kemampuan financial, akhirnya jadilah gali lubang tutup lubang hanya untuk bayar cicilan.

Merusak Tatanan Rumah Tangga dan Masyarakat

Ketika jumlah pinjaman sudah terlalu besar dan pelaku Pig Butchering merasa tidak mungkin lagi para korban membayar pinjaman mereka, maka strategi "pepet" mereka jalankan. Teknisnya adalah dengan mengintai para korban terlebih dahulu di sekitar rumah mereka. Ketika mereka para korban keluar rumah maka para pelaku akan mengikuti mereka dari belakang. Sampai pada tempat sepi barulah para pelaku akan "pepet" motor korban dengan motor pelaku. 

Kebetulan saya beberapa kali menyaksikan peristiwa ini dengan mata kepala saya sendiri, ada korban yang merasa sok kuat dengan cara menantang dan bersuara keras agar bisa didengar oleh orang lain, atau ada juga yang menangis terisak isak ketakutan di "pepet" oleh pelaku. 

Sekali lagi psikologis lah yang dimainkan para pelaku dalam melakukan Pig Butchering. Memberikan pinjaman yang seolah terjangkau dengan syarat hanya KTP doang, serta pinjaman yang harus berkelompok. 

Renyahnya bantuan pinjaman ini ternyata tak serenyah nasib para korban. Pada akhirnya mereka menjadi korban "pepet" sehingga membuat mereka stres, tidak bisa berpikir jernih dan merasa tertekan. Merasa dalam tekanan kadang berbagai aset dijual hanya untuk menutupi cicilan yang belum terbayar. 

Yang disasar para pelaku memang para emak-emak, karena secara psikologis memang para emak ini silau dengan rupiah, mereka menganggap dengan pinjaman  terjangkau mereka bisa membayar tepat waktu, nyatanya malah membuat masalah. 

Kejadian ini real terjadi di masyarakat, tetangga bahkan keluarga saya pun termasuk sebagai korban. Nihil dari kaum bapak-bapak yang terjerat Pig Butchering ini, semuanya dominan dari kaum emak-emak.

Ada yang sampai harus bercerai dengan suami, ada juga yang harus meregang nyawa, yang paling banyak adalah terusir dari rumah karena di sita atau dijual. 

Sita rumah bisa jadi modus utama dari para pelaku Pig Butchering, awalnya hanya pinjaman satu sampai 5 juta, dapatlah rumah, apalagi kalau tidak kita sebut sebagai penipuan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun