Mohon tunggu...
SIAHAAN JUNIOR TERNAMA
SIAHAAN JUNIOR TERNAMA Mohon Tunggu... Freelancer - aku adalah Tanah

Baca dengan mata/rasa dengan pikiran/karena aku adalah tanah yang mendambakan bacaan dan tulisan/ karya sastra sebagai bumbu kehidupan///Onesimus

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dialog Diam

20 Februari 2019   18:46 Diperbarui: 20 Februari 2019   18:58 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dialog Diam

Bertemu kembali praja ksatria muda yudha empat puluh satu Yogyakarta

Mengingat satu tahun dengan suasana tegang sama luka, bahagia dan memori bersama tlah lalu bahkan sebagian akan lupa

Bersalam-salaman, sebuah tanda hubungan kasih persaudaraan

Hirarki teman sejawat setambuk seangkatan mengahangatkan pertemuan

Tampak memang sudah lama berkenalan

Rasa nyaman semakin menggelimpang tatap-menatap mata sangat

Rindu terbalaskan

Di Gerbang Almamater Kampus Jalan Wates Sedayu di Bantul

Dialog buta

Seorang Gadis yang kupuja menatap mataku tajam

Memainkan matanya dengan manja

Sedikit genit mengkodekan sebuah tanda kasih cinta

Lama sudah tak berjumpa dan bersuara

Kemegahan berharga muncul ketika berjarak kurang lebih dua tiga meter dari tubuh dan jiwanya

Lidahku tak dapat berkata banyak kata-kata

Seumpama hujan menemukan titik panas api

Semua padam seketika menatap mata dalam sanubarinya

Hangat dan penuh kasih sayang meski hanya detik dan sebentar

Dialog bicara

Beberapa kata sempat kuingat berkata dari dalam jiwa nyata

Prihal garis membentuk luka dikening Gadis yang kucinta

Katanya salah memakai ukuran yang bukan miliknya

Tertinggal

Dikeningnya membentuk garis merah seperti guratan garis pada setiap peta

Manja dan bergelinang cinta kutatap tingkah dan lakunya

Dia anak kolong langit biru

Pukul delapan kaca mata aku bertemu untuk kesekian kalinya dalam  keadaan bisu

Itulah dialog cintaku pada gadis pujaanku

Dialog bisu

SELA

Sedayu, Bantul, 20 Februari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun