Mohon tunggu...
Jun Joe Winanto
Jun Joe Winanto Mohon Tunggu... Koki - Chef

Menulis sebagai rangsangan untuk sel-sel otak agar terus berbiak. La Cheo Joe, banyak menulis buku, tetapi tidak untuk diterbitkan secara komersial. Buku-buku tersebut diperuntukkan untuk proyek Departemen Pendidikan Nasional dari beberapa penerbit. Lebih dari 100-an judul buku telah ditulisnya. Lahir pada 9 Juni di “Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah”, sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Cita-citanya berbelok seratus delapan puluh derajat dari yang diidam-idamkan menjadi Dokter Kandungan. Kuliah pun sebenarnya tak diinginkan oleh kedua orang tuanya karena sesuatu dan lain hal. Cerita berkata lain, diam-diam Sang Guru Bimbingan Karier (BK) SMA-nya memberikan berkas lembaran sebagai Mahasiswa Undangan ke Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada. La Cheo Joe sempat merenungi keputusan saat jari-jemarinya menjentikkan pulpen mengisi titik-titik bernama. Perjalanan kariernya di beberapa perusahaan, mengantarkannya untuk berkeliling daerah di Indonesia. Mulai dari Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Kalimantan. La Cheo Joe sebagai penyuka olahraga selam, masak,icip-icip makanan, traveling, dan naik gunung ini, bercita-cita punya “tempat makan” sendiri dan ingin segera merampungkan salah satu bukunya yang sempat tertunda lama. Untuk mengenal lebih jauh dengannya, dapat dihubungi via email: junjoe.gen@gmail.com atau di nomor telepon 0857 1586 5945.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bistronomic Frankenstein di Festival Kuliner Ngabuburit

21 Juni 2016   02:19 Diperbarui: 21 Juni 2016   02:28 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi Kebuli. Cita rasa dan aroma khas Timur Tengah. Foto. Dok. Pribadi

Roti Tisu, salah satu roti khas Timur Tengah. Foto: Dok. KPK
Roti Tisu, salah satu roti khas Timur Tengah. Foto: Dok. KPK
Roti Tisu yang saya coba di Festival Kuliner Ngabuburit di La Piazza ini dengan bentuk yang lebih tinggi dan meruncing. Sementara itu, saus yang dipakai berupa cokelat leleh dicampur kocokan telur. Biasanya, orang-orang menyiramkannya dengan karamel atau selai dan dapat pula dimakan dengan es krim. Krispi rotinya sangat terasa. Pada saat digigit kreeess-garingnya terasa renyah. Dalam  pengamatan saya, mengapa dinamakan Roti Tisu?

Tenant Roti Tisu. Foto: Dok. Pribadi
Tenant Roti Tisu. Foto: Dok. Pribadi
Setiap kali saya mematahkan bagian kecil roti yang sudah disiram saus cokelat, begitu selesai makan, saya selalu berusaha membersihkan jari jemari dengan tisu agar lelehan cokelat tak menempel di tangan, bisa jadi! Kuliner Ngabuburit Timur Tengah saya belum berakhir di Roti Tisu yang dihadirkan oleh Tenant Martabak Mesir dan Roti Pyramid.

Timur Tengah, identik pula dengan makanan satu ini, Kebab. Kebab Turki Baba Rafi yang namanya sudah tersohor hampir di seluruh pelosok negeri. Dalam sajian yang khas, Kebab Turki ini  mampu membangkitkan selera makan saya. Dengan paduan daging has yang khas berbumbu, irisan bawang Bombay, Lettuce, Tomat, Saus Tomat, Saus Sambal, dan juga Mayonnaise, lantas dibungkus dengan kulit Kebab dan di-bake dengan sedikit minyak untuk mematangkan kulit. Rasa kreeess dari sayuran yang ada di dalamnya masih segar meski sudah di-bake. Rasanya? Jangan ditanya. Lekker!

Kebab dengan isiannya. Foto: Dok. Pribadi
Kebab dengan isiannya. Foto: Dok. Pribadi
Tak puas dengan Kebab, saya beralih pandang untuk mencicipi Risol Setan produk Indonesia. Hmm… dari namanya saya membayangkan seram, Setan! Oh, ternyata ketika mencoba untuk menggigit dan mengunyah bagian pertama, alamaaak… pedaaas dan pecah di mulut rasa risol setan itu ditambah lagi dengan siraman saus kacang, membuat mata merem melek. Pedasnya  merangsang keringat untuk bercucuran di sekujur tubuh. Rasa pedas rawit merah yang diuleg bersama sayuran benar-benar menggairahkan untuk terus menyantapnya.

Risol Setan yang membangkitkan selera makan. Foto: Dok. Pribadi
Risol Setan yang membangkitkan selera makan. Foto: Dok. Pribadi
Untuk melepas dahaga saya, pilihan jatuh pada Es Teler, tepatnya Es Sinar Garut H. Ucu. Duuh... rasa serutan es dengan campuran susu, alpukat, nangka, dan kelapa muda itu benar-benar buat nikmat. Alpukatnya bersih dengan warna hijau kekuningan yang matang sempurna. Nangka dengan potongan dadu relatif besar membuat aroma semakin memikat. Kelapa mudanya pun pas. Siraman susu putih kental manis inilah yang membuat rasa Es Teler H. Ucu ini semakin memikat lidah saya. Tak ingin berhenti hanya dengan  satu suapan sendok, ingin dan ingin lagi hingga tetes terakhir es yang berada di dalam mangkuk itu.

Es Teler H. Ucu. Nikmat. Foto: Dok. Pribadi
Es Teler H. Ucu. Nikmat. Foto: Dok. Pribadi
Sepertinya, Gastronomi saya masih meraung-raung ingin sesuatu yang berbeda. Lirikan mata ini jatuh pada bola-bola daging sebesar kepalan tangan orang dewasa. Ya, bakso. Bakso Radja dengan cita rasa nusantara penuh kenikmatan. Bakso ini cukup mengenyangkan perut. Kuahnya bercita rasa gurih dan tidak buat “eneg” di lambung. Dagingnya benar-benar daging sapi asli. Campuran tepung hanya beberapa bagian saja. Dagingnya lembut, kenyal, dan tidak keras saat dikunyah.

Bakso Radja yang mengenyangkan. Foto: Dok. Pribadi
Bakso Radja yang mengenyangkan. Foto: Dok. Pribadi
Orang-orang sudah tahu, salah satu kuliner ini adalah khas dari Tanah Pasundan, apalagi kalau bukan Cireng (Aci digoreng) dan Cilok (Aci dicolok). Berbahan dasar sederhana,  Aci, adonan yang terbuat dari tepung kanji atau sagu. Diadoni dengan menggunakan air. Dapat air dingin atau air suam-suam kuku kemudian diberi perasa, garam atau penyedap rasa. Dibentuk bulat-bulat pipih untuk Cireng lalu digoreng, dan bulat-bulat padat untuk Cilok kemudian direbus hingga matang.

Tenant Cilok-Cireng Legendaris Cipaganti. Foto: Dok. Pribadi
Tenant Cilok-Cireng Legendaris Cipaganti. Foto: Dok. Pribadi
Sausnya terbuat dari kacang tanah yang digoreng, lalu digiling bersama cabai, bawang putih, garam hingga halus. Langkah selanjutnya menumis saus tersebut dengan sedikit minyak dan air panas. Masak hingga mengental. Hmm… meski terbuat dari aci, tetapi makanan ini sudah melanglang buana lintas provinsi. Kini, banyak dibuat dalam varian lain, seperti kerupuk cireng pedas.  Saya coba mencolok satu per satu Cireng-Cilok Legendaris Cipaganti itu. Tusukan demi tusukan menghunjam ke tubuh Cireng dan Cilok. Dalam balutan saus kacang keduanya lumat dalam gigi geligi saya.

Cireng isi Legendaris Cipaganti. Foto: Dok. Pribadi
Cireng isi Legendaris Cipaganti. Foto: Dok. Pribadi
Tak sempurna saat berbuka tanpa minuman dingin. Di tenant Festival Kuliner Ngabuburit tersebut, tersedia pula beragam minuman dingin, mulai dari Es Kelapa Muda dalam bentuk butir, Eskimo Es Krim, juga Es Campur Jelly Acen dalam beragam warna menggugah selera. Wow!

Rasa-rasanya gastronomi ini belum juga terpuaskan. Menu-menu lezat itu tak sekadar lezat. Kelezatannya semakin bertambah dengan Bazar Ramadan di area Multi Purpose Hall-La Piazza. Segala bentuk pernik menjelang lebaran dipajang dan dijual. Untuk yang ingin mempercantik desain rumah, tersedia karpet Turki beragam warna, perlengkapan rumah tangga, dan aromatheraphy. Bahkan produk perawatan tubuh dapat ditemukan di sini. Hal terpenting lagi adalah, beragam pilihan busana dari batik hingga busana muslim hadir untuk menambah keceriaan hari raya Anda.

Festival Kuliner Ngabuburit ini tak sekadar festival biasa. Banyak pula atraksi yang dimunculkan untuk menghibur pengunjung menjelang datangnya waktu berbuka. Sebut saja, permainan Angklung, Belly Dance, Rampak Bedug, Kolaborasi Musik Gambus, juga beberapa penampilan artis ibukota seperti Opick dan Budi Doremi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun