3. Menumbuhkan isu akulah, aku juga, hei.. ini aku.. kamu siapa?, ini aku :D
Walaupun jargon serupa antara satu dengan yang lain, pose foto juga sama, desain juga ala kadar, dan font/huruf tulisan pun kurang lebih sama.. :DÂ
"yang penting sing ora bodo wae.. nengkene muka awak pokok e terpasang, "awas lho kalau nggak mau memeriahkan atau nggak dukung aku, ku stop itu bantuan apalagi ini moment 17 Agustus 2021.. makanya nurut aja ko :D
Visual seperti ini tidak relevan karena mubajir, contoh di seluruh instansi sudah ada website resmi, kok malah nambah promosi lagi, kan begitu Bang?, soalnya dah ada banyak media digital sekarang ini, fb, twitt, yt, dll. Hal ini tidak sesuai dengan selera konstituen dewasa ini!
Kalau mendapatkan informasi, anak-anak zaman milenial sekarang sudah banyak mencari informasi di internet.
Manfaat dari baliho tersebut?, menurut survey dilapangan tidak bermanfaat, karena banyak kejadian kecelakaan akibat pemasangan ditepi ruas jalan yang padat lalu lintas, lalu baliho tersebut jika ada angin jatuh alias tumbang. Contoh seperti gambaran ini diujung dalam foto kejauhan disana ada tiga baliho tumbang patah akibat ditiup angin;
Menurut saya?, buatlah media publikasi layanan masyarakat itu yang ramah lingkungan, jauh dari jangkauan lalu lintas, untuk menghindari kecelakaan pengemudi atau pengendara motor yang sedang melintas di jalan raya. Contoh sebagian kecil dengan membuat banner digital dibawah ini;
Nah, untuk saya dan para Kompasianer lainnya, sudah siap-siap memasuki periode serbuan baliho? Apalagi momen bulan ini masuk dalam rangka menyambut 17 Agustus 2021. Rayakan Merdekamu!
Pejabat menggunakan baliho untuk memperkenalkan diri dikhalayak publik bahwa peduli terhadap lingkungan sosial masyarakat, dengan amatan penglihatan siapa?, ya pastinya masyarakat yang dianggap gaptek.. :D