Mohon tunggu...
Junirullah
Junirullah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

- Nama lengkap Junirullah - Nama panggilan Jun - Profesi IT dan Seniman - Peserta Workshop Dapodik 2013 Medan - Angkatan II PPWS Online 2014 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Hujan Pada Musim Kemarau

3 September 2021   22:17 Diperbarui: 3 September 2021   22:21 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image Ilustrasi Bencana Alam, di gambar oleh. Junirullah

Seperti sesak nafas, tuberclousis/TBC, muntah mencret atau MM, flu, bersin dan batuk kering dan berdahak. Jika hal tersebut sudah dialami maka lambat laun kesehatan masyarakat juga semakin memburuk dan tentunya rumah sakit umum bertambah pasien kemudian perawat dan dokter pun bertambah banyak rezekinya, karena semakin banyak orang sakit semakin bagus dan baik kinerja bagi dokter.

Hal ini tak bisa dihindari, sudah memang seperti itu ketetapan hukum alam yang berlaku jika wilayah tidak peduli dengan lingkungan hidup disekitarnya, maka lingkungan alam disekitar itupun tidak peduli lagi pada makhluk yang hidup disekitar alam sekitarnya, mengapa?, tanya kepada manusia mengapa alam disekitar tidak peduli denga  mereka?!, 

Hal yang ingin disampaikan dalam topik ini adalah marilah giat dan kiat masyarakat menjaga lingkungan hidup agar kehidupan lingkungan masyarakat juga bersih lebih sehat.

Musim kemarau yang harus disiapkan adalah berdo'a kepada Tuhan agar diberikan hujan, dan jika diberikan hujan jangan pernah berkata "Akh kepada hujan", mengapa?, "musim kemarau minta hujan, ketika hujan minta panas, akhirnya diberi kemarau tambah menjadi panas cuacanya".

Menampung air dan menghemat penggunaan air secara boros itu untuk yang tinggal di kota besar, karena hidup di kota tanpa ada air sama dengan seperti kota mati tak berpenghuni, begitulah imbasnya yang dirasakan masyarakat pada musim kemarau di tengah kota. Apalagi arah pasar minggu ke menteng itu banyak debu dan serasa sesak nafas dipenuhi kepulan asap transportasi dan industri di kota besar.

Tak ada yang dapat dilakukan dikota besar, jika masyarakat belum memiliki kesadaran untuk hidup bersih menjaga lingkungan disekitarnya, serta menghemat penggunaan air yang berlebihan, agar kebutuhan air di musim kemarau itu dapat terpenuhi setidaknya untuk kebutuhan mencuci tangan dan cuci muka di saat bangun tidur pagi, 

soalnya di waktu aku bangun pagi banyak orang rebutan masuk ke wc umum bayar hingga sampai 2000/5000 rupiah, lalu sejenak aku bertopang menung di dalam box pembuangan tinja umum di tugu monas Jakarta tahun 2002.

3-9-2021. Penulis. Junirullah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun