Standar kekayaan semu inilah yang pada akhirnya menjebak para korban pinjaman untuk melakukan pinjaman tanpa mengukur konsekuensi yang harus dibayar.
Banyak di antara mereka yang ingin di anggap sebagai orang kaya dengan menampilkan tampilan necis serba ada dan serba mewah. Kalau tidak necis dan tidak mewah berarti bukan orang kaya, hingga pada akhirnya ada beberapa di antara kita yang sok kaya hanya untuk mendapatkan apresiasi bahwa dia adalah kaya.
Padahal kekayaan semu hasil dari sok kaya ini pada akhirnya menuntut kehidupan yang pada akhirnya serba di "ada-ada" kan.
Belum waktunya beli mobil baru untuk ke kantor, gara-gara sebuah prestise untuk di anggap kaya atau berhasil maka pada akhirnya harus merelakan sebagian gaji nya untuk cicilan mobil. Padahal kalau mau sedikit menurunkan level keinginan, tetap mungkin beli mobil tapi tidak baru, cukup mobil bekas pakai yang masih layak yang kita dapatkan dari penjual mobil pribadi atau showroom resmi.
Cicilan ini memang membuat hidup lebih "cepat" karena sesuai dengan standar apa yang disebut sebagai kaya, yaitu punya mobil baru, akan tetapi ngongso ini gak bikin hidup selow lagi, pada tiap bulannya pasti ingat terus akan cicilan yang harus di bayar, lalu dimana letak kebahagian untuk dianggap sebagai orang kaya?
Menabung adalah suatu kewajiban bukan pilihan
Dikutip dari sikapiuangmu.ojk.go.id, berbeda dengan orang yang hanya berpura-pura “kaya”, justru mereka lebih senang menghamburkan uangnya untuk hal-hal yang bersifat konsumtif ketimbang ditabung. Orang dengan tipe seperti ini cenderung ketika menghadapi suatu kebutuhan yang mendesak untuk dipenuhi (darurat), uangnya sudah habis terpakai.
Jangankan menabung, bagi orang yang ngongso kehidupan ini seperti tambal sulam gali lubang tutup lubang, berputar terus menerus berutang untuk memenuhi kebutuhan hidup yang menjadi pas-pas an gara-gara harus bayar cicilan tiap bulan.
Padahal ada pilihan untuk menabung dibandingkan harus punya utang dan cicilan. Memang benar bahwa slow living ada pada pola pikir dan kontrol emosi.
Jadikan menabung sebagai sebuah kewajiban, bukan pilihan, jadi segera ambil beberapa persen dari penghasilan kita untuk menabung. Bukan di balik dengan penuhi segala kebutuhan kita baru sisanya di tabung, fix dengan cara ini kadang pada akhirnya kita bisa jadi malah gak jadi nabung. Karena merasa gaji telah habis digunakan untuk kebutuhan hidup bulanan, padahal harusnya, kita sisihkan dulu untuk menabung, sisanya baru kita gunakan untuk keperluan sehari-hari.
Dengan menabung ini, menunjukkan bahwa kita bijak dalam mengelola keuangan. Dari sini kita juga bisa mengambil sebuah keputusan untuk "beli" atau "tidak beli" dari cashflow keuangan yang kita buat dengan memperhatikan jumlah tabungan.
Pas lah ya, menabung buat hidup slow living dan tidak ngongso, karena kita paham betul terhadap keuangan kita, dan tentunya tidak akan panik jika menghadapi kebutuhan yang mendesak untuk dipenuhi.