Â
Pepatah yang paling terkenal sampai sekarang adalah Time Is Money hinga kita sebagai manusia, diminta untuk sebisanya menghargai waktu. Menggunakan waktu yang ada untuk hal – hal yang berguna bagi hidup kita sendiri. Tapi bagaimana kalau waktu yang kita gunakan dengan baik itu hanya dihargai snack dan minuman ringan?
Baiklah, hari ini muncul satu peraturan baru mengenai keterlambatan pesawat karena kelalaian maskapai. Berikut kurang lebihnya ;
1.      Keterlambatan Katagori 1 ; 30 – 60 menit, anda hanya akan mendapatkan minuman dari pihak maskapai,
2.      Keterlambatan Katagori 2 ; 61 – 120 menit, waktu anda dihargai oleh snack box,
3.      Keterlambata Katagori 3 ; 121 – 180 menit, waktu tiga jam anda dihadiahi makanan dan minuman berat,
4.      Keterlambatan Katagori 4 ; 181 – 240 menit, lagi – lagi hanya makanan yang bisa anda dapatkan, (berat dan ringan diberikan pada anda)
5.      Keterlambatan Katagori 5 ; lebih dari 240 menit, anda berhak atas biaya ganti rugi sebesar Rp. 300.000,-
6.      Katagori 6 ; Pembatalan, anda berhak dialihkan penerbangannya atau refund tiket anda,
7.      Keterlambatan katagori 2 – 5, anda berhak atas refund seluruh biaya tiket atau dialihkan pada penerbangan berikutnya,
8.      Menyoal biaya kompensasi Rp. 300.000 dapat diberikan berupa voucher yang bisa diuangkan, atau transfer melalui rekening maksimal 3 x 24 jam sejak keterlambatan.
Â
Ada yang salah dari poin diatas? Tentu saja!
Waktu penumpang, hingga empat jam diawal hanya dihargai makanan. Parahnya lagi, dua jam pertama hanya dihargai minuman dan makanan ringan. Mungkin Bapak Mentri Perhubungan, Ignasius Jonan tidak memperkirakan bahwa perturan yang sangat merugikan konsumen penerbangan ini bisa membuat pariwisata Indonesia menurun drastis!
Iya, beberapa orang memang menyarankan untuk upgrade maskapai agar tidak terjebak delay. Kalau biasanya naik singa terbang, ya sesekali pilih maskapai milik pemerintah-lah, meski harganya jauh lebih mahal, tapi yang penting nyaman.
Menariknya, sipemberi saran tampaknya tidak memperhatikan bagi mereka yang tidak punya banyak uang tapi ingin berlibur. Saran ini juga tampaknya mengabaikan backpacker dari wisatawan asing yang ingin menikmati indahnya Indonesia.
Harus diakui, bahwa sampai saat ini, singa terbang adalah maskapai dengan ongkos termurah hingga akhirnya memiliki konsumen terbanyak (mungkin). Masalahnya, singa terbang adalah maskapai paling bermasalah dengan waktu, terlalu sering delay adalah dosa tak terbantahkan dari maskapai tersebut.
Mari kita buat ilustrasi berikut ;
James adalah seorang wisatawan dari Australia yang memulai perjalanan backpacker-nya dari Bali. Di Bali, James yang suka surfing mengetahui bahwa dikawasan pelabuhan ratu Jawa Barat ada pantai yang ombaknya cukup menantang untuk dilakukan selancar. Hingga akhirnya James memutuskan untuk terbang ke Jawa Barat, hanya saja dengan keterbatasan dana (james backpacker!) maka ia memilih singa terbang. Sesuai dengan kebiasaannya, singa terbang pun terlambat, sejam... dua jam... selama itu james hanya dapat snack box.
Pertanyaan saya buat Bapak Ignasius Jonan yang terhormat ; menurut bapak, ketika James pulang ke tanah airnya di australia sana, apa info pertama yang akan dia sebarkan?
Pihak maskapai sangat meminta konsumen untuk menghargai waktu mereka, dengan tidak boleh terlambat semenit-pun. Bahkan, terkadang (lebih sering) calon penumpang diminta hadir satu atau dua jam sebelum penerbangan. Dan lebih menyakitkan buat calon penumpang yang terlambat satu menit, sudah tidak dibolehkan lagi masuk boarding gate (kadang hal ini berlaku meskipun pesawatnya delay).
Pak Ign Jonan, ayolah... sedikit saja berpihak pada kami yang tidak punya duit tapi ingin merasakan naik pesawat. Masa iya waktu kami Cuma dihargai sama snack box?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H