Mohon tunggu...
Joe Firmansyah
Joe Firmansyah Mohon Tunggu... -

memiliki sejarah hidup yang lebih panjang daripada umur yang sudah terlewati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Maaf Untukmu...

5 Februari 2016   02:19 Diperbarui: 5 Februari 2016   02:29 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku disini, menanti pria dengan masa laluku yang menyedihkan. Aku disini, mengucap satu pesan yang tak sempat kuutarakan. Hari – hari akan berjalan, sebelum dan sesudah aku mencapai kematian. Mati, aku pernah berpikir menjemputnya beberapa waktu lampau, sebelum berpikir betapa berartinya sebuah kehidupan.

“Kau memintaku bertemu...” Pria itu tepat bersuara dibelakangku. Suara yang tak pernah bisa kulupa meski seringkali membuatku terbelenggu. “Sudah menunggu lama?” Kata David, sambil mengambil posisi duduk dihadapanku. Entah apa yang ada dikepala pria itu. Beraninya dia menatapku, seolah aku tak pernah membencinya dimasa lalu.

“Kau berhutang maaf” kataku tanpa sepatah kata pembuka. Kulihat sebuah keterkejutan dalam sorot matanya. David bersender, seakan mencari posisi nyamanya. Tapi aku justru menunduk, menatapnya tajam berusaha mengalahkan pertahanannya.

“Apa maksudmu?” Dia tidak tahu. Dia sudah melupakanku. Dia tidak punya masa lalu. Dan aku.....

“Kau bodoh!!!” kataku. “Aku harap istrimu akan segera melahirkan anak perempuan” David terperanjat membeku. Dia mencari arah, mencoba beralih dariku.

Dikota ini, aku dibesarkan. Ibuku meninggal saat aku masih terlalu kecil untuk bertahan. Ayahku menghilang seakan ia tidak punya tanggungan. Bersyukur punya bibi yang masih bisa diandalkan. Bibi membesarkanku hingga akhirnya merasakan sebuah kutukan.

David, sepupuku, satu – satunya anak yang keluar dari rahim bibiku. Waktu itu, aku masih kelas dua SMP dan dia berada ditingkat pertama kuliah seingatku. Tinggal bersama membuatku menganggap David sebagai abangku. Sebelum akhirnya perbuatannya merenggut kehormatanku.

Saat itu usiaku masih tiga belas. Ketika David menjamah tubuhku dengan baju yang terlepas. Aku tak punya kuasa membalas. David melakukannya lagi, dan lagi seakan tak pernah puas. Menggerogoti tubuhku yang sudah hancur jelas.

Pada siapa aku mengadu. Gadis kecil yang tak dipedulikan ayah, dan sudah kehilangan ibu. Siapa yang peduli padaku. Bibi pasti akan membela anaknya dan mengusirku. David memenangkanku atas segala ketakutanku. Hingga kusadari, ada janin bersarang dirahimku.

David segera tahu kondisiku, dia seorang mahasiswa kedokteran waktu itu. Bibi marah besar ketika David mengadu. Bibi berpikir aku bermain gila dengan teman priaku. Bibi membantu menggugurkan janin kemudian mengusirku.

“Apa aku perlu mengingatkanmu?” kataku tak kuasa menahan David yang terdiam. Mungkin dia tidak tahu, sejak saat itu mentariku menjadi kelam. Tak perlu kukatakan, sejak saat itu bagiku, dunia berubah kejam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun