Merayakan Kemerdekaan bisa dimana saja yang penting mengikuti prokes, perayaan 17an Dirumah Gunung juga dapat dilakukan oleh semua masyarakat yang berdomisili di pegunungan dari Sabang sampai Meurauke.
Lihat ruas jalan menuju kemerdekaan menjadi antusiasi orang-orang yang merayakan HUT RI KE 76, begitu juga dengan kami yang tinggal di Kendari Sulawesi, ikut merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia dengan hobi menulis kemudian jeprat-jepret keadaan lingkungan disekitarnya, untuk menampilkan kedamaian setelah meraih kemerdekaan.
Kedamaian dirasakan oleh setiap orang dan momen tersebut dirayakan dengan hikmat, bila melihat tempat seperti ini seperti bergerilya ditahun sebelum merdeka yang penuh peringatan (warning) yang tumbuh dikebun belakang, dan 17an Dirumah Gunung juga merupakan momen merefleksikan kembali renungan arti kemerdekaan yang sesungguhnya.
Jejak para pejuang syuhada kemerdekaan Indonesia, yang dimaksud syuhada disini adalah (bagi syuhada yang niatnya itu tulus dan ikhlas dalam perjuangan memerdekan Indonesia) dan bagi yang memiliki niat lain bukan syuhada namanya tapi neraka tempatnya.
Kemerdekaan yang sesungguhnya bukan berarti merayakan dengan semena-mena dan sesuka-sukanya saja, akan tetapi yang dimaksud dengan merdeka itu adalah memerdekakan diri dari ganasnya nafsu yang dapat menghancurkan diri sendiri.
Begitu banyak kerikil dan batu tajam yang kedepan akan siap-siap melempar regenerasi dari ketidaktenggangrasaan dari perbuatan tangan yang telah memerdekakan Indonesia tapi terlihat jahil sekarang karena penduduk merdeka menjajah diri bangsanya sendiri dengan tanpa peduli terhadap lingkungan, dan bagi alam Indonesia sendiri ini belum dianggap merdeka karena banyak habitat flaura dan fauna yang sesungguhnya lebih baik dari sipenjajah alam Indonesia.
Setelah melihat jauh lebih dalam lagi ke dalam bumi Indonesia, sebenarnya alam Indonesia pada kenyataannya belum merdeka dari sekarang ini, meski suasana terlihat merdeka di tengah kota metropolitan, namun dibalik itu 17an Dirumah Gunung belum merdeka sampai sekarang, hal ini menjadikan ALAM INDONESIA sebagai gaya penjajahan modernisasi yang banyak orang sesungguhnya tidak tahu apa itu tentang merdeka seutuhnya.
100 tahun Alam Indonesia belum meraih kemerdekaannya walau 76tahun sudah dinyatakan merdeka, akan tetapi dibalik itu masih banyak kehidupan di alam Indonesia seperti binatang langka dan tumbuhan langka punah akibat penjajahan manusia itu sendiri terhadap bumi tempat domisilinya manusia itu sendiri.Â
Banyak orang merayakan kemerdekaan pada masing-masing regenerasinya, membicarakan atau ngomong merdeka kepada anak-anak cucunya, padahal semua itu pembodohan nyata kepada regenerasi mendatang, yang siap menghadapi guncangan kemarahan alam yang sama sekali regenerasi tidak tahu akan membinasakan mereka semua punah dan mati.
Mereka regenerasi yang tidak tahu apa-apa merayakan 17an Dirumah Gunung, kelak akan menjadi tumbal keganasan alam yang di lakukan oleh orang-orang yang menceritakan kepada mereka pada setiap regenre ke regenerasi bahwa yang dirasakan itu sudah merdeka, padahal sesuatu hal di alam Indonesia yang telah lama terjajah 100tahun itu menuntut untuk atas jajahan yang telah mereka lakukan terhadap alam Indonesia dan itu semua hanya ada dalam hukum alam dan ketetapanNya Tuhan.
14-08-2021. Penulis. Junirullah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H