Mohon tunggu...
Junior Syalar
Junior Syalar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Memerangi Hoaks dalam Literasi Media Digital

5 Desember 2018   18:39 Diperbarui: 5 Desember 2018   19:03 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 'hoaks' didefinisikan sebagai berita bohong. Dalam Oxford English Dictionary, 'hoax' didefinisikan sebagai malicious deception atau dalam bahasa Indonesia adalah kebohongan yang dibuat dengan tujuan jahat. 

Hoaks dapat diibaratkan seperti virus setua umur umat manusia yang berbahaya karena ia dapat mengganggu kedamaian dan menghancurkan hubungan kekerabatan. Tak hanya hubungan kekerabatan, hoaks juga dapat mengganggu persatuan dan kesatuan negara serta mengganggu pikiran dan hati seseorang yang terkena dampaknya.

Sayangnya, masih banyak orang, terutama pengguna internet, yang masih mendefinisikan hoaks sebagai berita atau informasi yang tidak mereka sukai. Sehingga, banyak berita buruk yang sesungguhnya bersifat informatif yang termakan oleh istilah hoaks yang bersifat subjektif. Perlu diketahui, hoaks jauh lebih berbahaya pada zaman dahulu daripada pada zaman sekarang. 

Zaman dulu di sini adalah zaman sebelum internet menjadi bagian besar di sendi-sendi kehidupan umat manusia, karena pada saat itu, berita yang mengandung hoaks sangat sulit untuk diverifikasi atau dibuktikan kebenarannya. Hoaks ini sendiri dapat juga berupa fakta yang dipelintir demi kepentingan hiburan (lelucon) maupun kepentingan politik.

Di dalam literasi media digital, terdapat hoaks di dalamnya, dan untuk memahami letak hoaks dalam literasi media digital, kita sudah tentu perlu memahami makna kata 'literasi' itu sendiri. 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 'literasi' didefinisikan sebagai kemampuan menulis dan membaca, pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu, serta kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Sedangkan, dalam bahasa Inggris, 'literasi' dikenal dengan istilah 'literate' yang berarti 'paham atau pemahaman'.

'Paham atau pemahaman' di sini berarti kemampuan kita untuk mengerti sesuatu sehingga terjadi perubahan perilaku (yang tadinya kurang baik, menjadi lebih baik). Literasi jika dikaitkan dengan kata paham atau pemahaman, artinya akan menjadi sebuah tolok ukur tentang sejauh mana kita dapat memahami suatu informasi, sehingga kita dapat membedakan mana informasi yang mengandung kebenaran dan mana informasi yang mengandung hoaks.

Saat ini, apalagi di dalam media mainstream seperti TV, informasi berjalan dengan cepat dan oleh karen itu, TV dijadikan arus utama untuk mendapatkan informasi bagi 96% orang Indonesia. Perlahan-lahan, batas antara TV dengan media digital semakin memudar. 

Konten dari TV acap kali ditayangkan di sosial media dan konten sosial media acap kali ditayangkan di TV, audience pun menyukainya, sehingga hal-hal seperti ini semakin sering terjadi, salah satu faktor utamanya adalah demi rating yang tinggi akibat animo masyarakat yang tinggi pula.

Media digital, atau lebih tepatnya sosial media, dapat diibaratkan seperti pisau, khususnya media sosial seperti Facebook dan YouTube. Pisau di sini dapat diartikan sebagai suatu alat penunjang kegiatan, pisau dapat kita gunakan untuk memotong daging dan sayur-sayuran yang akan kita masak, di sisi lain, pisau juga dapat kita gunakan untuk menyakiti orang (menusuk atau membunuh). 

Begitulah sosial media, kita bisa menggunakannya untuk menyiarkan hal-hal positif dan kita juga bisa menjadikannya alat penyebar fitnah yang kita telah buat, semuanya ada di tangan kita. Cara kita menggunakan sosial media inilah yang dapat menentukan dan mengukur telah sejauh mana kita dapat melakukan literasi menggunakan media pada era digital (media digital), atau secara sederhana dapat disebut sebagai literasi media digital.

Di setiap negara, literasi media digital memiliki definisi yang berbeda-beda, hal ini terjadi karena kemajuan teknologi dan sistem kebijakan negara yang bersangkutan. Di atas definisi yang berbeda-beda, literasi media digital dapat disederhanakan menjadi satu konsep, yaitu kemampuan dalam menggunakan dan memahami pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi, misalnya dalam mendukung dunia pendidikan dan ekonomi.

Literasi media digital ini juga memiliki berbagai macam manfaat. Manfaat yang paling menguntungkan kita pada zaman sekarang ini adalah kita dapat belajar dengan lebih cepat. 

Contoh sederhananya dapat dilihat jika seorang pelajar atau mahasiswa yang harus mencari sumber bacaan atau definisi suatu kata, dengan literasi media digital, kita tak lagi harus membuka berbagai macam referensi yang berebentuk cetak, kita dapat dengan mudah mengakses aplikasi khusus untuk glosarium demi mendapatkan yang kita cari.

Salah satu keuntungan dari kecepatan yang ditawarkan oleh literasi menggunakan media digital adalah kita dapat dengan cepat melakukan verifikasi atau pembuktian kebenaran suatu hal dengan lebih cepat. Jika kita menemukan sebuah berita atau informasi yang kita ragukan kebenarannya, kita sudah tidak perlu lagi mencari kebenaran berita tersebut secara mulut ke mulut dan mencari kebenarannya hinga berhari-hari. 

Cukup dengan mengakses internet dengan smartphone kita, berita-berita yang kredibel pun dapat kita akses dalam waktu kurang dari enam puluh detik, sehingga kemungkinan terciptanya hoaks dapat ditekan.

Selain dapat belajar dengan lebih cepat dan menghemat waktu, literasi media digital juga dapat menghemat uang. Saat ini banyak aplikasi khusus yang berisi tentang perbandingan diskon sebuah produk. Bagi seseorang yang bisa memanfaatkan aplikasi tersebut, maka ini bisa menghemat pengeluaran ketika akan melakukan pembelian online di internet. 

Menghemat uang di sini bukan hanya dari uang yang kita bayarkan untuk membeli produk tersebut, tetapi uang yang kita tidak pakai sebagai ongkos perjalanan untuk pergi ke took di mana produk tersebut dijual. Ongkos yang kita keluarkan hanya ongkos kirim barang tersebut agar sampai ke tempat kita, bila beruntung, kita bisa saja tidak mengeluarkan ongkos sama sekali akibat promo yang kita dapat. Literasi media digital sungguh dapat menghemat biaya.

Berikutnya, dengan literasi media digital, kita dapat memengaruhi dunia dan dipengaruhi oleh dunia. Dengan tulisan di media digital dan aktivitas literasi yang kita lakukan, kita secara tidak langsung mulai terpengaruh dengan tulisan apa yang kita baca, dan berkat pengaruh itu, kita akan tergoda untuk mengeluarkan gagasan pribadi kita yang juga dapat memengaruhi pikiran orang lain. 

Lingkaran ini tidak akan berhenti, maka dari itu kita harus dengan bijak memilih materi literasi digital kita dan kita juga harus bijak dalam menuangkan gagasan kita di media digital, agar tidak tercipta hoaks yang berkepanjangan. 

Gagasan kita juga dapat berupa ulasan mengenai berita hoaks yang beredar atau pernah beredar, tetapi tidak dibuktikan secara serius. Dengan ulasan kita mengenai hoaks itu, maka secara langsung kita telah memerangi hoaks.

Literasi media digital seharusnya membantu kita dalam menjalani hidup kita dan memerangi hoaks, karena informasi yang kita butuhkan dapat diakses dengan mudah, dan dengan biaya yang murah. 

Literasi media digital dapat membantu kita dalam memilih dan memilah informasi dari arus media digital, kita dimudahkan untuk melakukan verifikasi dan membedakan mana informasi yang mengandung kebenaran dan mana informasi yang mengandung hoaks.  

Teknologi yang cerdas haruslah diikuti dengan penggunanya yang cerdas pula, dengan kecerdasan teknologi dan penggunanya pada aktivitas literasi di media digital, maka hoaks yang beredar dan membawa pengaruh negatif dapat kita perangi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun