Mohon tunggu...
SIAHAAN JUNIOR TERNAMA
SIAHAAN JUNIOR TERNAMA Mohon Tunggu... Freelancer - aku adalah Tanah

Baca dengan mata/rasa dengan pikiran/karena aku adalah tanah yang mendambakan bacaan dan tulisan/ karya sastra sebagai bumbu kehidupan///Onesimus

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Perjumpaan dengan Gadis Jawa

23 Agustus 2018   12:22 Diperbarui: 23 Agustus 2018   12:23 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jika waktu memihak kepadaku, aku akan hidup sampai engkau pergi mendahului ke mana engkau mau. Saat ini maafkanlah ketelanjanganku yang belum bisa engkau terima dengan pasti. Hanya lagu-lagu kharismatik dan musikalisasi puisi buatanku dan Kakekku saja yang bisa kuberi padamu. Sapu tangan mungkin akan engkau tolak dariku. Nyanyian mau tak mau tak mungkin engkau tuli, telingamu fasih mendengar. 

Katamu, "Perempuan itu fokusnya bisa ke segala arah, bahkan melebihi arah angin yang bisa sesukanya ke mana saja ia akan bertolak. Kami perempuan ini bisa lebih dari satu mendengar kata-kata." 

Seingatku itu adalah kata-kata yang engkau katakan kepadaku, saat aku membentakmu, kupikir dirimu tak menghargai ajakanku. Salah tingkah merupakan bagian dari pengenalan, kita berdua sama-sama merasakannya. Tapi waktu itu sangat susah untuk menyesuaikan. Bertemu satu kali dalam sebulan pun aku tak mampu. Hati-hati kumainkan strategiku, biar adil antara alam dan hujan di tengah debu hasil kemarau berkepanjangan.

Pada moment yang baik itu, engkau yang mendatangi ke tempatku berdiam diri. Membela diri Gadis ini bilang, "Kamu sih, gak mau gabung sama teman-teman yang lainnya. Kan melebur lah." Kujawab dengan jujur, "aku mau kalau kamu yang mendekati aku, kan sekarang ini kamu sebagai tuan Rumah, nona manis." Senyuman sebagai Gadis Jawa yang ayu pun mulai melebar, hatiku pun engkau dekap, semakin jatuh lebih dalam, di atas lembah pergumulan cinta.

Waktu yang memihak padaku, dua orang teman pergi meninggalkan kita. Kukatakan dengan bisikan bernada rendah mengarah ke teman-teman yang pergi ke arah yang berbeda, "terimakasih sudah meninggalkan kami berdua kawan-kawan." Aku si bodoh tak tahu malu setelah mengatakan kalimat itu pun pergi. Mengapa pergi? Aku malu dan takut mereka tahu bahwa aku mencinta Gadis Ayu ini dari jauh. 

Maka aku agak berjaga jarak dengannya, mundur memutar arah agar menjauh sedikti dengannya. Dalam gerakkan itu aku dicacinya, "Terimakasih juga sudah meninggalkanku di sini sendirian." Aku percaya itu wajahmu sangat kecut, apakah engkau juga merasakan cinta seperti yang kurasakan? Kujawab, "aku segan dengan teman-teman, kalau kita berduan begini." 

Lagi katamu, "biarin, emang mereka peduli uhhhh." Hal yang membuatku jatuh adalah hal-hal bodoh sederhana seperti ini. ruang pikirku meluas ketika darah mengalir dari berbagai arah. Senang dan bahagai menyatu di satu tempat, padahal sebelumnya baru mengalami duka yang mendalam.

Belakangan kuketahui bahwa laki-laki di lingkunganmu dan di dunia ini lebih-lebih memiliki hal yang sama. Mereka pun sedang melancarkan aksinya untuk mendekati dan meraih cinta darimu. 

Gadis tak berpita jingga, tak peduli bagiku bahwa aku pun berhak untuk mencintaimu. Bagian terdalam dari proses singkat ini ialah ketika aku mulai mencari dan mengolah data informasi yang kudapat dari teman dekatmu. Peluang yang kumiliki hanya sekitar nol koma tiga satu. Banyak kompetitor yang sedang berjuang di garis depan hanya untuk menemui titik yang pas bersamamu.

Gadis Jawa yang kudambakan kali ini memang menggusarkan, kuambil atau kujauhkan. Pilihan-pilihan yang menegangkan sekaligus menantang. Satu lagi yang harus kuwujudkan, tantangan untuk sowan ke kediaman. Gila, perlahan dan pasti akan terealisasikan.

Perbedaan diantara kita berdua kujadikan materi pemberlajaran di semester ganjil yang akan datang. Aku akan terus mengenali dan berempati. Masing-masing dari kita pun berhak berdiri sendiri di atas naungan iman yang ilahi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun